Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Gambar 37 Grafik Perkembangan Rasio Belanja Infrastruktur Kesehatan
Kabupaten Lebak Tahun 2003-2009 Persentase Belum mencukupinya pelayanan tersebut tentu saja berkorelasi positif
dengan jumlah belanja yang dianggarkan pemerintah daerah. Dimana pada tahun 2009 saja rasio belanja untuk infrastruktur pelayanan kesehatan hanya 0,6 persen
dari tital APBD. Perkembangan rasio belanja infrastruktur kesehatan dalam tujuh tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 38.
7.2.8 Estimasi Sumber-sumber Disparitas Pembangunan wilayah
Dalam pemodelan ekonometrika, terdapat beberapa faktor yang dianggap menjadi sumber disparitas. Variabel-variabel yang diduga menjadi sumber
disparitas pembangunan wilayah adalah pertumbuhan PDRB Y, pertumbuhan IPM, rasio belanja insfrastuktur umum RBIU, rasio belanja infrastruktur umum,
rasio belanja infrastuktur pendidikan RBIP dan rasio belanja infrastuktur kesehatan RBIK. Disparitas pembangunan wilayah akan menggunakan indikator
Indeks Williamson yang menunjukan disparitas atau ketimpangan dari sisi pendapatan penduduk tiap kecamatan di Kabupaten Lebak. Adapun estimasi
pemodelan secara matematis dapat dilihat di bawah ini.
ln I
w
= 1,30 – 0,00242 Y
t
– 0,00468 IPM
t
– 0,0225 RBIU
t
– 0,124 RBIP
t
+ 0,0135 RBIK
t
0,47 0,48
0,43 0,46
0,49 0,52
0,59
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
Keterangan :
IW
t
: Indeks Williamson di Kabupaten Lebak pada Tahun ke-t Y
t
: Pertumbuhan PDRB di Kabupaten Lebak pada Tahun ke-t IPM
t
: Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Lebak pada Tahun ke-t
RBIU
t
: Rasio Belanja Infrastruktur Umum di Kab. Lebak pada Tahun ke-t RBIP
t
: Rasio Belanja Infrastruktur Pendidikan di Lebak pada Tahun ke-t RBIK
t
Variabel : Rasio Belanja Infrastruktur Kesehatan di Kab. Lebak pada Tahun ke-t
Tabel 45 Analisis Ekonometrik Regresi Berganda Sumber Disparitas Pembangunan Wilayah di Kabupaten Lebak
Koefisien t-stat
Prob t-stat Constant
1,301 17,64
0,000 Laju PDRB
- 0,00242 - 2,90
0.004 IPM
- 0,00467 - 4,74
0.000 RBIU
- 0,0225 - 6,26
0.000 RBIP
- 0,124 - 3,29
0.001 RBIK
0,0135 1,06
0.291 R2
72,3 F-stat
158,05 Prob F-stat
0,000 Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2011
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, diperoleh bahwa nilai F-hitung untuk model sumber disparitas pembangunan adalah 158,05. Jika dibandingkan
dengan nilai F-tabel pada tingkat signifikansi 5 persen 2,90, nilai F-hitung yang diperoleh untuk model tersebut lebih besar dari ketiga tingkat signifikansi
tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan PDRB, IPM, rasio belanja infrastruktur umum, rasio belanja infrastruktur pendidikan dan rasio
belanja infrastruktur kesehatan secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat disparitas yang dinilai melalui Indeks Williamson di Kabupaten Lebak.
Setelah diketahui bahwa terdapat variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, maka dilakukan penyelidikan lebih
lanjut untuk mengetahui secara spesifik variabel manakah yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Untuk pekerluan tersebut, dilakukan
pengujian koefisien regresi secara individual testing individual coefficient. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel model ekonometrika, maka nilai t
hitung
dari pertumbuhan PDRB, pertumbuhan IPM, rasio belanja infrastruktur umum dan rasio belanja infrastuktur pendidik lebih besar dari t
tabel
t
0,025
sebesar 2,571 sehingga berpengaruh secara siginifikan terhadap disparitas pembangunan
wilayah. Rasio belanja infrastruktur kesehatan tidak menjadi salah satu sumber disparitas karena nilai t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
t
0,025
Rasio belanja infrasruktur umum menjadi salah satu sumber utama terjadinya disparitas pembangunan wilayah. Infrastruktur umum yang dimaksud
adalah berupa jalan, jembatan, listrik, saluran irigasi dan sumberdaya air bersih. .
Pada perhitungan model dapat diketahui bahwa variabel rasio belanja infrastruktur pendidikan RBIP memberikan pengaruh paling besar terhadap
menurunnya angka disparitas, yakni 0,125. Karena model menggunakan ln, maka hal tersebut mempunyai arti bahwa apabila terjadi peningkatan RBIP pada tingkat
kabupaten sebesar 1 persen, maka Indeks Williamson akan menurun sebesar 0,125. Variabel independent lainnya yang juga mempengaruhi penurunan Indeks
Williamson secara berturut-turut adalah RBIU 0,0225, pertumbuhan IPM 0,00467 dan pertumbuhan PDRB 0,00242.
Analisis Sumber-sumber Disparitas Pembangunan wilayah
Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lebak secara sisitematis akan ikut menurunkan tingkat disparitas pembangunan wilayah Indeks Williamson.
Ketimpangan proporsional pada PDRB per kapita secara signifikan menjadi salah satu sumber ketimpangan pembangunan yang diukur dengan Indeks Williamson
di Kabupaten Lebak. Oleh karena itu, agar tingkat ketimpangan pembangunan mampu ditekan sekecil mungkin, maka tidak ada langkah lain kecuali dengan
meningkatkan pertumbuhan PDRB dan juga memperkecil tingkat proporsional pada PDRB per kapita tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Lebak.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah dengan meningkatnya IPM Kabupaten Lebak maka secara sisitematis akan menurunkan tingkat disparitas
pembangunan wilayah Indeks Williamson. Pertumbuhan IPM ini secara signifikan menjadi salah satu sumber terjadinya ketimpangan di Kabupaten
Lebak. Rendahnya angka IPM di Lebak menyebabkan tingginya tingkat disparitas pembangunan wilayah. Oleh karena itu, agar angka disparitas menurun maka
langkah yang bisa diambil oleh Pemkab Lebak adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dihitung melalui IPM. Bukan hanya kualitas
saja, namun penyebaran yang lebih merata kualitas manusia yang berdaya di masing-masing kecamatan pun harus tetap diperhatikan.
Hubungan sebab akibat yang didapat adalah dengan adanya peningkatan rasio belanja dalam infrastruktur umum, maka secara sisitematis akan menurunkan
tingkat disparitas pembangunan wilayah Indeks Williamson. Dengan pembangunan infrastruktur utama seperti jalan yang menghubungkan satu wilayah
dengan wilayah lainnya dalam lingkup Kabupaten Lebak akan menjadi stimulus tak langsung proses pembangunan lokal. Membaiknya akses transportasi akan
memberikan dampak yang cukup baik terhadap perkembangan investasi di Lebak khususnya di bagian selatan yang selama ini sulit dicapai. Tumbuhnya investasi
ini akan menjadi dorongan kuat dalam peningkatan kapasitas ekonomi lokal yang selanjutnya mampu meningkatkan PDRB per kapita kecamatan.
Rasio belanja infrastruktur pendidikan RBIP Kabupaten Lebak menjadi salah satu sumber utama terjadinya ketimpangan pembangunan. Dalam penjelasan
pada bab pelayanan publik pendidikan dapat terlihat bahwa terjadi rasio perbandingan infrastruktur sekolah antara wilayah utara dengan selatan. Sehingga
agar mampu menekan tingkat disparitas, maka salah satu kebijakan yang dapat dijalankan adalah dengan cara meningkatkan belanja di bidang infrastrktur
pendidikan di wilayah-wilayah yang hingga saat ini benar-benar memerlukan bantuan dan tambahan bangunan sekolah.
R
sio belanja infrastruktur kesehatan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat diaparitas pembangunan wilayah yang diukur dengan Indeks Williamson
tingkat Kabupaten Lebak, sehingga rasio belanja infrastruktur di bidang kesehatan merupakan bukan sumber utama terjadinya ketimpangan pembangunan di
Kabupaten Lebak. Pada hasil perhitungan dari pemodelan sumber-sumber disparitas terlihat
bahwa rasio belanja infrastruktur umum dan pendidikan mampu menurunkan angka disparitas. Hasil ini berhubungan erat dengan pembahasan sebelumnya
terkait dengan pengaruh pelayanan publik terhadap IPM. Hubungan yang terlihat adalah dengan meningkatkan rasio bangunan sekolah pada pemodelan maka akan
meningkatkan rasio belanja infrastruktur, selanjutnya peningkatan insfrastruktur ini akan menurunkan tingkat disparitas. Alokasi anggaran yang lebih tepat
seharusnya dapat diberikan kepada kecamatan-kecamatan dengan IPM rendah dan rasio infrastruktur rendah.
7.3 Keterkaitan Kualitas Sumberdaya Manusia, Struktur Ekonomi dan