Inti dari model ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor itu sendiri
tidak terbatas pada bentuk barang-barang dan jasa, melainkan juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang
tidak bergerak Budiharsono, 2001. Teori ekonomi basis mengklasifikasikan seluruh kegiatan ekonomi ke
dalam dua sektor, yakni sektor basis dan sektor non basis. Deliniasi wilayah dilakukan berdasarkan konsep-konsep perwilayahan yaitu konsep homogenitas,
nodalitas dan administrasi. Menurut Rusastra 2002, yang dimaksud kegiatan basis merupakan kegiatan suatu masyarakat yang hasilnya baik berupa barang
maupun jasa ditujukan untuk ekspor ke luar dari lingkungan masyarakat atau yang berorientasi keluar regional, nasional dan internasional. Konsep efisiensi teknis
maupun ekonomis sangat menentukan dalam pertumbuhan basis suatu wilayah. Sedangkan kegiatan non basis merupakan kegiatan masyarakat yang
hasilnya baik berupa barang atau jasa diperuntukan bagi masyarakat itu sendiri dalam kawasan kehidupan ekonomi masyarakat tersebut. Konsep swasembada,
mandiri, kesejahteraan dan kualitas hidup sangat menentukan dalam kegiatan non basis ini. Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian,
mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam
penetapan sektor unggulan sebagai leading sector suatu kegiatan ekonomi.
3.1.8 Analisis Matriks Tipologi Daerah Tipologi Klassen
Struktur ekonomi suatu wilayah dapat dijelaskan dengan menggunakan analisis tipologi daerah. Menurut Hill dalam Kuncoro 2004, analisis tipologi
daerah digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai pola dan struktur pertumbuhan ekonomi dan masing-masing daerah. Tipologi daerah ada dasarnya
membagi daerah menjadi dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita PDRB per kapita. Dengan menentukan rata-rata
pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita PDRB per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi
menjadi empat klasifikasi, yaitu :
1 High growth and high income daerah cepat maju dan cepat tumbuh 2 High growth but low income daerah berkembang cepat
3 Low growth and low income daerah relatif tertinggal 4 High income but low growth daerah maju tapi tertekan
3.1.9 Analisis Ketimpangan Pembangunan antar Wilayah 3.1.9.1 Indeks Kemiskinan Manusia
Berdasarkan cara pendekatannya, ukuran kemiskinan secara umum dibedakan atas kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut
didasarkan pada ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Konsep ini dikembangkan di Indonesia dan
dinyatakan sebagai “inability of the individual to meet basic needs” Tjondronegoro, Soejono dan Hardjono, 1993. Konsep tersebut sejalan dengan
Sen Meier, 1989 yang menyatakan bahwa kemiskinan adalah “the failure to have certain minimum capabilities”. Definisi tersebut mengacu pada standar
kemampuan minimum tertentu, yang berarti bahwa penduduk yang tidak mampu melebihi kemampuan minimum tersebut dapat dianggap sebagai miskin.
Indeks Kemiskinan Manusia IKM merupakan kombinasi dari berbagai dimensi kemiskinan manusia yang dianggap sebagai indikator inti dari ukuran
keterbelakangan deprivasi manusia. Indeks ini disusun dari tiga indikator, yaitu penduduk yang diperkirakan tidak berumur panjang yang dihitung dengan peluang
suatu populasi tidak bertahan hidup sampai berumur 40 tahun P1, ketertinggalan dalam pendidikan P2 dan keterbatasan akses terhadap pelayanan dasar P3.
3.1.9.2 Indeks Williamson
Indeks Williamson merupakan salah satu alat ukur yang paling sering digunakan untuk melihat disparitas antar wilayah. Pengukuran didasarkan pada
variasi hasil-hasil pembangunan ekonomi antar wilayah yang berupa besaran PDRB. Kriteria pengukuran adalah : semakin besar nilai indeks yang menunjukan
variasi produksi ekonomi antar wilayah, maka semakin besar pula tingkat perbedaan ekonomi dari masing-masing wilayah dengan rata-rata; sebaliknya,
semakin kecil nilai ini, maka menunjukan kemerataan antar wilayah.
Indeks kesenjangan Williamson akan menghasilkan indeks yang lebih besar atau sama dengan nol. Jika Indeks Williamson sama dengan nol, berarti
sama sekali tidak ada ketimpangan atau disparitas antar wilayah. Sedangkan jika indeks lebih besar daripada nol, maka hal tersebut menunjukkan adanya
kesenjangan ekonomi antar wilayah. Semakin besar indeks yang dihasilkan, semakin besar pula tingkat kesenjangan antar wilayah di suatu provinsi atau
kabupaten Rustiadi, 2007.
3.1.10 Regresi Linier Berganda