GAMBARAN PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI MAKRO

1. Diperolehnya suatu perubahan rencana pembangunan tahunan yang sesuai dengan kebutuhan daerah dan perkembangan yang terjadi di daerah, dengan melihat sumber daya yang ada. 2. Diperolehnya perubahan atas program dan kegiatan yang menjadi upaya konkrit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Semarang tahun 2014. 3. Tersedianya acuan penyusunan Perubahan Kebijakan Umum Anggaran P-KUA Kota Semarang Tahun 2014dan Perubahan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara P-PPAS Kota Semarang Tahun 2014, sebagai dasar dari penyusunan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah P-APBD Tahun 2014 Kota Semarang.

1.3.3. D

ASAR P ERTIMBANGAN P ERUBAHAN Perubahan RKPD Tahun 2014 Kota Semarang perlu dilakukan didasarkan pada adanya hasil evaluasi pelaksanaannya dalam tahun berjalan 2014 menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan perkembangan keadaan, meliputi: 1. Adanya perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, rencana program dan kegiatan prioritas daerah; 2. Adanya keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun anggaran sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan; 3. Adanya pergeseran kegiatan antar SKPD, penghapusan kegiatan, penambahan kegiatan barukegiatan alternatif, penambahan atau pengurangan target kinerja dan pagu kegiatan, serta perubahan lokasi dan kelompok sasaran kegiatan; 4. Adanya kegiatan lanjutan Tahun 2013 danatau kegiatan barualternatif yang harus ditampung dalam perubahan RKPD Tahun 2014; 5. Adanya keadaan luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan danatau pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50 lima puluh persen; 6. Adanya ketentuan Pasal 17 ayat 2 UU No. 172003 tentang Keuangan Negara yang mengamanatkan bahwa penyusunan RAPBD berpedoman kepada RKPD, termasuk Perubahan RAPBD Tahun 2014.

1.4. GAMBARAN PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI MAKRO

Dinamika perekonomian baik global, nasional maupun regional dalam sistem perekonomian yang sudah sangat terbuka dewasa ini akan saling mempengaruhi. Oleh karena itu diperlukan analisis terhadap perubahan-perubahan ekonomi makro eksternal dari kota Semarang untuk dapat menentukan kebijakan perencanaan pembangunan selanjutnya. Kondisi perekonomian global Perbaikan ekonomi global tahun 2014 terindikasi masih terus berlangsung, meskipun belum merata. Perbaikan terutama ditopang oleh perekonomian negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa sebagai dampak stimulus moneter yang masih berlanjut. Perbaikan kondisi ekonomi global tersebut berdampak pada kenaikan volume perdagangan dunia. Indikator ekonomi Amerika Serikat terus menunjukkan perbaikan yang didukung olehkinerja sektor manufakturnya. Perbaikan juga terjadi di Eropa yang didukung oleh membaiknya indikator manufaktur Perancis. Sebaliknya, perlambatan ekonomi terjadi di Tiongkok didorong oleh penurunan permintaan yang tercermin pada realisasi PDB Tiongkok tahun 2014 yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Selain itu, kondisi ekonomi negara berkembang lainnya juga sedikit menurun antara lain dipengaruhi oleh faktor gejolak politikekonomi sebagaimana yang terjadi di Rusia, Argentina, dan Thailand, serta faktor harga komoditas yang masih rendah sebagaimana yang terjadi di Argentina, Chile, Peru, dan Venezuela. Sampai dengan triwulan I 2014, pertumbuhan harga komoditas global masih berada pada teritori negatif. Harga komoditas ekspor Indonesia IHEX diperkirakan masih rendah karena melemahnya permintaan global, khususnya permintaan dari Cina sejalan dengan proses rebalancing dan meningkatnya pasokan, khususnya pada komoditas karet, tembaga dan batubara. Kondisi perekonomian pada triwulan I 2014, pertumbuhan ekonomi tercatat 5,21 yoy, melambat dibandingkan dengan triwulan IV 2013 sebesar 5,72 yoy dan perkiraan Bank Indonesia sebelumnya. Perlambatan tersebut terutama disebabkan olehkinerja sektor eksternal yang kurang menguntungkan. Ekspor mengalami kontraksi yangcukup signifikan, khususnya sektor pertambangan. Kontraksi ekspor riil tersebut tercatatcukup besar sehingga kontribusi ekspor neto juga tercatat negatif, meskipun pada sisi lainimpor juga mencatat kontraksi 0,7 yoy sejalan moderasi permintaan domestik yang sedang terjadi. Berdasarkan kondisi perekonomian tersebut maka pemerintah pada bulan Mei 2014 telah mengajukan percepatan perubahan APBN tahun 2014 kepada DPR. Di dalam RAPBNP tahun 2014 tersebut, asumsi dasar ekonomi makro diusulkan untuk direvisi agar postur APBN tetap mencerminkan kondisi riil perekonomian terkini. Setelah melalui pembahasan yang intensif dengan DPR, Perubahan APBN tahun 2014 ditetapkan menjadi berdasarkan asumsi dasar ekonomi makro dalam APBNP tahun 2014 sebagai berikut: 1 pertumbuhan ekonomi dari 6,0 persen menjadi 5,5 persen; 2 inflasi dari 5,5 persen menjadi 5,3 persen; 3 nilai tukar rupiah dari Rp. 10.500 menjadi Rp. 11.600 per dolar AS; 4 tingkat suku bunga SPN 3 bulan dari 5,5 persen menjadi 6,0 persen; 5 harga minyak mentah Indonesia tetap pada tingkat USD 105,0 per barel; 6 lifting minyak mentah dari 870 ribu barel per hari menjadi 818 ribu barel per hari; dan 7 lifting gas dari 1.240 ribu barel per hari setara minyak menjadi 1.224 ribu barel per hari setara minyak. Perubahan-perubahan pada asumsi makro tersebut akan berpengaruh pada capaian-capaian pelaksanaan APBN dalam semester I tahun 2014. Angka pengangguran berdasarkan prediksi Pemerintah pada tahun 2014 diprediksikan akan menurun menjadi 7,24 juta orang 6,03. Jumlah ini lebih rendah dibanding jumlah pengangguran terbuka tahun 2013 yang berjumlah 7,39 juta orang 6,25. Sedangkan Kesempatan kerja yang tercipta tahun 2014 diperkirakan sebanyak 1,87 juta orang yang disediakan oleh sembilan sektor lapangan usaha sehingga diharapkan penyerapan pengangguran semakin tinggi. Penurunan jumlah penganggur terbuka tersebut disebabkan optimisme tumbuhnya perekonomian Indonesia dan semakin berkurangnya tambahan angkatan kerja baru. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk membuka lapangan pekerjaan di berbagai sektor untuk mengimbangi adanya tambahan angkatan kerja baru yang bertambah setiap tahunnya. Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan I 2014 tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dari 5,6 yoy di triwulan IV 2013 menjadi 5,4 yoy. Faktor pendorong perlambatan ekonomi pada triwulan I 2014 adalah kegiatan ekspor dan konsumsi yang tumbuh moderat, lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya. Sementara, investasi tumbuh cukup mengesankan. Dari sisi sektoral, kinerja sektor industri pengolahan yang menurun menjadi sumber utama perlambatan. disalurkan masih tumbuh cukup tinggi meski melambat dibanding triwulan sebelumnya. Melambatnya perekonomian Jawa Tengah tahun 2013 dibarengi dengan persentase realisasi belanja daerah dan pendapatan triwulan I 2014 lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi perkembangan harga, inflasi Jawa Tengah pada triwulan I 2014 menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dari 7,99 yoy menjadi 7,08 yoy. Penurunan inflasi di triwulan I 2014 dipengaruhi oleh koreksi harga yang terjadi pada beberapa kelompok pangan. Di sisi lain, kelompok administered prices cenderung meningkat. Sementara itu, peningkatan inflasi inti masih relatif terbatas. Industri perbankan di Jawa Tengah pada triwulan I 2014 masih tumbuh cukup baik. Kondisi Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan II 2014 diperkirakan meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan II tahun 2014, inflasi IHK Jawa Tengah diperkirakan sebesar 7,4 yoy. Sumber inflasi diperkirakan terkait pengaruh musiman diperkirakan mendorong inflasi lebih tinggi di triwulan berikutnya. Adanya pengaruh libur sekolah dan tahun ajaran baru di bulan Juni dapat mendorong inflasi triwulanan. Faktor musiman bulan Ramadhan di akhir Juni tahun ini juga menjadi sumber inflasi. Tingkat pengangguran terbuka di Jawa Tengah tercatat turun menjadi 5,45 pada Februari 2014, artinya sebanyak 970.000 orang penduduk angkatan kerja masih tercatat sebagai pengangguran. Namun jika dibandinbgkan dengan tahun sebelumnya tingkat pengangguran terbuka dan penduduk setengah bekerja di Jateng berangsur-angsur menurun. Pada Februari 2013, TPT Jateng mencapai 5,51 dan meningkat menjadi 6,01 pada Agustus 2013. Namun TPT pada Februari 2014 turun jadi 5,45 atau 0,06 dibandingkan Februari 2013. Kendati demikian TPT mengalami penurunan, secara jumlah absolut terjadi penambahan jumlah orang yang menganggur sebanyak 3.000 orang menjadi 970.000 orang. Pasalnya, jumlah angkatan kerja naik dari 17,47 juta orang menjadi 17,72 juta penduduk angkatan kerja di Jateng. Perkembangan kondisi perekonomian Jawa Tengah Tahun 2012 –2013 dan prediksi Tahun 2014 dan Tahun 2015, dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut : Tabel 1.1. Perkembangan dan Prediksi Indikator Makro Ekonomi Jawa Tengah Tahun 2011-2016 No Indikator 2012 2013 2014 2015 2016 1 PDRB : Atas dasar harga berlaku trilyun Rp. 556,479 623,749 603,317 638,219 673,12 2 PDRB : Atas dasar harga Konstan trilyun Rp. 210,848 223,099 221,005 228,599 236,192 3 Laju Pertumbuhan Ekonomi 6,34 5,8 - 6,2 5,9 - 6,4 6,0 - 6,5 6,1 – 6,6 4 Inflasi 4,24 7,99 5 ± 1 5 ± 1 4,5 ± 1 5 PDRB per Kapita Atas Harga Konstan Juta Rp. 6,49 6,81 7,12 7,44 7,75 6 Kebutuhan Investasi trilyun Rp. 110.805 114.401 119.500 124.880 130.48 7 Tingkat Pengangguran Terbuka 5,63 6,02 5,31- 4,77 4,93 – 4,62 4,66 – 4,43 8 Kemiskinan 14,98 14,44 11,58- 11,37 9,05 – 8,75 8 60 – 8,35 9 NTP 106,37 108,67 102,14 102,36 102,63 Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2012 dan Berita Resmi Statistik BRS, 2013 Keterangan : Target RKPD Tahun 2014 Target RPJMD Prov. Jateng Tahun 2013 – 2018 Berdasarkan kondisi perekonomian makro Jawa Tengah diatas dimana stabilitas perekonomian wilayah yang cenderung terjaga, diprediksikan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah akan berada dalam kisaran 5,9 –6,4, dengan mempertimbangkan bahwa konsumsi rumah tangga tidak meningkat secara signifikan. Kebutuhan investasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut, diprediksikan sejumlah Rp. 119.500 Triliyun. Pertumbuhan ekonomi yang konstan serta stabilitas dan ketersediaan barang modal produksi, diharapkan akan membuka berbagai lapangan kerja, sehingga dapat menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka pada Tahun 2014 menjadi di bawah 5,31- 4,77 dari total jumlah angkatan kerja, disamping itu juga diharapkan jumlah penduduk miskin dapat ditekan menjadi 11,58 –11,37. Pertumbuhan perekonomian yang cukup baik diharapkan dapat dimbangi dengan tingkat Inflasi Jawa Tengah diprediksikan pada kisaran 5+1, dengan tekanan inflasi pada jumlah uang beredar; adanya fluktuasi harga pada jenis komuditas volatile foods dan kemungkinan meningkatnya harga bahan baku produksi. Berangkat dari perubahan asumsi dan tantangan dari perkembangan kondisi perekonomian makro Nasional dan Provinsi Jawa Tengah, dimana hal ini berimplikasi pada kondisi perekonomian di Kota Semarang. Oleh karenanya perlu untuk melihat dan melakukan penyesuaian dalam target serta asumsi perekonomian. Upaya tersebut dilakukan sebagai langkah untuk mengawal pencapaian target dan tujuan pembangunan yang dimuat dalam Rencana Program Jangka Menengah Daerah RPJMD Tahun 2010- 2015. Visi pembangunan di Kota Semarang diarahkan untuk mencapai visi “Terwujudnya Semarang Sebagai Kota Perdagangan dan Jasa Yang Berbudaya Menuju Masyarakat Sejahtera ”, yang dijabarkan dalam Sapta Program yang meliputi Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran, Penanganan Rob dan Banjir, Peningkatan Pelayanan Publik, Peningkatan Infrastruktur, Pengarusutamaan Gender, Peningkatan Pelayanan Pendidikan serta Peningkatan Pelayanan Kesehatan. Implementasi perwujudan pencapaian visi dijabarkan dalam program dan kegiatan yang dilaksanakan dengan kerangka pendanaan dalam APBD setiap tahunnya dengan memerhatikan keterpaduan dan sinkronisasi dengan program Pemerintah Pusat dan Provinsi. Kondisi makro ekonomi Kota Semarang tidak akan dapat dilepaskan dari kondisi ekonomi makro di tingkat provinsi maupun pusat. Kebijak-kebijakan ekonomi dari pemerintah akan berpengaruh terhadap kondisi ekonomi Kota Semarang yang menuntut adanya penyesuaian terhadap asumsi yang sebelumnya digunakan. Penyesuaian tersebut antara lain disebabkan oleh kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM Non Subsidi pada pertengahan tahun 2013 serta kecenderungan inflasi yang tinggi pada akhir tahun 2013. Di tahun 2013, perekonomian Kota Semarang maupun nasional mengalami tekanan sebagai akibat kenaikan harga BBM Non Subsidi beserta dampak ikutannya, meskipun dampaknya di tahun 2014 diharapkan berangsur akan hilang sejalan dengan telah selesainya agenda politik nasional tahun 2014. Tekanan juga berasal dari kebijakan bank sentral untuk menaikkan BI rate serta nilai rupiah yang terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat yang mengakibatkan penurunan konsumsi masyarakat. Hal-hal tersebut menyebabkan perlu adanya penyesuaian terhadap asumsi yang telah ditetapkan sebelumnya. Penyesuaian asumsi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Untuk tahun 2014, kondisi PDRB Kota Semarang diperkirakan akan lebih baik pertumbuhannya dibandingkan tahun 2013. Perbaikan ekonomi global yang akan mempengaruhi peningkatan ekspor serta masih akan tingginya konsumsi domestik terutama yang terkait dengan pelaksanaan Pemilu 2014 diperkirakan akan mampu meningkatkan PDRB Kota Semarang. Di tahun 2014, PDRB Atas Dasar Harga Konstan diperkirakan akan dapat mencapai Rp. 27.327.690,14 juta. Sedangkan nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku diperkirakan sebesar Rp. 68.489.234,85 juta. Kenaikan ini akan sejalan dengan kondisi makro ekonomi yang diperkirakan akan lebih baik di tahun 2014. 2. Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang di tahun 2014 diharapkan akan berada pada kisaran 5,9 - 6,4, sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah 5,9 - 6,4 dan Nasional 5,8. Perbaikan ekonomi global yang dimotori oleh Amerika Serikat dan Jepang serta indikasi pemulihan ekonomi di kawasan Eropa, Tiongkok dan India diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di 2014. Stabilitas politik pasca pelaksanaan Pemilu diperkirakan juga akan ikut mendukung pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2014. 3. Di tahun 2014, inflasi Kota Semarang diharapkan akan berada pada nilai normal, sekitar 5±1,dengan asumsi tidak ada kebijakan strategis dari Pemerintah Pusat yang dapat memicu kenaikan harga-harga barang dan jasa. Nilai inflasi diharapkan tetap berada di bawah nilai pertumbuhan ekonomi. Perbaikan nilai infasi diperkirakan akan terjadi karena dampak kenaikan BBM yang akan berangsur hilang serta kebijakan BI rate yang akan tetap tinggi sehingga menjaga pola konsumsi masyarakat. Di sisi lain, inflasi tahun 2014 akan menghadapi tekanan dari kenaikan Tarif Dasar Listrik yang biasanya akan memicu kenaikan harga- harga. 4. Memprioritaskan penyelesaian permasalahan pembangunan yang berdampak langsung pada masyarakat serta memerlukan penanganan mendesak danatau segera dari Pemerintah Kota; 5. Proyeksi kenaikan pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan pembangunan yang memerlukan penyesuaian; 6. Pencapaian target program dan kegiatan yang pelaksanaannya hingga pertengahan tahun 2014 masih memerlukan peningkatan dalam merealisasikan perkembangan kondisi sesuai kebutuhan pembangunan; 7. Penyesuaian dengan kebijakan dari pemerintah pusat, yaitu peraturan tentang Pajak Rokok, kenaikan Tarif Dasar Listrik dan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Berdasarkan perubahan kondisi perekonomian makro Kota Semarang tahun 2014 maka perlu adanya penyesuaian pada kebijakan pembangunan yang menjadi prioritas atau yang langsung mempunyai dampak pada kehidupan masyarakat. Disamping itu juga perlu adanya perubahan proyeksi kenaikan pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan pembangunan yang memerlukan penyesuaian. Pencapaian target program dan kegiatan yang pelaksanaannya hingga pertengahan tahun 2014 masih memerlukan peningkatan dalam merealisasikan perkembangan kondisi sesuai kebutuhan pembangunan. Penyesuaian dengan kebijakan dari pemerintah pusatprovinsi, yaitu penyesuaian pendapatan karena adanya kenaikan Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi yang berasal dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor BBNKB serta penyesuaian Bantuan Keuangan Provinsi yang belum dicantumkan pada Perda APBD Kota Semarang TA 2014 pendapatan dari Pajak Rokok; pembatasan penggunaan BBM bersubsidi, dan kenaikan Tarif Dasar Listrik. Selain itu juga perlu dilakukan perubahan sesuai dengan dinamika permasalahan pembangunan yang berkembang di masyarakat.

BAB II EVALUASI HASIL RKPD TAHUN 2014 KOTA SEMARANG

SAMPAI DENGAN TRIWULAN KEDUA

2.1. PENGANTAR

Analisis capaian program dilakukan untuk mengevaluasi hasil RKPD tahun 2014 Kota Semarang sampai dengan triwulan kedua. Evaluasi dilakukan terhadap dua aspek, yaitu kinerja anggaran dan kinerja indikator program. Evaluasi kinerja anggaran dilakukan dengan membandingkan antara jumlah anggaran yang ditetapkan pada APBD TA 2014 dengan serapan pertanggungjawaban sampai dengan triwulan 2 Juni 2014 serta realisasi fisik dari pelaksanaan kegiatan tersebut. Evaluasi capaian kinerja dilakukan dengan membandingkan antara target dengan realisasi capaian kinerja masing-masing indikator program sampai dengan triwulan 2 Juni 2014. Untuk menilai tingkat ketercapaian target akhir periode RPJMD 2015 pada tahun 2014 dapat diketahui dari status capaian masing-masing indikator yang dibedakan menjadi 3 tiga kategori, yaitu sebagai berikut : 1 Telah tercapai, apabila capaian kinerja sampai dengan tahun 2014dari target akhir periode RPJMD 2015 telah tercapai sebesar x ≥ 80. 2 Akan tercapai on the track, apabila capaian kinerja sampai dengan tahun 2014 telah mencapai60 atau lebih, akan tetapi masih di bawah 80 60 ≤ x 80. 3 Perlu upaya keras, apabila capaian kinerja sampai dengan tahun 2014 kurang dari 60 60. Sementara itu untuk mengklasifikasikan capaian kinerja anggaran serapan anggarankeuangan dan kinerja indikator program pada pelaksanaan RKPD tahun 2014 hingga triwulan 2, diberikan penilaian melalui tiga kategori yaitu : 1 Kinerja Tinggi, apabila capaian kinerja pada pelaksanaan indikator berdasarkan RKPD tahun 2014 sampai dengan triwulan 2 telah tercapai 50 atau lebih x ≥ 50 . 2 Kinerja Sedang, apabila capaian kinerja pada pelaksanaan indikator berdasarkan RKPD tahun 2014 sampai dengan triwulan 2 telah mencapai 25 atau lebih, tetapi masih di bawah 50 25 ≤ x 50 . 3 Kinerja Rendah, apabila capaian kinerja pada pelaksanaan indikator berdasarkan RKPD tahun 2014 sampai dengan triwulan 2 masih kurang dari 25 x 25.

2.2. EVALUASI KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN BERDASARKAN URUSAN

Evaluasi Kinerja Program dan Kegiatan pada tahun 2014 berdasarkan urusan di lingkungan Pemerintah Kota Semarang selengkapnya tersaji pada uraian berikut:

2.2.1. Urusan Pendidikan

Urusan Pendidikan pada tahun 2014 dilaksanakan melalui 9 program yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dengan hasil evaluasi kinerja anggaran tiap program adalah sebagai berikut: