dalam menilai kualitas sumberdaya manusia, yakni Indeks Pembangunan Manusia atau dapat disingkat dengan IPM.
6.1 Kinerja Pelayanan Publik Sektor Pendidikan
Dalam proses pembangunan yang integral, pendidikan merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan. Karena pendidikan adalah salah satu penentu
kualias sumberdaya manusia atau human resources suatu wilayah atau daerah. Tingkat pendidikan akan menunjukan bagaimana tingkat kualitas sumberdaya
manusia. Pemerintah daerah sebagai stabilisator pembangunan daerah tentu saja berkewajiban memberikan pelayanan prima pendidikan demi meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia daerahnya. Kinerja pelayanan publik sektor pendidikan dapat ditunjukan sejauh mana
pemerintah daerah dalam hal ini Kabupaten Lebak memenuhi pelayanannya sesuai dengan standar pelayanan minimal yang telah ditentukan oleh Kementrian
Pendidikan Nasional. Dengan adanya aturan berupa standar pelayanan minimal pendidikan, diharapkan tiap pemerintah daerah mampu melaksanakan
kewajibannya dalam rangka pelaksanaan pendidikan nasional untuk masyarakat yang berada dalam lingkup kepemerintahannya. Pelayanan dasar yang harus
diberikan pemerintah daerah secara umum dibagi menjadi dua bagian, yakni fasilitas dan tenaga pendidikan. Fasilitas pendidikan yang diberikan berupa
ketersediaan gedung sekolah tiap satuan pendidikan, sedangkan tenaga kependidikan adalah jumlah guru yang tersedia di Kabupaten Lebak.
6.1.1 Fasilitas dan Tenaga Pendidikan
Tingkat pelayanan publik di sektor pendidikan dapat terlihat dari kondisi bangunan sekolah dan juga perbandingan jumlah tenaga pengajar dengan siswa
tiap satuan pendidikan yang ada di Kabupaten Lebak. Kondisi bangunan ini mencitrakan bagaimana pelayanan infrastruktur publik bidang pendidikan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah. Jumlah tenaga pengajar juga akan menjelaskan bagaimana pemenuhan pelayanan ketersediaan sumberdaya pengajar. Karena guru
ini adalah faktor pertama dalam proses transfer materi pengajaran kepada siswa untuk tiap satuan pendidikan di Kabupaten Lebak. Kondisi bangunan tiap satuan
pendidikan hingga tahun 2009 secara umum dapat diperlihatkan pada tabel di bawah sebagai berikut.
Tabel 21 Keadaan kondisi ruang belajar tingkat SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Lebak tahun 2009
JENJANG PENDIDIKAN
BAIK RUSAK RINGAN
RUSAK BERAT Jumlah
Jml Jml
Jml Jml
SD 3,576
79.64 664
14.79 250
5.57 4,490
100 MI
324 46.82
170 24.57
198 28.61
692 100
SMP 925
76.89 170
14.13 108
8.98 1,203
100 MTs.
244 47.10
144 27.80
130 25.10
518 100
SMA 316
85.64 42
11.38 11
2.98 369
100 SMK
107 95.54
5 4.46
0.00 112
100 MA
233 65.63
93 26.20
29 8.17
355 100
JUMLAH 5,725
1,288 726
7,739
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Tahun 2010 Berdasarkan tabel di atas, kondisi bangunan di Kabupaten Lebak dapat
dikatakan cukup baik untuk beberapa tingkat pendidikan. Dimana kondisi bangunan yang baik untuk SD, SMP, SMA dan SMA berturut-turut sebesar 79,64
persen, 76,89 persen, 85,64 persen, dan 95,54 persen. Sedangkan kondisi yang kurang memuaskan terjadi pada MI, MTs dan MA dimana kondisi bangunan
yang bagus hanya sebesar 46,82 persen, 47,10 persen dan 65,63 persen. Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak memiliki kesulitan dalam melakukan pemerataan
pembangunan untuk MI, MTs dan MA karena ketiga satuan pendidikan tersebut berada langsung di bawah Kemeterian Agama. Dimana selama ini sering terjadi
miss-koordinasi dalam proses perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan di sektor pendidikan.
Sebagian besar sekolah yang memiliki kondisi bangunan yang rusak adalah sekolah di daerah-daerah yang sulit terjangkau atau terpencil.
Keterpencilan tersebut menyebabkan pemerintah kurang memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dasar utama seperti fasilitas gedung sekolah. Walaupun
tidak menampik kemungkinan, sekolah yang berada di pusat pemerintahan pun ada yang mengalami kerusakan dan belum diperbaiki. Kendala anggaran akhirnya
menjadi akar utama kenapa banyak bangunan yang belum memenuhi standar pelayanan minimal di sektor pendidikan.
Sesuai dengan rujukan derajat pelayanan publik pendidikan, maka pelayanan dasar pendidikan akan diterjemahkan oleh rasio jumlah sekolah dengan
jumlah penduduk usia sekolah dan rasio guru dengan penduduk usia sekolah.
Rasio jumlah bangunan dan penduduk di tiap kecamatan secara terperinci dapat dijelaskan melalui Gambar 12 di bawah ini.
Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Gambar 11 Jumlah Rasio Bangunan sekolah dengan Penduduk Usia Sekolah di
Kabupaten Lebak Tahun 2009 Berdasarkan data rasio bangunan tiap satuan pendidikan dengan penduduk,
maka kecamatan yang memiliki rasio bangunan SD dengan penduduk cukup tinggi adalah Kecamatan Bayah, Cibeber, Banjarsari, Cileles, Warunggunung,
Sobang, Sajira, Cimarga, Warunggunung dan Rangkasbitung. Kecamatan yang memiliki rasio bangunan SD dengan penduduk paling rendah adalah Kecamatan
Bojongmanik dan Lebak Gedong. Kecamatan dengan rasio bangunan SMP dengan penduduk cukup tinggi adalah Kecamatan Bayah, Panggarangan, Cibeber,
Cileles, Cimarga dan Warunggunung, sedangkan kecamatan dengan angka rasio cukup rendah adalah Bojongmanik, Kalang Anyar dan Lebak Gedong. Untuk
kecamatan dengan rasio bangunan SMA dengan penduduk cukup tinggi adalah Kecamatan Rangkasbitung, Cileles dan Warunggunung, sedangkan yang rendah
adalah Sobang, Kalang Anyar, Cirinten, Cigemblong dan Cihara. Indikator pelayanan publik kedua yang dapat dilihat adalah seberapa
banyak jumlah guru yang disiapkan untuk bisa memberikan pengajaran kepada
0,001 0,002
0,003 0,004
0,005 0,006
0,007 0,008
0,009 0,01
Rasio bangunan SD- Penduduk Usia SD
Rasio Bangunan SMP- Penduduk Usia SMP
Rasio Bangunan SMASMK-Penduduk
Usia SMA
Malingping Wanasalam
Panggarangan Bayah
Cilograng Cibeber
Cijaku Banjarsari
Cileles Gunung Kencana
Bojongmanik Leuwidamar
Muncang Sobang
Cipanas Sajira
Cimarga Cikulur
Warunggunung Cibadak
Rangkasbitung Maja
Curugbitung Kalang Anyar
Lebak Gedong Cirinten
Cigemblong Cihara
siswa. Jumlah guru tersebut akan dibandingkan dengan jumlah penduduk usia sekolah yang ada di tiap kecamatan Kabupaten Lebak. Secara umum,
perbandingan antara guru dengan murid yang ada di Kabupaten Lebak adalah 1 : 24 SD, 1 : 30 SMP dan 1 : 27 SMA. Akan tetapi, angka tersebut bukan
berarti memberikan kabar gembira yang mutlak, karena untuk wilayah yang maju sudah memiliki guru yang cukup, sedangkan untuk wilayah tertinggal masih
membutuhkan tambahan guru. Secara spesifik, jumlah guru dan murid di Kabupaten Lebak Tahun 2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Gambar 12. Jumlah Rasio Guru dengan Penduduk Usia Sekolah di Kabupaten
Lebak Tahun 2009 Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh Gambar 13, maka kecamatan
yang memiliki rasio cukup tinggi antara guru dan murid SD adalah Bayah, Cilograng, Cibeber, Banjarsari, Warunggunung dan Rangkasbitung, sedangkan
kecamatan yang rendah rasionya adalah Wanasalam, Maja, Lebak Gedong dan Cigemblong. Untuk rasio guru dengan siswa tingkat SMP, maka kecamatan yang
memiliki rasio cukup tinggi adalah Panggarangan, Cijaku, Muncang, Cikulur dan Kalang Anyar, sedangkan kecamatan yang memiliki rasio rendah adalah Cileles,
Gunung Kencana, Cibadak, Maja dan Cigemblong. Rasio guru dengan murid cukup tinggi di tingkat SMA diduduki oleh beberapa kecamatan seperti
Panggarangan, Bojongmanik, Sajira dan Cikulur, sedangkan kecamatan yang
0,02 0,04
0,06 0,08
0,1 0,12
Rasio Jumlah Guru SD - Penduduk Usia SD
Rasio Guru SMP - Penduduk Usia SMP
Rasio Guru SMA- Penduduk Usia SMA
Malingping Wanasalam
Panggarangan Bayah
Cilograng Cibeber
Cijaku Banjarsari
Cileles Gunung Kencana
Bojongmanik Leuwidamar
Muncang Sobang
Cipanas Sajira
Cimarga Cikulur
Warunggunung Cibadak
Rangkasbitung Maja
Curugbitung Kalang Anyar
Lebak Gedong Cirinten
Cigemblong Cihara
memiliki rasio sangat rendah adalah Kecamatan Sobang, Kalang Anyar, Cirinten, Cigemblong dan Cihara.
Kondisi rasio perbandingan antara jumlah bangunan dan penduduk, serta jumlah guru dengan murid memiliki kesamaan kondisi. Sebagian besar kecamatan
yang memiliki kondisi rasio cukup tinggi adalah kecamatan yang secara transportasi darat lebih mudah diakses seperti Rangkasbitung, Cibeber,
Panggarangan, Warunggunung dan Banjarsari. Lain halnya dengan kecamatan yang relatif lebih sulit diakses, kecamatan tersebut memiliki rasio yang lebih
rendah, contohnya seperti Cigemblong, Lebak Gedong, Maja, Sobang, Cirinten dan Cihara.
6.1.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap Kinerja Pelayanan