Kepedulian kepada sesama Modal sosial

115 Mereka akan pulang pada hari Jumat siang untuk melakukan ibadah pada hari jumat dan melakukan kegiatan sosial pada hari SabtuMinggu. Tingkat keterlibatan masyarakat dalam organisasi soial yang mereka ikuti dapat dilihat pada Tabel 48. Tabel 48. Tingkat Keterlibatan dalam Organisasi Sosial Network Indikator Tingkat Keterlibatan dalam Organisasi Tinggi Sedang Rendah n n n

A. KERAGAMAN ORGANSASI •

Jumlah organisasi yang diikuti 5 6.17 45 55.55 31 38,27 • Keragaman latar belakang ekonomi 20 24.69 29 35.80 32 39.51 TOTAL 3 3.71 40 49.38 38 46.91

B. TINGKAT PARTISIPASI •

Asal mula menjadi mengikuti organisasi ikut membentuk, sukarela, diundang 22 27.16 28 34.57 31 38.27 • Keaktifan dalam organisasi 25 30.86 39 48.25 17 20.99 • Keikutsertaaan dalam 1 tahun terakhir 41 50.62 21 25.96 19 23.47 TOTAL 39 48.15 25 30.86 17 20.99

C. KERJASAMA •

Pengambilan Keputusan 39 48.15 36 44.44 6 7.41 • Kerjasama dalam kelompok 39 48.15 36 44.44 6 7.41 • Kerjsama dengan kelompok lain 43 53.09 25 30.87 13 16.05 TOTAL 34 41.98 33 40.74 14 17.28

D. KEBIJAKAN HTR •

Penyuluhan HTR 44 54.32 14 17.28 23 28.40 • Aktif di HTR 9 11.11 29 35.80 43 53.08 TOTAL 28 34.67 22 27.16 31 38.27 TOTAL KETERLIBATAN 28 34.56 40 49.38 13 16.05 Salah satu organisasi sosial yang ada di masing-masing desa asal responden adalah kelompok tani. Organisasi ini umumnya dibentuk untuk memudahkan komunikasi masyarakat yang memiliki kepentingan yang sama. Di Desa Lamban Sigatal, kelompok tani dibentuk dalam rangka pengembangan jernang, sedangkan di Desa Taman Bandung, kelompok tani dibentuk dalam rangka pengembangan HTR. Belakangan, di Desa Lamban Sigatal mulai dibentuk kelompok tani HTR. Tingkat keaktifan masyarakat Desa Taman Bandung pada saat inisiasi HTR baru dimulai tahun 2007-2009 sangat tinggi. Pertemuan mingguan selalu dilaksanakan untuk membahas berbagai hal mengenai HTR. Namun saat ini tingkat keaktifan masyarakat sudah sangat menurun, meskipun beberapa responden mengaku kelompok mereka tetap aktif melakukan pertemuan-pertemuan.

VI. EVALUASI GAP IMPLEMENTASI

Setiap kebijakan yang diterapkan harus memperoleh pengawasan supaya dapat dipertanggungjawabkan. Wujud pengawasan tersebut berupa evaluasi kebijakan yang dapat dilaksanakan setelah beberapa waktu atau periode berjalannya suatu kebijakan. Parsons 2005 mengungkapkan bahwa riset evaluasi hendaknya membahas dua dimensi, yaitu: 1 bagaimana sebuah kebijakan bisa diukur berdasarkan tujuan yang ditetapkan; dan 2 dampak aktual dari kebijakan. Uraian sebelumnya menjelaskan bahwa tujuan kebijakan HTR adalah: 1 meningkatkan produktifitas lahan hutan terdegradasi; dan 2 memberdayakan masyarakat. Berdasarkan tujuan kebijakan tersebut, terdapat dua indikator keberhasilan implementasi kebijakan HTR yaitu 1 jumlah luas hutan produksi yang telah mendapatkan izin pemanfaatan; dan 2 tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi HTR.

6.1. Peningkatan Produktifitas Hutan Versus Pemberdayaan Masyarakat

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan 2011, luas hutan produksi yang telah mendapatkan izin HTR hingga Februari 2011 adalah seluas 101 012.5 ha atau hanya sekitar 15.91 dari keseluruhan areal yang telah dicadangkan untuk HTR. Melihat kecilnya realisasi HTR, dapat disimpulkan bahwa kebijakan HTR belum mampu menjadi tools dalam mengurangi jumlah lahan kritis di Indonesia, mekipun secara jelas disebutkan bahwa tujuan HTR adalah meningkatkan produktifitas hutan produksi. Data Statistik Kehutanan Indonesia menyebutkan bahwa luas lahan kritis dalam kawasan hutan di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 82 juta ha Kemenhut 2011a. Terkait agenda rehabilitasi lahan kritis pro environment yang merupakan salah satu misi HTR, target pencadangan HTR seluas 5.4 juta ha pada tahun 2016 hanya akan mampu memperbaiki 6.6 dari luas lahan kritis yang ada pada saat ini dengan asumsi tingkat keberhasilan 100. Realisasi HTR yang rendah menunjukkan bahwa kontribusi kebijakan HTR dalam memperbaiki kondisi hutan produksi masih sangat kecil. Berdasarkan perhitungan luas efektifrasionalisasi kawasan hutan diketahui bahwa luas hutan yang dialokasikan untuk pengusahaan hutan skala kecil adalah