Tingkat Partisipasi EVALUASI GAP IMPLEMENTASI

123 tersebut masuk ke dalam kawasan hutan, maka mereka tidak akan mendapatkan sertifikat hak milik. Kendala lain datang dari kepala desa yang tidak menyetujui kebijakan HTR sehingga proses administrasi pengajuan izin HTR bagi yang ingin ikut serta terhambat. Untuk itu perlu adanya koordinasi dengan instansi lain terkait terutama dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Sosialisasi HTR di Desa Lamban Sigatal, telah dilaksanakan dan proses pengajuan izin HTR sedang berjalan, hasilnya sebanyak 92 responden yang terpilih berminat untuk berpartisipasi dalam kegiatan HTR. Identifikasi kepemilikan lahan di areal pencadangan HTR di Desa Lamban Sigatal sedang dilakukan. Upaya pengajuan izin HTR dilakukan dengan pembentukan kelompok-kelompok tani. Sampai dengan tahun 2010 telah terbentuk 14 kelompok tani HTR. Pemetaan areal telah dilakukan pada 10 kelompok tani dengan anggota 57 kepala keluarga dan luas 529 ha. Jumlah ini cukup besar karena masih menunggu kepastian hasil pemetaan dan verifikasi lahan. Responden yang ikut serta dalam kegiatan HTR di Desa Taman Bandung sebanyak 65.52. Responden tersebut adalah mereka yang telah memiliki izin HTR perorangan atau yang sedang dalam proses pengajuan izin. Jumlah responden yang ikut serta di desa ini lebih kecil dibandingkan dengan Lamban Sigatal karena proses pemetaan dan verifikasi lahan telah selesai sehingga penataan kawasan telah jelas. Responden yang lahannya berada di luar kawasan HTR tidak dapat ikut serta dalam kegiatan HTR walaupun mereka tertarik untuk ikut serta. Dari responden yang mempunyai lahan di areal HTR juga mulai turun minatnya untuk ikut serta karena mereka yang sudah keluar izin HTRnya sampai saat ini juga masih belum ada kegiatan atau masih belum bisa menanam karena kekurangan modal. Mereka masih ingin melihat terlebih dahulu apakah ada keuntungan yang mereka peroleh dari kegiatan tersebut. Winarto 2003 mengemukakan bahwa masyarakat akan tergerak untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan apabila: 1 partisipasi dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada di tengah masyarakat yang bersangkutan; 2 partisipasi memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan; 3 manfaat yang diperoleh tersebut dapat memenuhi 124 kepentingan masyarakat setempat; dan 4 dalam proses partisipasi terdapat jaminan kontrol oleh masyarakat. Implementasi kebijakan HTR di lokasi penelitian belum mampu membuat masyarakat merasa bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan apabila berpartisipasi dalam kebijakan HTR. Menurut mereka akan sama saja apabila mereka ikut HTR atau tidak, karena lahan yang menjadi areal pencadangan HTR telah mereka kuasai sejak dahulu dan diakui secara de facto oleh masyarakat setempat. Masyarakat menuntut hal yang lebih dari pemerintah agar memenuhi kebutuhan mereka terhadap biaya pembuatan hutan, seperti penyediaan bibit, pemupukan, biaya pemeliharaan. Oleh karena itu, meskipun tingkat keinginan masyarakat untuk ikut serta dalam implementasi HTR tinggi 54.32, namun hal ini tidak diikuti dengan tingkat partisipasi yang tinggi. Sebanyak 81.48 responden memiliki tingkat partisipasi yang rendah dengan skor nilai rata-rata 5.16 dari skor maksimal 123 Pudjiastuti, 2011. Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan HTR dapat dilihat pada Tabel 50. Tabel 50 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Partisipasi Kriteria Kegiatan HTR Total Kegiatan Perencanaan Pelaksanaan Pemanfaatan Pemeliharaan dan Evaluasi n n n n n Tinggi 11 13.58 3 3.70 0.00 0.00 1 1.23 Sedang 20 24.69 29 35.80 3 3.70 11 11.11 14 17.28 Rendah 50 61.73 49 60.49 78 96.30 72 88.89 66 81.48 Sumber: Pudjiastuti, 2011 Tabel di atas memperlihatkan bahwa implementasi kegiatan HTR di lokasi penelitian masih dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan. Hal ini terlihat dari tingkat partisipasi responden yang tinggi hanya terjadi pada kedua tahap kegiatan tersebut. Selebihnya tingkat partisipasi responden dalam kegiatan pemanfaatan dan evaluasi masih dalam kategori rendah.

6.3. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Mayarakat

Partisipasi masyarakat dalam suatu programkegiatan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Sastropetro 1988 yang diacu oleh Yuwono 2006, secara umum faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan 125 pembangunan adalah : 1 keadaan sosial ekonomi masyarakat, 2 bentuk programkegiatan pembangunan itu sendiri, dan 3 keadaan lingkungan. Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang dimaksud terdiri dari pendidikan, pendapatan, kebiasaan, kepemimpinan, keadaan keluarga, kemiskinan, kedudukan sosial dan sebagainya. Bentuk programkegiatan merupakan kegiatan yang dirumuskan serta dikendalikan oleh pemerintah yang dapat berupa organisasi kemasyarakatan atau kebijakan-kebijakan, sedangkan keadaan lingkungan adalah faktor fisik daerah yang ada di lingkungan sekitar tempat hidup masyarakat. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terutama dalam program pengelolaan hutan antara lain tingkat pendidikan, pengalaman bertani, sifat kekosmopolitan Susiatik 1998; Neupane et al.,2002; Zbinden Lee, 2005. Neupane et al. 2002 dan Zbinden Lee 2005 menambahkan faktor seperti umur, kepemilikan lahan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, dan persepsi masyarakat sebagai faktor yang juga sangat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan di Nepal dan Kostarika. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam mengimplementasikan kebijakan HTR dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi modal fisik, modal manusia dan modal sosial. Modal fisik merupakan faktor-faktor fisik yang dimiliki oleh masyarakat dan diduga berpengaruh terhadap tingkat partisipasi mereka dalam implementasi HTR. Modal fisik tersebut meliputi penguasaan lahan, ketersediaan areal untuk HTR dan keberadaan tanaman dalam kawasan pencadangan HTR. Modal manusia sangat penting, karena modal usaha tidak hanya berwujud fisik saja, melainkan akan didominasi oleh modal manusia seperti pendidikan, keterampilan dan keeraatan hubungan Coleman, 1988; Fukuyama, 2007. Keahlian, kemampuan, pengetahuan dan sikap merupakan bagian dari mutu modal manusia yang sangat berperan dalam pembangunan ekonomi Hardjanto, 2002. Dalam penelitian ini modal manusia yang diduga menjadi faktor yang akan mempengaruhi tingkat partisipasi adalah tingkat pendididikan, tingkat pengetahuan, dan tingkat pendapatan masyarakat. 126 Di samping modal fisik dan modal manusia, faktor yang diduga berpengaruh pada tingkat partisipasi dalam implementasi kebijakan HTR di Kabupaten Sarolangun adalah modal sosial. Modal sosial bisa melekat pada individu manusia dan juga bisa merupakan hasil interaksi sosial dalam bentuk jaringan sosial Alder Seok, 2002. Modal sosial penting dipertimbangkan karena masyarakat tidak hanya berupa sekumpulan manusia yang secara fisik telah bersama dalam kurun waktu tertentu melainkan terdapat semangat atau ruh yang memperkuat kehidupan kolektif Pranadji, 2006. Masyarakat yang memiliki modal sosial yang tinggi, cenderung bekerja secara bergotong royong, bebas bicara dan mampu mengatasi perbedaan. Sebaliknya, masyarakat yang memiliki modal sosial yang rendah akan tampak adanya kecurigaan, pengelompokan, tidak ada kepastian hukum dan keteraturan sosial Suharto, 2007. Oleh karena itu, guna mencapai tujuan perlu menambahkan modal sosial pada setiap kebijakan Weyerhaeuser et al., 2006. Hubungan antara modal fisik, modal manusia dan modal sosial terhadap tingkat partisipasi akan menggambarkan seberapa besar pengaruh ketiga modal tersebut terhadap tingkat partsipasi seseorang dalam mengimplementasikan kebijakan HTR. Peranan masing-masing modal tergambar dari besarnya koefesien korelasinya, sehingga dapat diketahui modal mana yang paling berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam mengimplementasikan HTR dan modal mana yang perlu mendapatkan perhatian untuk dikembangkan dan ditingkatkan agar tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi HTR dapat menjadi lebih baik, meskipun saat ini modal tersebut bukan modal yang berhubungan secara nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat. Peranan modal fisik, modal manusia dan modal sosial tehadap partisipasi masyarakat dapat dilihat pada Tabel 51.