37 3.
Lingkungan kebijakan, yakni suasana tertentu tempat kejadian di sekitar isu kebijakan itu timbul, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pelaku kebijakan
dan kebijakan publik Berdasarkan berbagai pemikiran di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat
tiga komponen utama yang dianggap mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu 1 isi kebijakan HTR, 2 implementator dan kelompok target dan 3 lingkungan
kebijakan. Oleh karena itu, evaluasi proses implementasi kebijakan HTR ini akan difokuskan kepada tiga komponen utama tersebut.
Komponen kebijakan akan dianalisis melalui peraturan-peraturan terkait dengan pembangunan hutan tanaman rakyat dan dokumen lain yang mendukung.
Telah terdapat beberapa penelitian mengenai kebijakan HTR. Agar tidak tumpang tindih dengan penelitian yang lain, maka hal-hal yang akan dianalisa dari faktor
kebijakan dalam penelitian ini akan dibatasi terhadap : 1.
Kejelasan dan konsistensi tujuan kebijakan. Tujuan yang digunakan harus jelas, konsisten, desirable diinginkan dan
rasional. 2.
Asumsi yang digunakan Asumsi yang digunakan dalam perumusan kebijakan hendaknya realistis.
Asumsi yang realistis akan menentukan tingkat validitas suatu kebijakan. 3.
Struktur Implementasi kebijakan 4.
Dukungan sumberdaya manusia dan finansial Komponen lain yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah komponen
pelaku kebijakan, yang terdiri dari pemerintah daerah pemda selaku implementator dan masyarakat selaku kelompok target. Komponen pemda akan
dikaji menggunakan tiga indikator, yaitu: 1.
Kesiapan pemda, meliputi: tingkat pengetahuan pemda terhadap kebijakan HTR dan regulasi lain yang mendukung, ketersediaan SDM kehutanan di
daerah dan jaringan network yang dimiliki pemda dalam rangka implementasi kebijakan HTR;
2. Komitmenkemauan pemda, meliputi: paradigmacara pandang pemda terhadap
kebijakan-kebijakan terkait pemberdayaan masyarakat dan persepsi pemda terhadap HTR;
38 3.
Kemampuan pemda, meliputi: kemampuan pemda dalam menerjemahkan kebijakan HTR ke lapangan, kemampuan pemda memasarkan HTR sebagai
sebuah inovasi, kemampuan pemda melakukan problem solving bila terjadi permasalahan di lapangan, dan kemampuan pemda melakukan asistensi,
fasilitasi, dan promosi dalam rangka implementasi HTR serta kemampuan pemda dalam mengawasi proses implementasi HTR.
Komponen lain yang akan dianalisa adalah kondisi masyarakat selaku kelompok target dalam implementasi kebijakan HTR. Hal yang akan dikaji
meliputi : 1.
Modal fisik, meliputi: luas lahan hutan yang mungkin dijadikan HTR, sarana komunikasi dan sarana transportasi.
2. Modal manusia, meliputi: tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, tingkat
pendapatan, persepsi masyarakat terhadap HTR, 3.
Modal sosial, meliputi: jejaring sosialjejaring kerja, tingkat kepercayaan antar sesama, tingkat kepatuhan terhadap norma, tingkat kepedulian antar sesama
dan keterlibatan dalam aktivitas organisasi sosial Komponen ketiga yang akan dianalisa dalam penelitian ini adalah
lingkungan tempat kebijakan diimplementasikan. Faktor yang akan dianalisis dalam komponen lingkungan adalah: dukungan pemangku kepentingan
stakeholders lainnya, kondisi sosial budaya, kelangkaan kayu dan pemasaran. Dari hasil analisis kedua komponen tersebut pelaku kebijakan dan
lingkungan kebijakan akan didapatkan faktor kunci implementasi kebijakan HTR yang menunjukkan faktor pendukung, faktor penghambat, peluang dan ancaman
yang dihadapi oleh masyarakat selaku kelompok target kebijakan dalam implementasi kebijakan HTR. Langkah selanjutnya adalah menganalisis
kesenjangan implementasi dan merumuskan strategi implementasi kebijakan HTR. Evaluasi kebijakan HTR akan didekati dengan menggunakan indikator
tingkat partisipasi masyarakat dalam mengimplementasikan HTR, sedangkan strategi kebijakan akan dibangun berdasarkan hasil analisis terhadap ketiga
komponen di atas. Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
39
Keterangan : : proses
: metode analisis
PERUMUSAN STRATEGI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN HUTAN
TANAMAN RAKYAT PERBAIKAN
KONDISI HUTAN PRODUKSI
PEMENUHAN KEBUTUHAN KAYU DAN
NON KAYU PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
KEBIAKAN PEMERINTAH
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
GAP
EVALUASI ISI EVALUASI
EVALUASI PELAKU KEBIJAKAN -
Kejelasan konsistensi tujuan
- Asumsi yg digunakan
- Struktur Implementasi
- SDM dan Finansial
PEMDA MASYARAKAT
- Kesiapan
- Komitmen
- Kemampuan
- Modal Fisik
- Modal
Manusia -
Modal Sosial -
Dukungan pemangku kepentingan
- Budaya Masyarakat
- Pemasaran
- Kelangkaan Kayu
ANALISIS DESKRIPTIF ANALISIS ISI
FAKTOR KUNCI IMPLEMENTASI
EVALUASI GAP IMPLEMENTASI ANALISIS
STAKEHOLDER PARTISIPASI
MASYARAKAT
MATRIKS IFE DAN EFE
MATRIKS ANALISIS SWOT
MATRIK ANALISIS QSPM
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian
STRATEGI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN HTR DI KABUPATEN SAROLANGUN
40
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan, mulai dari bulan Juni sampai Desember 2011. Penelitian dilaksanakan di Kota Jambi untuk data
kebijakan dan implementator dan Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi untuk
data lingkungan, implementator dan masyarakat selaku kelompok target.
Untuk mengumpulkan data masyarakat, penulis memilih tiga desa di Kabupaten Sarolangun sebagai contoh lokasi penelitian yang diambil secara
sengaja purposive sampling, yaitu: Desa Taman Bandung, Desa Seko Besar dan Desa Lamban Sigatal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.
Desa-desa tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan: 1.
Ketiga desa tersebut terletak satu hamparan dan berada dekat dengan areal pencadangan HTR Kabupaten Sarolangun dan merupakan desa yang berada
dalam proses implementasi HTR baik dalam proses perijinan maupun telah mendapatkan ijin IUPHHK-HTR.
2. Bentuk ijin perorangan akan mempermudah dalam memprediksi dampak
kebijakan HTR terhadap masyarakat. Dari 1 807 KK yang mendapatkan IUPHHK-HTR perorangan, 18 KK diantaranya terdapat di Desa Taman
Bandung Kabupaten Sarolangun Ditjen BUK, 2011.
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada proses implementasi kebijakan hutan tanaman rakyat HTR di tiga desa di Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun,
Provinsi Jambi, yaitu Desa Taman Bandung, Desa Lamban Sigatal dan Desa Seko Besar. Berbagai hasil penelitian yang dilaksanakan pada lokasi berbeda dan
literatur pendukung lain, akan digunakan sebagai pembanding dan memperkaya hasil analisis penelitian.
3.2 Desain Penelitian 3.3.1 Tehnik pengumpulan data
Untuk mendapatkan data dan informasi sesuai dengan kebutuhan studi, maka dilakukan pengumpulan data dan informasi menggunakan pendekatan
sebagai berikut :
41 1.
Penelusuran dokumen kebijakan, dokumen perencanaan dan dokumen hasil penelitian, tulisan, laporan yang terkait dengan kebijakan HTR.
2. Penggunaan kuisioner berupa i pertanyaan tertutup dengan menggunakan
alternatif jawaban tiga poin skala likert yang disesuaikan dengan pertanyaan dan ii pertanyaan semi terbuka dengan peubah katagorikal seperti
pendidikan dan peubah numerik seperti umur dan pendapatan. 3.
Wawancara mendalam in-depth interview, dimaksudkan untuk mengetahui aspek-aspek kualitatif secara lebih mendalam dan komprehensif. Responden
untuk wawancara mendalam adalah informan kunci key informan yang memiliki kompetensi sesuai dengan kajian yang ditelaah. Penentuan informan
kunci menurut Sudikan 2006 harus melalui beberapa pertimbangan diantaranya : 1 orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai
dengan permasalahan yang diteliti; 2 orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas mengenai permasalahan yang diteliti.
4. Focus group discussion FGD, yaitu kelompok diskusi terarah yang
bertujuan untuk menggali gagasan, mengidentifikasi dan merumuskan strategi dan mencari alternatif strategi dalam implementasi kebijakan HTR.
5. Dokumentasi, mengumpulkan data dengan cara mencatat data-data yang telah
tersedia tercetak atau tergambar di kantor atau instansi yang terkait dengan penelitian.
3.3.2 Teknik penentuan responden dan informan
Responden yang dipilih dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan tujuan penelitian yaitu: 1 analisis pemangku kepentingan stakeholder analysis, 2
implementator, dan 3 kelompok target. Responden pada kelompok pertama stakeholder analysis ditujukan untuk mengetahui posisi dan dukungan masing-
masing pemangku kepentingan stakeholder dalam implementasi HTR. Untuk itu, responden yang dipilih adalah stakeholder yang terkait dengan implementasi
kebijakan HTR, yaitu: BP2HP wilayah IV Jambi 2 orang, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Disbunhut Kabupaten Sarolangun 3 orang, BAPPEDA Kabupaten
Sarolangun 2 orang, Anggota DPRD Komisi II Bidang Kehutanan Kabupaten Sarolangun 1 orang, Dinas Kehutanan Dishut Provinsi Jambi 2 orang, sektor
swasta 1 orang, LP3D 1 orang dan Universitas Jambi 1 orang.
42 Pemilihan responden pada Dishut Provinsi, Dishut Kabupaten, BAPPEDA
Kabupaten Sarolangun dan BPHP diarahkan pada pegawai yang terlibat dalam proses implementasi kebijakan HTR mulai dari penetapan target, pencadangan
hingga proses keluarnya IUPHHK serta pelaksanan kebijakan, sedangkan untuk responden yang berasal dari Universitas Jambi dipilih orang yang memiliki
pengetahuan mengenai implementasi HTR dan memiliki kemampuan untuk menilai implementasi kebijakan HTR pada Kabupaten Sarolangun. Responden
untuk sektor swasta dalam penelitian ini adalah HTI PT. Samhutani yang memiliki wilayah berbatasan dengan areal pencadangan HTR, sedangkan
LSMNGO yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah LP3D Lembaga Penelitian Pengembangan Potensi Desa.
Responden pada kelompok ke-dua implementator ditujukan untuk mengetahui dukungan pemda dalam implementasi HTR. Untuk itu, responden
yang dipilih adalah responden yang terlibat langsung dalam kegiatan HTR, yaitu : Dishut Kabupaten Sarolangun, BAPPEDA Kabupaten Sarolangun, dan anggota
DPRD komisi II Bidang Kehutanan. Responden ditetapkan sebanyak 15 orang, yaitu 12 orang disbunhut, 2 orang BAPPEDA dan 1 orang anggota DPRD Komisi
II Bidang Ekonomi, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sarolangun Responden pada kelompok ke-tiga kelompok target ditujukan untuk
mengetahui modal yang dimiliki masyarakat dalam mengimplementasikan HTR. Populasi penelitian dalam kelompok ke-tiga ini adalah seluruh kepala keluarga
yang tinggal di lokasi penelitian baik yang sudah mendapatkan ijin HTR maupun yang belum. Dari populasi tersebut dipilih contoh secara purposive sampling
sebanyak 81 responden. Kriteria responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah 1 responden merupakan kepala keluarga yang tinggal di lokasi peneltian;
2 telah mengenal tahu mengenai program HTR; dan 3 terlibat dalam proses implementasi HTR, meskipun baru dalam hal menghadiri sosialisasi. Distribusi
contoh dapat dilihat pada Tabel 3.