Komitmen pemerintah daerah Kesiapan, Kemauan dan Kemampuan Pemerintah Daerah .1 Kesiapan pemerintah daerah
104 Tabel 34 menunjukkan bahwa tingkat kemampuan responden dalam
menterjemahkan kebijakan HTR tinggi 66.67. Hal ini diduga oleh tingginya tingkat pengetahuan responden terhadap materi kebijakan HTR Tabel 30.
Sebagian besar responden beranggapan bahwa HTR merupakan inovasi baru yang sangat strategis untuk memecahkan permasalahan konflik kepemilikan lahan di
Kabupaten Sarolangun. Hasil wawancara dengan beberapa responden di lingkungan Dinas
Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sarolangun menunjukkan bahwa rendahnya tingkat fasilitasi dan pengawasan yang dilaksanakan oleh Dinas
Perkebunan dan Kehutanan Sarolangun disebabkan oleh: 1.
Minimnya dana yang dialokasikan untuk kegiatan HTR 2.
Jarak lokasi areal pencadangan HTR yang cukup jauh dengan aksesibilitas yang rendah, terutama di musim hujan.
5.2 Modal Fisik, Modal Manusia dan Modal Sosial Masyarakat 5.2.1 Modal fisik
Modal fisik dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan tiga indikator, yaitu: 1 penguasaan lahan oleh responden yang berada dalam areal pencadangan
areal; 2 ketersediaan areal apabila masyarakat ingin mengajukanmenambah izin HTR; dan 3 keberadaan tanaman dalam areal yang akansudah diajukan untuk
mendapatkan izin HTR. Modal fisik yang dikuasai oleh masyarakat dalam lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 35.
Tabel 35 Modal Fisik
Indikator Modal Fisik Tinggi
Sedang Rendah
n n
n Penguasaan lahan
51 62.96
10 12.35
20 24.69
Ketersediaan areal 15
18.52 29
35.80 37
45.68 Keberadaan tanaman
34 41.97
31 38.27
16 19.75
Total Modal Fisik 10
12.35 66
81.48 5
6.17
Berdasarkan Tabel 35, secara umum dapat dikatakan bahwa modal fisik yang dimiliki oleh masyarakat di tiga lokasi penelitian dalam implementasi HTR
masuk dalam katagori sedang 80.25. Hal ini dipengaruhi oleh penguasaan lahan yang tinggi 62.96, ketersediaan areal rendah 45.68 dan keberadaan
tanaman yang tinggi 41.97.
105 Bila ditelaah berdasarkan desa asal responden, maka diketahui bahwa
modal fisik yang dimiliki oleh Desa Lamban Sigatal dan Desa Taman Bandung berada dalam kategori sedang dengan persentase berturut-turut adalah 88 dan
48.28, sedangkan Desa Seko Besar memiliki modal fisik sedang–tinggi 44.44. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 6.
Keberadaan tanaman. Penentuan skor keberadaan tanaman dalam
penelitian ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu 1 ada atau tidaknya tanaman di areal tersebut, dan 2 tanaman yang ada di lahan tersebut tumbuh sendiri atau
ditanam. Keberadaan tanaman tinggi apabila tanaman dalam lahan tersebut ditanam, sedang apabila tanaman tumbuh sendiri dan rendah apabila lahan
tersebut belum ditanami.
Penguasaan lahan. Data dalam Tabel 40 juga menunjukkan bahwa
penguasaan lahan responden yang berada dalam kawasan areal pencadangan HTR termasuk ke dalam katagori tinggi 62.96, karena hampir semua responden
menguasai lahan yang berada dalam areal pencadangan HTR, meskipun belum semua responden telah memiliki izin IUPHHK-HTR. Tabel 36 menunjukkan
bahwa dari total penguasaan lahan, rata-rata responden menguasai lahan di dalam kawasan pencadangan HTR seluas 4.99 ha.
Tabel 36 Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan di Areal HTR
1
Kriteria Desa
Total Seko Besar
Lamban Sigatal Taman Bandung
n Rata-
rata n
Rata- rata
n Rata-
rata n
Rata- rata
5 ha 24
88.89 7
28.00 13 44.83
44 54,32
5 – 10 ha 3
11.11 1.41 12
48.00 8.68 15 51.72
5.17 24 29,63 4.99
10 – 15 ha 0.00
4 16.00
1 3.45
5 6,17
15 ha 0.00
2 8.00
1 3.45
2 2,47
Rata-rata luas penguasaan lahan di areal HTR yang terkecil 1.41 terdapat di Desa Seko Besar karena sebagian besar penduduknya telah memiliki
lahan usaha yang berasal dari jatah pemerintah sehingga tidak menggantungkan kebutuhan lahannya dengan membuka hutan. Desa Lamban Sigatal memiliki rata-
rata luas penguasaan lahan terbesar 8.68 karena desa ini adalah desa asli yang
1
Data merupakan hasil penelitian bersama Sdr. Endang Pudjiastuti dan telah dipublikasikan dalam Tesis yang berjudul Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam
Kegiatan HTR Di Kabupaten Sarolangun, Jambi.