Modal sosial Implementator dan target kebijakan

18 Para ilmuwan sosial sadar bahwa keberhasilan ekonomi tidak hanya ditentukan oleh modal ekonomi yang berbentuk material semata, tetapi juga ada modal dalam bentuk immaterial. Modal immaterial ini oleh banyak ilmuwan disebut sebagai modal sosial. Modal sosial bisa melekat pada individu manusia dan juga bisa merupakan hasil interaksi sosial dalam bentuk jaringan sosial Alder Seok, 2002. Oleh karena itu, mengenai pengertian atau definisi modal sosial sangat beragam tetapi tidak lepas dari dua obyek penekanan, pertama penekanan pada karakteristik yang melekat pada individu norma-norma, saling percaya, saling pengertian, kepedulian dan lain-lain dan kedua penekanan pada jaringan hubungan sosial adanya kerjasama, pertukaran informasi dan lain-lain.

2.3.3 Lingkungan implementasi kebijakan

Lingkungan tempat di mana sebuah kebijakan diimplementasikan akan sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah kebijakan. Keadaan sosial-ekonomi, politik, dukungan publik maupun kultur populasi tempat sebuah kebijakan diimplementasikan akan sangat mempengaruhi keberhasilan kebijakan publik. Kondisi sosial-ekonomi sebuah masyarakat yang maju, sistem politik yang stabil dan demokratis, dukungan baik dari konstituen maupun elit penguasa, dan budaya keseharian masyarakat yang mendukung akan mempermudah implementasi sebuah kebijakan Ekowati, 2009. Lebih lanjut Ekowati 2009 menyebutkan bahwa ketika sebuah perundang-undangan ditetapkan sebagai dasar struktur legal, pada implementasinya terjadi paling tidak dua proses penting, yaitu : 1. Kebutuhan suatu program untuk mencari perubahan perilaku dalam menerima secara konstan atau periodik sebuah kebijakan. Jika terjadi penundaan dalam mencari kerjasama, maka banyaknya kepentingan akan mempengaruhi keberhasilan implemetasi dan tujuan kebijakan. 2. Pengaruh perubahan dalam kondisi sosial ekonomi dengan dukungan tujuan di antara publik, umumnya kepentingan kelompok dan pemerintahan. Hofferbert 1994 yang diacu oleh Ekowati 2009 menyebutkan bahwa perubahan yang terjadi biasanya bervariasi sebagai faktor anteseden yang mendahului, yang diidentifikasi sebagai berikut: a peristiwa historis, b 19 kondisi sosial ekonomi, c opini publik dan d wilayah tempat kebijakan diimplementasikan.

2.3.4 Analisis Stakeholder

Analisis stakeholder merupakan suatu pendekatan untuk memahami sebuah sistem dan perubahan yang terjadi di dalamnya, dengan mengidentifikasi aktor kunci atau stakeholder kunci dan menilai kepentingan masing-masing stakeholder dalam sistem tersebut Grimble Wellard, 1997. Istilah stakeholder dalam analisis ini ditujukan untuk semua pihak yang mempengaruhi, dan atau dipengaruhi oleh kebijakan, keputusan dan tindakan dalam sebuah sistem. Oleh karena itu, stakeholder dapat bersifat individual, masyarakat, kelompok sosial atau institusi dalam berbagai ukuran, kesatuan atau tingkat dalam masyarakat. Analisis stakeholder memandu kita untuk dapat sampai pada persoalan dan memahami alasan yang ada di balik konflik kepentingan yang mengancam keberhasilan suatu proyek atau kebijakan Grimble Chan, 2005. Masuknya ide ini dalam perencanaan lingkungan dapat menyempurnakan prediksi mengenai hasil outcomes, mengurangi resiko perlawanan yang tidak terduga dan secara umum memfasilitasi informasi bagi pembuat keputusan Grimble et al., 1995 Meyers 2001 menyatakan bahwa analisis stakeholder diperlukan untuk memahami posisi orang lain dalam menghadapi isu yang ada, sehingga dapat menakar tingkat dukungan atau oposisi dari orang lain dan memprediksi langkah yang akan diambil bila terjadi perubahan. Lebih lanjut Meyers 2001 mengungkapkan bahwa masing-masing stakeholder memiliki derajat kekuatan power yang berbeda-beda dalam mengontrol keputusan yang berpengaruh pada kebijakan dan lembaga; dan mereka juga memiliki derajat potensi yang berbeda untuk disumbangkan atau derajat kepentingan interest yang berbeda dalam mencapai tujuan tertentu. Kepentingan interest dalam oxford advanced leaner’s dictionary didefenisikan sebagai sesuatu yang akan membuat seseorang memberikan perhatiannya terhadap sesuatu Hornby, 1995. Dalam literatur psikologi sosial, pengaruh influence didefenisikan sebagai proses dari mempengaruhi pemikiran, kebiasaan dan perasaan dari orang lain dan kapasitas pengaruh seseorang agen terhadap orang lain target akan sangat tergantung pada kekuatan yang dimiliki 20 oleh orang tersebut agen Nelson Quick, 1994 dalam Reed et al. 2009. Yukl 1994 menyebutkan bahwa pengaruh hanya merupakan efek dari suatu pihak agensubyek terhadap pihak yang lain targetobyek. Pengaruh tersebut dapat mengenai orang, hal-hal atau peristiwa. Dalam hal menyangkut orang, pengaruh tersebut dapat mengenai sikap, persepsi, perilaku atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Pengaruh seseorang agen terhadap orang lain target akan sangat tergantung oleh kekuatankekuasaan yang dimiliki seseorang agen. Meyers 2001 mengemukakan bahwa kekuatan power stakeholder dapat diketahui dari tingkat kemampuan stakeholder untuk membujuk atau memaksa orang lain untuk membuat keputusan dan atau mengikuti serangkaian kegiatan tertentu. Lebih lanjut Meyers 2001 mengungkapkan bahwa kekuatan dapat berasal dari sifat organisasi stakeholder dan atau posisi mereka dalam hubungannya dengan stakeholder lain. French Raven 1959 sebagaimana diacu Yukl 1994 mengembangkan sebuah taksonomi untuk mengklasifikasikan kekuasaankekuatan power berdasarkan sumber-sumbernya, yaitu: 1. Reward power di mana orang yang ditargetkan menjadi patuh agar dapat memperoleh imbalan reward yang diyakini dimiliki oleh agen. 2. Coercive power di mana orang yang ditargetkan menjadi patuh agar dapat menghindari hukuman yang diyakini dimiliki oleh agen. 3. Legitimate power di mana orang yang ditargetkan menjadi patuh karena percaya bahwa agen tersebut mempunyai hak untuk meminta dan orang yang ditargetkan mempunyai kewajiban untuk mematuhinya. 4. Expert power di mana orang yang ditargetkan menjadi patuh karena percaya bahwa agen tersebut mempunyai pengetahuan mengenai cara terbaik untuk melakukan sesuatu. 5. Referent power orang yang ditargetkan menjadi patuh karena ia mengagumi dan mengidentifikasi dirinya dengan agen tersebut dan ingin memperoleh penerimaan dari agen.