RISK MANAGEMENT IMPLEMENTATION SELF ASSESSMENT OF GCG IMPLEMENTATION 2015

I LAPORAN TAHUNAN 2015 I PT BANK DINAR INDONESIA Tbk 152 Komisaris dan di tingkat Direksi dibantu oleh Komite Manajemen Risiko Risk Management Committee. • Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit; Penerapan manajemen risiko di Perseroan telah dituangkan dalam beberapa kebijakan dan prosedur,antara lain Kebijakan Manajemen Risiko KMR. KMR sebagai ketentuan tertinggi dalam memberikan arahan kebijakan pengelolaan dan pengendalian risiko dalam rangka mengamankan Perseroan atas risiko yang dihadapi dalam aktivitas bisnisnya. Penetapan limit dikelola dalam kegiatan usaha dan produk dan telah disesuaikan tingkat risiko yang akan diambil risk appetite dan limit tersebut ditinjau secara berkala untuk menyesuaikan terhadap perubahan kondisi yang terjadi. • Kecukupan proses identiikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko; Proses penerapan manajemen risiko yang meliputi identiikasi, pengukuran, pemantauan, pengelolaan dan pengendalian terhadap ke delapan risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko kepatuhan, risiko stratejik, risiko hukum, dan risiko reputasi. Salah satu pengukuran risiko tercermin dalam Laporan Proil Risiko triwulanan. • Sistem pengendalian intern; Pengendalian internal telah dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Intern untuk menilai pelaksanaan proses dan sistem manajemen risiko pada aktivitas fungsional yang memiliki eksposur risiko. Board of Directors. • Policy Adequacy, Procedure and Limit Establishment; The implementation of risk management in a corporate has been annotated to a various policy and procedure which is Risk Management Policy KMR. KMR is the highest provision in managing the risk control and policy in order to securing the corporate from the risk of the business activity. Limit establishment was managed by business activity and product that have been adjusted by the risk appetite. Those limits will be evaluated periodically to adjust with the circumstances. • Identification Process Adequacy, Measurement, supervision and Control Risk and Risk Management Information System; Implementing the risk management including identification, measurement, supervision, management, and controlling are being done to the eight kind of risk which are Credit Risk, Market Risk, Liquidity Risk, Operational Risk, Compliance Risk, Strategic Risk, Legal Risk, and Reputation Risk. One of the measurement is reflected in Quarter Risk Profile Report. • Internal Control System Internal Controlling is being done by the Internal Audit Working Unit. They assess the process and system of risk management to functional activity that exposed by the risk. There are a clear boundary between PT BANK DINAR INDONESIA Tbk I LAPORAN TAHUNAN 2015 I 153 Selain itu, adanya pemisahan fungsi yang jelas antara unit kerja operasional risk taking unit dengan unit kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian risiko risk management unit. Adapun lingkup penerapan manajemen risiko meliputi 8 delapan jenis risiko, yakni Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Operasional, Risiko Likuiditas, Risiko Hukum, Risiko Kepatuhan, Risiko Strategis dan Risiko Reputasi. Berdasarkan pada hasil pengukuran setiap faktor risiko dari 8 delapan jenis risiko yang dihadapi Bank Dinar per Desember 2015 menyimpulkan bahwa risiko melekat Inheren Risk untuk seluruh risiko adalah ”Low-To-Moderate” sedangkan hasil penilaian terhadap Kualitas Penerapan Manajemen Risiko KPMR pada posisi tersebut adalah ”Satisfactory”. Risiko Melekat relatif tidak berubah dibanding dengan tahun sebelumnya 2014. Perlambatan aktivitas ekonomi yang terjadi telah berhasil diantisipasi sehingga tidak berpengaruh pada aktiitas bank. Dengan kondisi risiko melekat dan kualitas penerapan manajemen risiko tersebut, maka proil risiko PT Bank Dinar Indonesia Tbk per 31 Desember 2015 adalah 2 dua atau ”Low-To-Moderate”. Penerapan dan Implementasi Dalam rangka mengetahui tingkat risiko yang dihadapi Perseroan, maka secara berkala Perseroan melakukan pengukuran risiko. Untuk tujuan pengukuran ini, Perseroan melakukan penilaian terhadap beberapa indikator penilaian yang dikelompokkan dalam delapan jenis risiko, yaitu Risiko Kredit, Risiko Operasional, Risiko Likuiditas, Risiko Pasar, Risiko Kepatuhan, Risiko Hukum, Risiko Reputasi dan Risiko Strategis. Pada sisi lain juga dilakukan penilaian terhadap Sistem Pengendalian Risiko dari masing-masing jenis risiko dimaksud. Risk Taking Unit with Risk Management Unit. There are eight kind of risk which are Credit Risk, Market Risk, Liquidity Risk, Operational Risk, Compliance Risk, Strategic Risk, Legal Risk, and Reputation Risk. Based on that measurement from eight kind of risk faced by Bank Dinar per December 2015, it shows that Inheren Risk to all risk are Low-To- Moderate while judging the Risk Management Implementation Quality is Satisfactory. The Inheren Risk score from 2014 was the same, Low To Moderate. PT. Bank Dinar success to face the economic decrease so it didn’t effect to the bank activity. With the score of IR and KPMR, the PT. Bank Dinar Indonesia Tbk per 31 st December 2015 is 2 two or Low To Moderate. Implementation To know the risk level of each corporate, the corporate needs to measure the risk. It can be done by measuring several indicator grouped to eight kind of risk which are Credit Risk, Market Risk, Liquidity Risk, Operational Risk, Compliance Risk, Strategic Risk, Legal Risk, and Reputation Risk. Beside that, the corporate need assess Risk Control System from each kind of risk. I LAPORAN TAHUNAN 2015 I PT BANK DINAR INDONESIA Tbk 154

7.1. RISIKO KREDIT

Perbankan sebagai lembaga intermediasi tidak akan lepas dari pemberian kredit kepada debitur, sehingga dalam aktivitas ini Bank berhadapan dengan risiko kredit. Risiko kredit adalah risiko yang mungkin terjadi sebagai akibat gagalnya pihak debitur untuk memenuhi kewajibannya kepada bank. Untuk pengelolaan risiko ini Perseroan menerapkan prinsip kehati-hatian mulai dari analisa kelayakan, penggunaan fasilitas sampai dengan kredit lunas. Disisi lain juga melakukan langkah-langkah penyelesaian secepatnya atas kredit bermasalah dan juga mengambil langkah-langkah yang diperlukan atas kredit yang menunjukkan gejala bermasalah. Untuk memitigasi risiko kredit, sesuai dengan aturan dari Otoritas, Bank membentuk cadangan kerugian penurunan nilai dalam jumlah yang cukup. Keputusan pemberian kredit dilakukan apabila diyakini bahwa pinjaman yang diberikan kepada Debitur dapat kembali sesuai dengan target waktu yang diberikan. Proses pengambilan keputusan kredit dilakukan melalui Rapat Komite Kredit yang anggotanya terdiri dari Account Oicer, Pejabat Perkreditan, dan Direksi. Keputusan diambil apabila seluruh peserta rapat Komite menyetujui atas usulan pemberian kredit. Selain itu, Perseroan mengelola dan mengkontrol risiko kredit dengan berbagai cara di antaranya diversiikasi produk kredit, menetapkan limit kredit, pengukuran dan pemantauan, serta pengendalian risiko kredit termasuk penilaian Jaminan Kredit. Perseroan juga menjalankan fungsi pengawasan supervisory kredit dengan efektif yang mencakup pemantauan dan pemeriksaan yang ketat, berkala dan terus menerus pada kredit yang telah disalurkan. Mengambil tindakan secepatnya terhadap kredit bermasalah atau yang menunjukan potensi bermasalah. Mengacu pada ketentuan Prinsip Standar Akuntansi Keuangan PSAK 5550, Perseroan mengelompokan kualitas kredit dalam dua

7.1. CREDIT RISK

Bank as an intermediation institutional can not be separated to giving loan to debtor and this kind of activity will face a credit risk. Credit Risk is a risk when the debtor can not fulfill hisher obligation to the bank. To manage this kind of risk, corporate will apply an extra awareness that come with feasibility analysis, facility usage until the credit paid off. On the other side, corporate needs to take actions needed to the non performing loan and try to solve it. To mitigated credit risk, based on Financial Service Authority FSA, bank have to form an enough backup decreasing loss value. Credit can be gifted to debtor who can convince to return the credit on time. The decision about whether to give the credit or not is taken through Credit Committee Meeting done by Account Officer, Credit Officer and Board of Directors. Credit Approval came if all the meeting members approve the credit proposal. Beside that, corporate also manage and control risk credit by credit product diversification, set the credit limit, measure and supervise and also control the credit risk including Credit Guarantee assessment. Corporate also doing credit supervisory effectively to the given credit including intense control and supervise periodically. Take a fast action to face the non performing loan or potentially non performing loan. Based on Principles of Financial Accounting Standards Prinsip Standar Akuntansi Keuangan PSAK 5550, corporate can separate credit quality PT BANK DINAR INDONESIA Tbk I LAPORAN TAHUNAN 2015 I 155 kelompok yaitu tagihan kredit Non Impair dan tagihan Impair. Tagihan Non Impair adalah tagihan kredit dengan tunggakan pokok dan bunga sampai dengan 90 hari, sedangkan tagihan Impair adalah tagihan kredit dengan tunggakan pokok danbunga lebih dari 90 hari. Atas tagihan kredit tersebut, Perseroan membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai CKPN atas portofolio kredit yang telah diberikan kepada debitur. CKPN dibedakan antara CKPN individual dan CKPN kolektif. CKPN individual untuk portofolio kredit diperhitungkan berdasarkan cashlow debitur. Sedangkan CKPN kolektif didasari oleh data historis Perseroan selama 3 tahun terakhir dengan menggunakan system migration. Sementara itu, terkait Aset Tertimbang Menurut Risiko ATMR, Perseroan telah memperhitungkan ATMR untuk risiko kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat debitur korporasi bank sampai saat ini belum berperingkat maka seluruh perhitungan menggunakan klasiikasi tanpa peringkat. Sebagai salah satu proses mitigasi risiko, Perseroan mewajibkan adanya agunan sebagai second-way-out. Agunan yang dapat diterima oleh Perseroan harus memenuhi kriteria memiliki dokumentasi kepemilikan yang jelas dan sah, memiliki nilai pasar yang baik marketability value, dapat diikat secara hukum legalitas, dan memiliki nilai yang relatif stabil dan cenderung naik baik untuk agunan yang bergerak, agunan tidak bergerak, agunan tunai, maupun emas. Penyerahan agunan diawali dengan proses penilaian agunan dan diikat sesuai dengan ketentuan legalitas yang berlaku. Atas agunan tersebut di-cover dengan asuransi yang dipasangkan Banker’s Clause Bank.

7.2. RISIKO OPERASIONAL

Pengelolaan risiko operasional menjadi perhatian Bank cukup penting mengingat seluruh aktivitas Bank terpapar adanya risiko operasional. Risiko operasional adalah risiko yang terjadi karena ketidakcukupan danatau tidak berfungsinya into two, Non Impair Credit Invoice and Impair Invoice. Non Impair Credit Invoice is a credit with staple arrear and interest valid to 90 days, while the impair invoice came in more than 90 days. Upon those invoice, the corporate will form Backup Decreasing Loss Value CKPN over debtor portfolio. There are two kind of CKPN, an Individual CKPN and Collective CKPN. The individual based on debtor cash flow while the collective one based on corporate data form the last three years through migration system. For Risk Weighted Assets, corporate have been calculating ATMR for risk credit based on rule. All the corporate debtor is being calculated by classification since the lack of corporate’s debtor rating. As one of the risk mitigation process, collateral is an obligate as a second way out. The collateral is accepted if it has a clear and legal ownership, marketability value, legality, a stable value or evolved value for moving collateral, non moving collateral, cash collateral, or gold. The handover will start with judging the collateral itself and bound to certain legality policy. The collateral needs to covered by Banker’s Clause Bank.

7.2. OPERATIONAL RISK

Operational risk have become main issue to all bank since all the bank’s activity is exposed to operational risk. Operational Risk itself is a risk that occur because of the lack or mal function in the internal process, human error, system failure or