Pemberdayaan Masyarakat Prinsip Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah 2. 8.1 Kebijakan,

yang lebih tinggi dan mahal, dengan dana yang mungkin akan menjadi lebih produktif apabila digunakan pada sektor-sektor ekonomi yang lain. Sumber :Todaro Smith, Tahun 2009 Gambar 4 Biaya dan Manfaat Sosial Pendidikan Versus Biaya dan Manfaat Individu Standar praktek dalam pengukuran kesehatan umumnya menggunakan tingkat hidup bayi, dan, terutama, dengan tingkat harapan hidup. Menurut definisi WHO, sistem kesehatan adalah semua aktivitas yang tujuan utamanya adalah meningkatakan, mengembalikan, atau menjaga kesehatan. Sistem kesehatan ini meliputi komponen-komponen departemen kesehatan publik, rumah sakit dan klinik, serta ruang praktek dokter dan paramedis.

2.7 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat mempunyai arti meningkatkan kemampuan atau daya dalam meningkatkan kemandirian masyarakat Soemodiningrat, 1999. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait antara lain seperti pengetahuan, kemampuan, status dan gender. Ramli 2003 menjelaskan terdapat beberapa prasarat yang perlu dipenuhi dalam pemberdayaan masyarakat, Pertama, penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan masyarakat berkembang. Kedua, peningkatan kemampuan masyarakat dalam membangun melalui berbagai bantuan dana, pelatihan, pembangunan prasarana dan sarana fisik maupun sosial, serta pengembangan kelembagaan di daerah. Ketiga, perlindungan melalui pemihakkan kepada yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraaan yang saling menguntungkan. Pembangunan wilayah dengan pemberdayaan masyarakat pada intinya berorientasi pada pengembangan suatu wilayah yang mampu memberdayakan potensi masyarakatnya baik yang bersifat alamiah maupun potensi manusianya Ramli, 2003.

2.8 Prinsip Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah 2. 8.1 Kebijakan,

Platform Pembangunan dan Kinerja Pemerintah Daerah Kamus Besar Bahasa Indonesia 1995 memberikan arti bahwa kebijakan adalah suatu rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, pernyataan cita-cita, tujuan, fungsi, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran. Hidayat 2005 menerangkan bahwa kebijakan merupakan deklarasi mengenai suatu dasar pedoman untuk bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas tertentu atau suatu rencana. Sedangkan kebijakan menurut Anderson 1979 adalah suatu langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi. Platform adalah acuan sebuah organisasi untuk menuntaskan masalah nasional dan merupakan simbol kebijakan serta agenda dalam menyelesaikan permasalahan. Sehingga platform diartikan sebagai patokan-patokan dasar dalam mensikapi suatu masalah Hidayat, 2005. Purbo 2005 memandang bahwa platform sebagai tempat untuk berpijak, berkarya dan berinteraksi. Platform juga diartikan sebagai landasan berpijak dari mana dan ke arah mana arah perjuangan, karena ini merupakan kristalisasi dari pemahaman, pengalaman dan kesadaran historis dalam membangun bangsa pada masa depan Mukhijab, 2004 Evaluasi Otda dilakukan untuk melihat sejauh mana kinerja penyelenggaraan otonomi dalam rangka pemantapan pelaksanaan otonomi daerah ke depan Hadianto, 2006. Titik berat pelaksanaan otonomi adalah peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, demokrasi dan keserasian hubungan pusat-daerah serta daerah-daerah.

2. 8.2 Model Pengukuran Kinerja

Model pengukuran kinerja bertujuan untuk melakukan pengukuran keberhasilan pemerintah daerah dalam menjalankan roda pemerintahan di era otonomi daerah, yang kemudian pada intinya dapat ditemukan beberapa indikator- indikator keberhasilan dan penilaian kinerja Hadianto, 2006. 2. 8.2.1 Model PP No. 129 tahun 2000 Pada model PP No. 129 Tahum 2000, terdapat beberapa kriteria umum yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan wilayah, yaitu: Pertama, kemampuan ekonomi yakni PDRB dan PAD. Kedua, potensi daerah yakni lembaga keuangan, sarana prasarana ekonomi, sarana pendidikan, kesehatan, transportasi, komunikasi, pariwisata dan ketenagakerjaan. Ketiga, sosial budaya yakni tempat peribadatan, tempat institusi sosial dan sarana olahraga. Keempat, sospol yakni partisipasi masyarakat dalam pemilu, jumlah ormas dan jumlah penduduk. Kelima, luas daerah yakni luas wilayah yang dimanfaatkan dan luas wilayah keseluruhan. Keenam, lain-lain yakni kamtib dan rentang kendali. 2. 8.2.2 Model Indeks Pembangunan Daerah Bappenas Pada Model Indeks Pembangunan Daerah Bappenas, terdapat beberapa kriteria umum yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan wilayah, yaitu: Pertama, keberdayaan pemerintah bobot 0.36 terdiri dari kapabilitas aparat 0.46, keuangan daerah 0.32 dan sarana prasarana 0.22. Kedua, perkembangan wilayah bobot 0.22 terdiri dari fasilitas publik 0.49. Ketiga, keberdayaan masyarakat bobot 0.42 terdiri dari ekonomi wilayah 0.28, kondisi fisik 0.23, kependudukan dan ketenagakerjaan 0.23, kesejahteraan masyarakat 0.52 dan sosial politik budaya 0.24. 2. 8.2.3 Model Daya Saing Daerah PPSK – Bank Indonesia Pada Model Daya Saing Daerah PPSK – Bank Indonesia, terdapat beberapa kriteria umum yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan wilayah, yaitu: Pertama, perekonomian daerah terdiri dari nilai tambah, investasi, tabungan, biaya hidup dan konsumsi. Kedua, keterbukaan yang terdiri dari internasionalisasi, perdagangan internasional, investasi asing dan perdagangan daerah. Ketiga, sistem keuangan yang terdiri dari sistem perbankan dan sistem finansial non- perbankan. Keempat, infrastruktur dan sumberdaya alam yang terdiri dari infrastruktur fisik, informasi komunikasi dan sumber daya alam. Kelima, ilmu pengetahuan dan teknologi yang terdiri dari riset di bidang sumberdaya manusia dan teknologi. Keenam, sumberdaya manusia terdiri dari penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan dan kualitas hidup. Ketujuh, kelembagaan yaitu aspek hukum keamanan dan aspek sospol. Kedelapan, Governance dan kebijakan yaitu kebijakan, birokrasi dan sektor publik. Kesembilan, manajemen dan ekonomi mikro yaitu produktivitas, biaya tenaga kerja, efisiensi manajemen dan kinerja perusahaan. 2. 8.2.4 Model Daya Tarik Investasi KPPOD Pada Model Daya Tarik Investasi KPPOD, terdapat beberapa faktor yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan wilayah, yaitu: kelembagaan 31, sospol 26, ekonomi daerah 17, tenaga kerja dan produktivitas 13, dan infrastruktur fisik 13. 2. 8.2.5 Model Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi Pada Model Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi, terdapat beberapa parameter umum yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah, yaitu: Pertama, skala kehidupan ekonomi yang terdiri dari pertumbuhan, pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan. Kedua, layanan publik yang terdiri dari efisiensi, sufisiensi dan fasilitas. Ketiga, resiko lokal yaitu keamanan, stabilitas, demokrasi dan otonomi .2.8.3 Indikator Kinerja Pemerintah Daerah Merujuk pada Lembaga Administrasi Negara LAN dalam Hadianto 2006, terdapat tiga indikator yang digunakan untuk evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah di era otonomi daerah periode 1999 – 2003, yaitu : indikator derajat kesejahteraan umum, pelayanan publik dan kehidupan demokrasi lokal.

2.8.3.1 Derajat Kesejahteraan Umum

1. Indikator ekonomi : rata-rata PDRBkapita cenderung meningkat, tren pertumbuhan ekonomi daerah meningkat di awal penyelenggaraan namun menurun pada tahun berikutnya 2. Indikator sosial : pengangguran terbuka turun dari 6.03 ke 4.13 di awal namun turun di tahun berikutnya hingga 6.97, Indeks Kemiskinan Manusia IKM dari 107 daerah, 59 daerah kategori IKM rendah 23, 60 daerah kategori IKM menengah 23-25 dan 8 daerah ber IKM tinggi 35. IPM cenderung meningkat namun tidak ada satupun yang memenuhi standar internasional 80, kesenjangan IPM antara Indonesia Barat-Timur dan lainnya

2.8.3.2 Derajat Pelayanan Publik

1. Indikator infrastruktur : rasio panjang jalan-luas wilayah menurun, rasio penduduk tanpa akses sanitasi menurun dan rasio ketersediaan fasilitas umum menurun 2. Indikator kebutuhan dasar : penurunan angka kematian bayi, rasio fasilitas kesehatanjumlah penduduk meningkat, rasio tenaga medis per penduduk masih tinggi, penurunan angka putus sekolah, rasio murid per guru tinggi dan lainnya 3. Indikator pemerintahan : rasio penduduk per PNS meningkat dan rasio PAD per jumlah penduduk meningkat tajam dari Rp. 716.000 menjadi Rp.1.071.600 2003

2.8.3.3 Kehidupan Demokrasi Lokal

1. Indikator jumlah parpol: parpol yang mendapat suara dalam pemilu masih parpol lama 2. Indikator rasio jumlah pemilih: partisipasi penduduk tinggi dalam pemilu 3. Indikator unjuk rasa : kecenderungan meningkat 4. Indikator demokrasi lokal : jumlah LSM mengalami peningkatan

2.9 Standar Pelayanan Minimal