dengan daerah lain. Angka yang relatif sama pada tingkat daya beli namun memiliki perbedaan jauh dalam bidang pengetahuan dan kesehatan dibandingkan
kabupatenkota lain di Provinsi Banten memberikan gambaran bahwa sebagian besar pendapatan yang dihasilkan hanya digunakan untuk keperluan konsumsi.
Tabel 32 Perkembangan Pengeluaran Riil Per Kapita dan Indeks Daya Beli Kabupaten Lebak dan Rata-Rata Provinsi Banten, Tahun 2002-2008
Tahun Pengeluaran RiilKapita 000
Indeks daya beli Kab. Lebak
Prov Banten Kab. Lebak
Prov. Banten 2002
581.9 608.7
51.28 57.47
2003 586
611.7 52.23
58.17 2004
615.4 621.3
59.02 60.39
2005 618.6
619.2 59.76
59.9 2006
620.13 619.99
60.12 60.08
2007 620.4
621 60.18
60.32 2008
625.1 625.3
61.3 61.3
Sumber : Bappeda Kab. Lebak, Tahun 2009 Apabila dilihat perkembangan dari tahun sebelumnya, pengeluaran riil per
kapita mengalami kenaikan yang cukup berarti, yaitu Rp. 620.400 pada tahun 2007 menjadi Rp. 625.100, naik sebesar 0,76 persen. Meskipun peningkatan ini
tampaknya diakibatkan oleh tingkat kesejahteraan masyarakat yang makin membaik namun ada kekhawatiran bahwa kenaikan daya beli penduduk
dipengaruhi oleh inflasi, terutama inflasi di sektor perdagangan yang naik dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 11,50 persen pada tahun 2008 dibandingkan 7,27
persen pada tahun 2007. Sehingga kenaikan daya beli di Kabupaten Lebak sebagian besar hanya digunakan untuk pemenuhan konsumsi primer saja, belum
memiliki kesadaran tinggi terhadap pentingnya pendidikan dan kesehatan.
6.4.4 Indeks Pembangunan Manusia
IPM merupakan indeks komposit nilai rata-rata dari gabungan tiga komponen penilaian kualitas sumberdaya manusia, digunakan untuk mengukur
pencapaian keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah. Jika ketiga komponen tersebut memiliki kualitas yang baik, maka secara otomatis
sumberdaya manusianya pun memiliki kualitas yang baik pula. Masing-masing
indeks dari komponen IPM memperlihatkan seberapa besar tingkat pencapaian yang telah dilakukan selama ini di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi.
Secara internasional, nilai IPM dibagi menjadi tiga kelompok yakni tingkat pembangunan manusia yang rendah 0,0 hingga 0,499, tingkat pembangunan
manusia menengah 0,50 hingga 0,799 dan tingkat pembangunan manusia yang tinggi 0,80 hingga 1,0.
Tabel 33 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia IPM Kabupaten Lebak Menurut Komponen IPM Tahun 2002-2008
Tahun Indeks
Kelangsungan Hidup
Indeks Pengetahuan
Indeks Daya Beli
IPM Kabupaten
Lebak IPM
Provinsi Banten
2002 2003
2004 61,50
62,17 62,33
71,90 73,16
76,16 51,28
52,23 59,02
61,56 62,52
65,84 66,64
67,21 69,02
2005 62,67
76,51 59,76
66,31 68,80
2006 63,33
76,51 60,12
66,65 69,11
2007 63,52
76,51 60,18
66,74 69,27
2008 63.60
76,51 61,30
67,10 69,70
Sumber : Bappeda, IPM Kabupaten Lebak, Tahun 2009 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lebak pada tahun 2008
mencapai 67,10 yang merupakan rata-rata dari pencapaian indeks kelangsungan hidupkesehatan 63,60, indeks pengetahuan 76,51 dan indeks daya beli
61,30. Hal tersebut berarti pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten lebak saat ini telah mencapai 67,10 persen dari nilai maksimal. Dari tiga
komponen penyusun IPM, terlihat jelas bahwa pencapaian tertinggi didapat dari indeks pengetahuan. Indeks daya beli yang merefleksikan kemampuan ekonomi
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya memiliki pencapaian yang paling rendah. Namun rendahnya nilai indeks daya beli ini memang secara umum
juga terjadi di Provinsi Banten. Dibandingkan pencapaian daerah-daerah lain di Provinsi Banten, IPM
Kabupaten Lebak dapat dikatakan masih tertinggal. IPM Provinsi Banten berada pada level 69,70 yang berarti kabupatenkota lain ada yang mencapai IPM di atas
angka 70. Oleh karena itu masih banyak hal yang perlu dilakukan agar pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Lebak dapat setara dengan
daerah lain di Provinsi Banten. Bidang pendidikan atau pengetahuan yang terdiri dari angka melek huruf
dan rata-rata lama sekolah mempunyai nilai sebesar 76,51 yang berarti pencapaian
pembangunan bidang pendidikan pada tahun 2008 mencapai 76,51 persen dari pencapaian yang diharapkan. Sumbangan terbesar indeks komponen pendidikan
berasal dari AMH yang mencapai 94,10 sedangkan indeks RLS hanya sebesar 41,33. Untuk sektor kesehatan yang diwakili indeks kelangsungan hidup,
Kabupaten Lebak baru mampu mencapai angka 63,60.
Sumber : Bappeda Kab. Lebak, Tahun 2009 Gambar 19 Grafik Perkembangan IPM dan Elemen Penyusunnya Kabupaten
Lebak Tahun 2002-2008 Terdapat kenaikan signifikan jika melihat pola tren IPM Kabupaten Lebak
pada rentang tahun 2002 hingga 2008. Pada periode 2005 sampai 2007 peningkatannya tidak cukup nyata yakni hanya 0,2 persen. Namun perkembangan
yang cukup menggembirakan terjadi pada tahun 2008 dimana persentase kenaikkan IPM lebih besar yakni 0,5 persen dibandingkan pada tahun 2007. Hal
tersebut mengindikasikan terdapat perbaikan dalam percepatan pembangunan manusia di Kabupaten Lebak. Kenaikan IPM yang cukup besar terutama
disumbangkan oleh indeks daya beli, sehingga memberikan sinyal bahwa pembangunan yang selama ini dilaksanakan terutama di bidang infrastruktur
sudah memberikan hasil yang cukup berarti. Diharapkan bahwa pembangunan infrastruktur yang selama ini
dilaksanakan selain mempengaruhi tingkat ekonomi juga lambat laun akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan pendidikan di Kabupaten Lebak terutama
berkaitan dengan aksesibilitas ke fasilitas pendidikan dan kesehatan. Karena
61,56 62,52
65,84 66,31
66,65 66,74
67,1
10 20
30 40
50 60
70 80
90
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 Indeks Kelangsungan Hidup
Indeks Pengetahuan Indeks Daya Beli
IPM Kabupaten Lebak
kesehatan, pendidikan dan ekonomi merupakan pilar yang saling berinteraksi dan berinter-relasi satu dengan yang lainnya dalam membentuk kualitas penduduk
sumberdaya manusia. Tanpa kesehatan yang baik, pendidikan sulit untuk dapat berjalan dengan baik, dan bila kesehatan dan pendidikan tidak baik maka mustahil
ekonomi keluargamasyarakat dapat membaik.
6.5 Analisis Pengaruh Kinerja Pelayanan Publik Terhadap Kualitas