selanjutnya. Harapan utamanya tentu saja adalah untuk bisa meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten lebak secara simultan dan
berkelanjutan serta sinergis antara pemerintah dengan kebutuhan masyarakat. Dalam estimasi data berikut ini akan dibahas mengenai analisis statistik
dan ekonomi dari hasil persamaan regresi pengaruh pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan terhadap tingkat kualitas sumberdaya manusia.
Indikator pelayanan publik pendidikan adalah rasio faslitas berupa rasio bangunan sekolah menurut satuan jenjang pendidikan dengan jumlah penduduk dan rasio
guru dan murid tiap satuan pendidikan Kabupaten Lebak. Sedangkan indikator pelayanan publik kesehatan adalah rasio fasilitas kesehatan berupa puskesmas,
puskesmas pembantu pustu, rumah sakit, dokter, perawat dan bidan dengan jumlah penduduk di Kabupaten Lebak. Kualitas sumberdaya manusia itu sendiri
akan menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Lebak. Setelah dilakukan tabulasi data hasil penelitian, maka dilakukan
pembentukan model untuk melihat pengaruh pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan terhadap kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten
Lebak. Data yang digunakan adalah data cross section tingkat kecamatan pada tahun 2009.
Pemodelan ekonometrik untuk melihat pengaruh pelayanan publik pendidikan dan kesehatan memiliki model yang terpisah. Hal ini dimaksudkan
untuk melihat pengaruh kedua variabel tersebut secara khusus terhadap tingkat kualitas sumberdaya manusia yang diwakili oleh Indeks Pembangunan Manusia
IPM. Data diolah dengan menggunakan Software Minitab 13.
6.5.1 Estimasi Pengaruh Pelayanan Publik Pendidikan terhadap Kualitas
Sumberdaya Manusia IPM
Setelah dilakukan tabulasi data hasil penelitian, maka dilakukan pembentukan model untuk melihat faktor-faktor pelayanan publik bidang
pendidikan yang diduga mempunyai pengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia IPM di Kabupaten Lebak. Faktor-faktor pelayanan publik tersebut
adalah rasio bangunan SD dengan penduduk usia SD RBSD, rasio bangunan SMP dengan penduduk usia SMP RBSMP, rasio bangunan SMA dengan
penduduk usia SMA RBSMA, rasio guru SD dengan penduduk usia SD RGSD, rasio guru SMP dengan penduduk usia SMP RGSMP dan rasio guru
SMA dengan penduduk usia SMA RGSMA. Pada sisi lainnya, faktor yang menjadi indikator kualitas pelayanan publik adalah Indeks Pembangunan Manusia
IPM di Kabupaten Lebak. Hasil estimasi model ekonometrika yang digunakan adalah sebagai berikut :
ln IPM
it
= 63,26 + 1,03
ln RBSD
it
+ 1,25 ln RBSMP
it
+ 1,59 ln RBSMA
it
- 0,18 ln RGSD
it
+ 0,01 ln RGSMP
it
+ 0,37 ln RGSMA
it
+ e
it
Keterangan : IPM
it
= Variabel dependent, yaitu Tingkat Kualitas Sumberdaya Manusia Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i
Pada Tahun ke-t β
= Konstanta β
1
,… β
9
= Koefisien variabel independent RBSD
it
= Rasio bangunan SD dengan penduduk usia SD Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t
RBSMP
it
= Rasio bangunan SMP dengan penduduk usia SMP Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t
RBSMA
it
= Rasio bangunan SMA dengan penduduk usia SMA Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t
RGSD
it
= Rasio guru SD dengan penduduk usia SD Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t
RGSMP
it
= Rasio guru SD dengan penduduk usia SMP Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t
RGSMA
it
= Rasio guru SD dengan penduduk usia SMA Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t
e
i
Variabel = Error
Tabel 34 Analisis Ekonometrika Regresi Berganda Pengaruh Pelayanan Publik Pendidikan terhadap IPM di Kabupaten Lebak
Koefisien t-stat
Prob t-stat Constant
63,26 185,21
0,000 RBSD
1,03 3,33
0,000 RBSMP
1,25 3,07
0,000 RBSMA
1,59 5,80
0,000 RGSD
- 0,18 - 4,76
0,000 RGSMP
0,01 6,29
0,000 RGSMA
0,37 4,54
0,000 R2
92,6 F-stat
106,75 Prob F-stat
0.000
Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, diperoleh bahwa nilai F-hitung untuk model pengaruh pelayanan publik pendidikan terhadap IPM adalah 106,75.
Jika dibandingkan dengan F-tabel pada tingkat signifikansi 5 persen α = 0,05
sebesar 3,81 maka nilai F-hitung yang diperoleh untuk model tersebut lebih besar dari ketiga tingkat signifikansi tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pelayanan publik pendidikan di Kabupaten Lebak secara simultan sangat signifikan mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia IPM.
Setelah diketahui bahwa terdapat variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, maka dilakukan penyelidikan lebih
lanjut untuk mengetahui secara spesifik variabel manakah yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Untuk pekerluan tersebut, dilakukan
pengujian koefisien regresi secara individual testing individual coefficient. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel model ekonometrika, maka nilai t
hitung
dari seluruh varibel independent pelayanan publik lebih besar dari t
tabel
t
0,025
sebesar 2,048 sehingga berpengaruh secara siginifikan terhadap IPM. Pada perhitungan model dapat diketahui bahwa variabel rasio bangunan
SMA RBSMA memberikan pengaruh paling besar terhadap IPM, yakni 1,59. Karena model menggunakan ln, maka hal tersebut mempunyai arti bahwa apabila
terjadi peningkatan RBSMA pada tingkat kecamatan sebesar 1 persen, maka IPM di kecamatan akan meningkat sebesar 1,59. Variabel independent lainnya yang
juga mempengaruhi peningkatan IPM secara berturut-turut adalah RBSMP 1,25, RBSD 1,03, RGSMA 0,37, RGSD -0,18 dan RGMP 0,01. Rasio guru SD
terhadap penduduk usia SD memiliki nilai minus berarti apabila terjadi peningkatan 1 persen pada rasio guru SD, maka IPM menurun sebesar 0,18.
Menurunnya angka IPM ini bukan hal yang kontraproduktif, namun mengindikasikan bahwa jumlah guru SD di Kabupaten Lebak sudah dianggap
cukup dan tidak perlu ditambah jumlahnya, sehingga kebijakan yang lebih kontributif untuk dilakukan adalah meningkatkan kapasitas guru untuk tingkat
pendidikan sekolah dasar.
Analisis Pengaruh Pelayanan Publik Pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia IPM
Hasil perhitungan dengan menggunakan analisis regresi berganda model ln menunjukan bahwa pelayanan publik mampu mempengaruhi IPM di Kabupaten
Lebak. Peningkatan persentase rasio bangunan sekolah baik pada tingkat SD, SMP maupun SMA mampu meningkatkan secara signifikan angka IPM. Rasio
bangunan SMA dengan jumlah penduduk usia SMA menjadi variabel yang paling mempengaruhi angka IPM. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak terkait,
kondisi rasio bangunan SMA memang memiliki angka yang sangat rendah yakni rata-rata kabupaten sebesar 0,00038. Angka ini sangatlah rendah khususnya di
wilayah bagian selatan yang memiliki angka rasio lebih kecil karena jumlah bangunan SMA masih belum seimbang dengan jumlah penduduk usia SMA.
Tantangan lainnya dalam meningkatkan angka IPM di Lebak adalah dalam hal partisipasi sekolah. Rata-rata untuk SD sudah cukup besar yakni 95,17 persen,
namun lain halnya dengan SMP dan SMA yang masih sangat rendah yakni berturut-turut sebesar 68,79 persen dan 22,61 persen. Oleh karena itu, dalam
pemodelan sangatlah wajar apabila rasio bangunan SMU ternyata memberikan pengaruh yang paling tinggi, karena selain jumlah SMA yang kurang juga
ditambah dengan rendahnya angka partisipasi murni siswa SMU. Penyebab rendahnya partisipasi murni SMA ini karena jumlah sekolah yang memang masih
sangat minim, khususnya di wilayah selatan. Apabila jarak terjauh siswa mampu dikurangi, tentu peluang penduduk usia SMA untuk melanjutkan sekolah akan
semakin meningkat. Variabel lain yang juga cukup tinggi mempengaruhi IPM adalah rasio
bangunan SMP dan SD, besaran rasio untuk SMP sebesar 0,0012 dan SD sebesar 0,0025. Bangunan sekolah untuk SMP dan SD jmasih dianggap belum memenuhi
standar minimal perbandingan antara jumlah penduduk usia SD dan SMP dengan bangunan sekolah itu sendiri. Rasio jumlah SD dan SMP di wilayah utara
cenderung sudah sangat baik, bahkan sudah sama dengan rasio ideal yang diperlukan, selain itu dari sisi partisipasi juga sudah hampir 100 persen untuk SD
dan 80 persen untuk SMP. Namun hal tersebut tidak sama dengan kondisi di
wilayah selatan yang secara kuantitas masih dianggap kurang, angka partisipasi murni 80 persen untuk SD dan 50 persen untuk SMP.
Indikator pelayanan publik lainnya yang juga ikut mempengaruhi IPM adalah tenaga pendidikan dalam hal ini khususnya guru. Rasio guru yang paling
tinggi memberikan pengaruh adalah rasio guru SMA kemudian disusul oleh rasio guru SMP, hal tersebut menunjukan jika jumlah guru SMA di Kabupaten Lebak
masih kurang, sehingga apabila rasio guru mampu ditingkatkan maka IPM secara otomatisasi akan ikut meningkat. Dalam pemodelan, peningkatan guru SD tidak
memberikan hasil positif, namun justru peningkatan guru SD akan menurunkan angka IPM. Hal tersebut sangatlah wajar, karena jumlah guru SD baik di wilayah
utara maupun selatan sudah memenuhi kuota minimal jumlah guru. Peningkatan jumlah bangunan sekolah dan tenaga pengajar bukan hanya
difokuskan pada kuantitas saja, namun lebih dari itu, kualitas tidak boleh ditinggalkan. Bangunan sekolah yang ada tidak hanya memenuhi jumlah minimal,
tapi kualitas bangunan harus diperhatikan baik dari sisi kelayakan, posisi yang strategis, keamanan, kelangkapan hingga kebersihan lingkungan. Kapasitas tenaga
pengajar seperti guru juga tetap menjadi sorotan utama dalam pelayanan publik. Selain harus menguasai materi pelajaran, guru juga dituntut untuk bisa menguasai
teknik-teknik pengajaran yang mampu menstimulus siswa menjadi lebih aktif, kreatif, berprestasi dan suasana belajar menjadi semakin menyenangkan.
6.5.2 Estimasi Pengaruh Pelayanan Publik Kesehatan terhadap Kualitas