CREDIT RISK Laporan Tahunan 2015 BANK DINAR

PT BANK DINAR INDONESIA Tbk I LAPORAN TAHUNAN 2015 I 155 kelompok yaitu tagihan kredit Non Impair dan tagihan Impair. Tagihan Non Impair adalah tagihan kredit dengan tunggakan pokok dan bunga sampai dengan 90 hari, sedangkan tagihan Impair adalah tagihan kredit dengan tunggakan pokok danbunga lebih dari 90 hari. Atas tagihan kredit tersebut, Perseroan membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai CKPN atas portofolio kredit yang telah diberikan kepada debitur. CKPN dibedakan antara CKPN individual dan CKPN kolektif. CKPN individual untuk portofolio kredit diperhitungkan berdasarkan cashlow debitur. Sedangkan CKPN kolektif didasari oleh data historis Perseroan selama 3 tahun terakhir dengan menggunakan system migration. Sementara itu, terkait Aset Tertimbang Menurut Risiko ATMR, Perseroan telah memperhitungkan ATMR untuk risiko kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat debitur korporasi bank sampai saat ini belum berperingkat maka seluruh perhitungan menggunakan klasiikasi tanpa peringkat. Sebagai salah satu proses mitigasi risiko, Perseroan mewajibkan adanya agunan sebagai second-way-out. Agunan yang dapat diterima oleh Perseroan harus memenuhi kriteria memiliki dokumentasi kepemilikan yang jelas dan sah, memiliki nilai pasar yang baik marketability value, dapat diikat secara hukum legalitas, dan memiliki nilai yang relatif stabil dan cenderung naik baik untuk agunan yang bergerak, agunan tidak bergerak, agunan tunai, maupun emas. Penyerahan agunan diawali dengan proses penilaian agunan dan diikat sesuai dengan ketentuan legalitas yang berlaku. Atas agunan tersebut di-cover dengan asuransi yang dipasangkan Banker’s Clause Bank.

7.2. RISIKO OPERASIONAL

Pengelolaan risiko operasional menjadi perhatian Bank cukup penting mengingat seluruh aktivitas Bank terpapar adanya risiko operasional. Risiko operasional adalah risiko yang terjadi karena ketidakcukupan danatau tidak berfungsinya into two, Non Impair Credit Invoice and Impair Invoice. Non Impair Credit Invoice is a credit with staple arrear and interest valid to 90 days, while the impair invoice came in more than 90 days. Upon those invoice, the corporate will form Backup Decreasing Loss Value CKPN over debtor portfolio. There are two kind of CKPN, an Individual CKPN and Collective CKPN. The individual based on debtor cash flow while the collective one based on corporate data form the last three years through migration system. For Risk Weighted Assets, corporate have been calculating ATMR for risk credit based on rule. All the corporate debtor is being calculated by classification since the lack of corporate’s debtor rating. As one of the risk mitigation process, collateral is an obligate as a second way out. The collateral is accepted if it has a clear and legal ownership, marketability value, legality, a stable value or evolved value for moving collateral, non moving collateral, cash collateral, or gold. The handover will start with judging the collateral itself and bound to certain legality policy. The collateral needs to covered by Banker’s Clause Bank.

7.2. OPERATIONAL RISK

Operational risk have become main issue to all bank since all the bank’s activity is exposed to operational risk. Operational Risk itself is a risk that occur because of the lack or mal function in the internal process, human error, system failure or I LAPORAN TAHUNAN 2015 I PT BANK DINAR INDONESIA Tbk 156 proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau adanya problem external yang mempengaruhi operasional bank. Untuk pencegahan Perseroan melakukan hal-hal antara lain; Setiap adanya produk ataupun aktivitas baru Perseroan selalu dilakukan kajian risiko sesuai dengan ketentuan dari regulator. Melakukan peninjauan ulang dan penyempurnaan atas Standard Operation Procedure masing-masing unit kerja secara berkala. Memastikan ketersediaan Disaster Recovery Plan DRP yang diuji secara berkala sebagai antisipasi jika terjadi gangguan IT. Perseroan juga telah memiliki kebijakan dan prosedur mengenai pengelolaan risiko operasional yang dituangkan dalam berbagai pedoman seperti Pedoman Penggunaan Teknologi Sistem Informasi, Pedoman Pelaksanaan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme APU dan PPT dan Pedoman Penerapan Manajemen Risiko serta pedoman-pedoman lainnya. Disisi lain juga adanya penetapan limit seperti limit transaksi, limit persetujuan transaksi yang dievaluasi secara berkala. Selain itu Perseroan juga memberikan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia yang berkesinambungan agar dapat memberikan pelayanan yang baik dan terhindar dari human error. Kebijakan pengolaan risiko operasional bertujuan untuk menghindari kerugian akibat kegagalan atau tidak memadainya proses internal, manusia, sistem atau akibat adanya kejadian eksternal. Untuk hal itu, Perseroan melakukan identiikasi data kejadian operasional yang berisi kejadian- kejadian yang terjadi di bank baik yang berpotensi menimbulkan kerugian maupun yang sudah menimbulkan kerugian serta pelampauan limit, rasio-rasio operasional, kepatuhan bank terhadap program APU dan PPT dan penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya. any external cause that effect bank’s operational. To prevent it, corporate needs to; Corporate have to review all the risk based on valid regulation for every new product or activity. Periodically reviewed and re new Stand Operation Procedure to each working unit. Make sure that Disaster Recovery Plan DRP are working perfectly to anticipate IT failure. The Company also have policy and procedure to manage operational risk in several guidelines such as Guideline of Using Information System Technology, Guidelines of Program Anti Money Laundry and Prevention to Terrorism Fund APU and PPT and Guideline of Implementation to Risk Management and other guidelines. On the other side, limit establishment such as transactional limit and transactional approval limit are periodically reviewed. Beside that, corporate are obligate to give education and training periodically to human resources so they can give best services and prevent human error. These operational risk management policy is to prevent a loss caused by internal process or human or system failure or caused by external case. Therefore, corporate have to anticipate it by analyst or identified operational activity that consist of any potential loss or already happened loss and over the limit activity, bank compliance to APU and PPT also implementation of accounting principal in admitting revenue and cost.