Dukungan sumber daya manusia dan finansial

73 daerah sebagai sumber dana pendamping. Ketidakjelasan penanggung jawab finansial ini berpotensi menghambat implementasi kebijakan HTR. 4.2 Lingkungan Kebijakan 4.2.1. Dukungan pemangku kepentingan stakeholder Analisis pemangku kepentingan stakeholder dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui posisi masing-masing stakeholders dalam implementasi HTR dan memanfaatkan kepentingan, kekuatan dan pengaruh yang dimiliki oleh setiap stakeholders dalam implementasi HTR di Kabupaten Sarolangun. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diketahui bahwa pada inisiasi awal HTR tahun 2007 hingga tahun 2009 cukup banyak pihak yang tertarik dan terlibat dalam program HTR, baik pihak instansi pemerintah maupun organisasi nirlaba. Dari hasil inventarisasi pemangku kepentingan stakeholders, diketahui bahwa stakeholders yang terlibat dan potensial terlibat dalam implementasi kebijakan HTR di Kabupaten Sarolangun saat ini terdiri atas beberapa komponen, yaitu: 1 Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, 2 BP2HP Wilayah IV Jambi, 3 Bappeda Kabupaten Sarolangun, 4 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Sarolangun, 5 DPRD Komisi II Kabupaten Sarolangun, 6 PT Samhutani, 7 LP3D, 8 Universitas Jambi dan 9 masyarakat. Dukungan yang diberikan oleh masing-masing stakeholders tergantung kepada tingkat kepentingan yang dipengaruhi dan keuntungan yang diharapkan Grindle, 1980. Tingkat kepentingan stakeholder dapat dilihat berdasarkan persepsi mereka terhadap kebijakan HTR harapan mereka terhadap tujuan HTR dan bagaimana cara mereka menyikapi kebijakan ini keuntungan atau biaya apa yang pernah dikeluarkan dan sumber daya apa yang telah dimobilisasi. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat tiga persepsi stakeholder mengenai tujuan dari kebijakan HTR yaitu 1 perbaikan kawasan hutan produksi; 2 kesejahteraan masyarakat; dan 3 supply bahan baku kayu. Meskipun beberapa stakeholders memiliki persepsi bahwa tujuan HTR lebih dari satu dengan takaran yang berbeda-beda. Tabel 14 menunjukkan persepsi harapan responden terhadap tujuan kebijakan HTR. 74 Tabel 14 Persepsi Responden terhadap Tujuan HTR No Stakeholders Tujuan Perbaikan HP Kesejahteraan Masyarakat Supply Bahan Baku 1. Dishut Provinsi Jambi ++ +++ + 2. BP2HP +++ + ++ 3. Universitas Jambi +++ ++ + 4. Disbunhut Kabupaten ++ +++ + 5. Bappeda Kabupaten ++ ++ + 6. DPRD Kabupaten ++ +++ + 7. LP3D ++ +++ + 8. PT. Samhutani ++ + +++ 9. Masyarakat + +++ ++ Keterangan: + : rendah; ++ : sedang, +++ : tinggi Selain persepsi mereka terhadap tujuan HTR, tingkat kepentingan stakeholders dalam implementasi kebijakan HTR dapat dilihat dari persepsi mereka terhadap kebijakan HTR, relevansi kebutuhan terhadap implementasi kebijakan HTR, motivasi keterlibatan dalam implementasi kebijakan HTR, bentuk dukungan yang diberikan dan tingkat keuntungan yang diharapkan. Tabel 15 menunjukkan penilaian terhadap tingkat kepentingan masing-masing stakeholder. Tabel 15 Penilaian Tingkat Kepentingan Stakeholder No Stakeholders P1 P2 P3 P4 P5 Nilai 1. Dinas Kehutanan Provinsi Jambi 4 4 4 5 4 21 2. BP2HP 5 5 5 5 5 25 3. Universitas Jambi 4 3 4 4 4 19 4. Dinas Kehutanan Kabupaten 5 4 5 5 5 24 5. Bappeda Kabupaten 3 3 3 3 2 14 6. DPRD Komisi II Sarolangun 3 3 2 2 3 13 7. LP3D 3 2 2 2 2 11 8. PT. Samhutani 2 1 1 1 2 7 9. Masyarakat 5 5 5 4 5 24 Keterangan : P1 = persepsi mengenai ketepatan HTR sebagai resolusi masalah P2 = relevansi kebutuhan P3 = motivasi keterlibatan P4 = bentuk dukungan P5 = keuntungan yang diharapkan Data di atas menunjukkan bahwa stakeholders yang memiliki nilai kepentingan tinggi adalah instansi pemerintah sektor kehutanan BP2HP dan disbunhut kabupaten, dimana implementasi kebijakan HTR merupakan salah satu tupoksi tugas pokok dan fungsi mereka. Masyarakat selaku kelompok target dari implementasi kebijakan HTR juga memiliki tingkat kepentingan yang tinggi, 75 sedangkan sektor swasta memiliki nilai kepentingan yang rendah dan merasa tidak pernah dilibatkan dalam proses implementasi HTR di Kabupaten Sarolangun. Meskipun beberapa stakeholders memiliki tingkat kepentingan yang tinggi terhadap HTR, namun tidak semuanya memiliki pengaruh dalam menyukseskan implementasi kebijakan HTR di Kabupaten Sarolangun. Pengaruh stakeholder terhadap implementasi kebijakan HTR dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Penilaian Tingkat Pengaruh Stakeholder No Stakeholders P1 P2 P3 P4 P5 Nilai 1. Dinas Kehutanan Provinsi Jambi 4 5 5 3 5 22 2. BP2HP 4 5 3 5 5 22 3. Universitas Jambi 3 4 4 3 4 18 4. Dinas Kehutanan Kabupaten 5 5 5 5 5 25 5. Bappeda Kabupaten 4 3 4 3 4 18 6. DPRD Komisi II Sarolangun 2 5 5 3 5 20 7. LP3D 2 2 4 3 3 14 8. PT. Samhutani 1 2 3 5 5 16 9. Masyarakat 4 1 1 5 1 12 Keterangan : P1 = tingkat keterlibatan P2 = perankontribusi dalam pembuatan keputusan P3 = Hubungan dengan stakeholder lain P4 = dukungan SDM P5 = dukungan finansial Tabel 16 menunjukkan bahwa yang memiliki pengaruh yang besar dalam menyukseskan implementasi kebijakan HTR di Kabupaten Sarolangun adalah BP2HP dan Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, sedangkan masyarakat memiliki pengaruh yang terkecil dalam keberhasilan implementasi HTR. Dengan mengkombinasikan Tabel 15 dan Tabel 16 maka dibuat ilustrasi mengenai tingkat kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholders dengan menggunakan stakeholder grid. Ilustrasi yang ditampilkan terdiri atas empat kuadran yang menggambarkan posisi masing-masing stakeholders dalam mendukung kebijakan HTR. Sebaran posisi stakeholders berdasarkan kepentingan dan pengaruh mereka dalam implementasi HTR digambarkan pada Gambar 10.