50 Penentuan nilai kekuatan power dalam penelitian ini menggunakan
taksonomi yang dikembangkan oleh French Raven 1959 sebagaimana diacu Yukl 1994, yaitu:
1. Reward power di mana orang yang ditargetkan menjadi patuh agar dapat
memperoleh imbalan reward yang diyakini dimiliki oleh agen. 2.
Coercive power di mana orang yang ditargetkan menjadi patuh agar dapat menghindari hukuman yang diyakini dimiliki oleh agen.
3. Legitimate power di mana orang yang ditargetkan menjadi patuh karena
percaya bahwa agen tersebut mempunyai hak untuk meminta dan orang yang ditargetkan mempunyai kewajiban untuk mematuhinya.
4. Expert power di mana orang yang ditargetkan menjadi patuh karena percaya
bahwa agen tersebut mempunyai pengetahuan mengenai cara terbaik untuk melakukan sesuatu.
5. Referent power orang yang ditargetkan menjadi patuh karena ia mengagumi
dan mengidentifikasi dirinya dengan agen tersebut dan ingin memperoleh penerimaan dari agen.
Data jawaban terhadap tingkat kekuatan dan pengaruh masing-masing stakeholders skor akan dikelompokkan menurut jenis indikatornya dan
disandingkan sehingga membentuk sebuah matriks yang menggambarkan posisi stakeholder berdasarkan tingkat kekuatan dan pengaruh yang dimilikinya,
sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Posisi Stakeholders Berdasarkan Pengaruh dan Kekuatan Sumber : Silverstein et al 2009
TINGGI RENDAH
TINGGI
PENGARUH KE
KUAT A
N
A B
C D
51 Setelah mendapatkan posisi stakeholder berdasarkan tingkat kepentingan
dan pengaruh yang dimilikinya Gambar 5 dan tingkat kekuatan dan pengaruh yang dimilikinya Gambar 6, maka langkah selanjutnya adalah menggabungkan
kedua gambar tersebut dalam satu gambar yang dapat memetakan posisi masing- masing stakeholder berdasarkan kekuatan, kepentingan dan pengaruh yang
dimilikinya, sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 7.
PENGARUH RENDAH
PENGARUH TINGGI
KEPENTINGAN RENDAH
KEKUATAN RENDAH
KEKUATAN TINGGI
KEPENTINGAN TINGGI
KEKUATAN RENDAH
KEKUATAN TINGGI
Gambar 7. Posisi Stakeholder Berdasarkan Tingkat Pengaruh, Kepentingan, Kekuatan yang dimilikinya
Setelah mengetahui posisi masing-masing stakeholder dalam implementasi kebijakan HTR, langkah selanjutnya adalah menyusun strategi berdasarkan posisi
masing-masing stakeholder.
3.4.4 Evaluasi kesenjangan gap implementasi HTR
Kesenjangan implementasi kebijakan HTR dalam penelitian ini dievaluasi melalui: 1 faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat
dalam implementasi HTR; 2 derajat kesukarelaan partisipasi Dusseldorp, 1981; dan 3 tingkatan partisipasi Arnstein,1969.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi ditentukan dengan melihat hubungan antara modal-modal yang dimiliki oleh masyarakat modal
fisik, modal manusia dan modal sosial terhadap tingkat partisipasi. Dalam menentukan hubungan tersebut digunakan analisis korelasi peringkat Spearman.
52 Rumus yang digunakan adalah Sugiyono 2007 :
r
s
dimana : r = 1 -
2
s
d = koefesien kolerasi spearman
i
n = banyaknya sampel = selisih perangkat peubah X dan Y
Nilai r
s
berkisar antara -1,00 hingga +1,00. Apabila r
s
bernilai nol, maka tidak ada korelasi, apabila r
s
bernilai -1,00 atau +1,00 maka terdapat korelasi sempurna. Nilai r
s
akan bernilai positif +1,00 bila peringkat peubah X makin besar dan nilai peubah Y juga makin besar, sebaliknya akan bernilai negatif
-1,00 bila peubah X makin besar dan peringkat peubah Y makin kecil. Hipotesa yang diajukan :
Ho = X dan Y saling bebas H1 = X dan Y berhubungan langsung atau kebalikan
Kaidah keputusannya : 1.
Jika r
s
tabel spearman untuk α2n atau r
s
2. Jika r
tabel spearman untuk α2n maka tolak Ho
s
tabel spearman untuk α1n atau r
s
Derajat kesukarelaan partisipasi akan ditentukan dengan menggunakan jenjang sebagaimana yang dikemukakan oleh Dusseldorp 1981 sedangkan
tingkatan partisipasi akan ditentukan menurut pola bertingkat Arnstein 1995. Tingkatan partisipasi dan derajat kesukarelaan partisipasi ini tidak menjelaskan
bagus atau tidak bagus sebuah level, melainkan sesuai atau tidak sesuai sebuah level terhadap kondisi masyarakat. Tahapanjenjang dari derajat kesukarelaan
partispasi menurut Dusseldorp 1981 dan tingkatan partisipasi menurut Arnstein 1995 dapat dilihat pada tinjauan pustaka.
tabel spearman untuk α1n maka tolak Ho
3.4.5 Formulasi strategi implementasi kebijakan
Untuk membangun formulasi strategi implementasi kebijakan HTR dalam penelitian ini digunakan SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities and
Threaths analysis. Selanjutnya untuk pengambilan keputusan, dilakukan analisa
53 lebih lanjut dengan menggunakan analisis QSPM Quantitative Strategic
Planning Matrix.
Menurut Rangkuti 2008, proses penyusunan perencanaan strategis dilakukan melalui tiga tahap analisis yaitu tahap pengumpulan data atau masukan,
tahap analisis atau pemaduan dan tahap pengambilan keputusan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif. Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai
faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing- masing. Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk merencanakan
sesuatu hal yang dilakukan dengan mempertimbangkan kekuatan Strength, kelemahan Weaknesses, kesempatan Opportunities, dan ancaman Threaths.
SWOT ini biasa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana sebuah rencana akan dibuat.
3.4.5.1 Tahap pengumpulan data
Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu: data eksternal dan data internal. Tahap ini juga
disebut tahap masukan input stage yaitu: menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi dengan menyimpulkan matriks Internal
Factor Evaluation IFE dan External Factor Evaluation EFE. Matriks IFE digunakan untuk meringkas faktor-faktor internal yang
berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dihadapi masyarakat dalam melakukan partisipasi. Matriks EFE digunakan untuk meringkas faktor-faktor
eksternal yang berkaitan dengan peluang dan ancaman yang berasal dari luar komunitas dalam melakukan partisipasi. Langkah-langkah penyusunan matriks
IFE dan EFE David, 2009 adalah sebagai berikut : a.
Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal Langkah pertama adalah mengidentifikasi faktor-faktor internal, yaitu
dengan merumuskan variabel unsur-unsur kekuatan yang ada di masyarakat disusul dengan merumuskan variabel unsur-unsur kelemahannya. Langkah
selanjutnya adalah dengan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yaitu dengan merumuskan variabel unsur-unsur peluang yang ada dan disusul dengan