PDRB Kabupaten Lebak Struktur Ekonomi

7.1.1 PDRB Kabupaten Lebak

Tingkat pendapatan local income dan jumlah produksi product accounts adalah metode penghitungan yang digunakan untuk menentukan aktivitas perekonomian secara keseluruhan. Untuk menentukan banyaknya produksi secara keseluruhan aggregate output dalam penghitungan pendapatan di daerah dapat menggunakan metode perhitungan Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Secara garis besar, pertumbuhan PDRB Kabupaten Lebak Tahun 2005- 2009 menunjukan pertumbuhan positif. Pertumbuhan tersebut cukup menggembirakan bagi Lebak yang tengah berbenah agar segera keluar dari statusnya sebagai kabupaten tertinggal di Indonesia. Secara lebih jelas, kondisi PDRB Kabupaten Lebak atas harga berlaku dapat dilihat pada Gambar 21 berikut ini. Sumber : BPS Kabupaten Lebak, Tahun 2010 Gambar 20 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Lebak Tahun 2005 – 2009 Jutaan Rupiah Perekonomian di Kabupaten Lebak dalam kurun waktu 2005-2009 mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini didorong oleh peningkatan produktivitas sektor pertanian sebagai sektor dominan dalam perekonomian di Kabupaten Lebak. Kemudian disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. 1.869.235 2.001.375 2.192.697 2.381.827 2.506.145 66.442 70.314 86.121 90.149 95.169 460.063 522.676 589.329 644.493 673.476 26.969 32.755 35.671 38.311 41.005 188.336 217.252 253.696 282.803 294.639 1.105.975 1.239.495 1.398.841 1.630.522 1.844.291 397.987 505.813 546.891 645.434 721.927 227.499 252.721 280.442 304.388 326.403 526.671 592.672 645.698 732.009 770.885 4.869.177 5.437.900 6.029.385 6.749.934 7.273.939 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000 7.000.000 8.000.000 2005 2006 2007 2008 2009 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan dan Kontruksi Perdagangan, Hote l dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewa an dan jasa Perusahaan Jasa-jasa Jumlah Total PDRB Untuk melihat struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari distribusi persentase Nilai Tambah Bruto NTB sektoral terhadap PDRB atas dasar harga berlaku. Dalam kurun waktu 2005-2009 struktur perekonomian Kabupaten Lebak masih didominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusinya yang berkisar 34-35, sedangkan peranan terkecil dipegang oleh sektor listrik, gas dan air bersih dengan kontribusinya yang hanya berkisar 0,56-0,57. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 22. Sumber : BPS Kabupaten Lebak, Tahun 2010 Gambar 21 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Lebak Tahun 2005-2009 Persentase Dari tabel di atas terlihat bahwa struktur perokonomian Kabupaten Lebak pada kurun waktu 2005-2009 tidak banyak mengalami pergeseran, masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu dimulai dari sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa-jasa. Dari ketiga sektor utama tersebut, sektor pertanian terus mengalami penurunan kontribusi terhadap total PDRB yang mengindikasikan bahwa di Kabupaten Lebak perlahan namun pasti telah terjadi pergeseran struktur ekonomi, dimana peran sektor primer mulai diambil oleh sektor tersier. Hal ini dibuktikan oleh sektor perdagangan, hotel dan 38,39 36,8 36,58 35,29 34,45 1,36 1,35 1,49 1,34 1,31 9,45 9,61 9,76 9,55 9,26 0,55 0,6 0,65 0,57 0,56 3,87 4 4,2 4,19 4,05 22,71 22,79 23,13 24,16 25,35 8,17 9,3 8,89 9,56 9,92 4,67 4,65 4,6 4,51 4,49 10,82 10,9 10,7 10,84 10,6 50 100 150 2005 2006 2007 2008 2009 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan dan Kontruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan Jasa-jasa restoran, pengangkutan dan komunikasi, serta jasa-jasa yang mengalami trend kenaikan kontribusi terhadap total PDRB dalam lima tahun terakhir. Sumber : BPS Kabupaten Lebak, Tahun 2010 Gambar 22 PDRB Kecamatan atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009 Jutaan Rupiah Kondisi yang cukup berbeda ditunjukan oleh PDRB Kecamatan pada rentang tahun 2005-2009. Sebagian besar kecamatan atau sekitar 27 kecamatan memiliki PDRB berkisar pada angka yang merata antara Rp 100.000.000.000 – Rp. 300.000.000.000. Akan tetapi terjadi anomali pada satu kecamatan, yakni Kecamatan Rangkasbitung yang berbeda sendiri dengan memiliki PDRB selama lima tahun terakhir sebesar Rp. 800.000.000.000 – Rp. 1000.000.000.000. Perbedaan tingkat PDRB tersebut menunjukan adanya disparitas yang sangat mencolok antara satu wilayah yang menjadi pusat atau kutub pertumbuhan dengan wilayah lain dalam satu kabupaten. Walau terjadi disparitas, secara umum pertumbuhan angka PDRB menunjukan angka yang positif dan terus menaik dengan sekali mengalami penurunan pada tahun 2008. Penyebab disparitas ini sebagian besar terjadi penyedotan sumberdaya dari kecamatan-kecamatan penghasil produk pertanian primer kepada kecamatan yang menjadi tempat pengolahan atau penjualan. Sehingga nilai tambah dari penjualan produk banyak terjadi di Kecamatan Rangkasbitung. Pada sisi lainnya, kecamatan penghasil justru tidak mendapatkan nilai tambah yang besar dalam meningkatkan PDRB pada level kecamatan. 0,00 200.000,00 400.000,00 600.000,00 800.000,00 1.000.000,00 1.200.000,00 2005 2006 2007 2008 2009 Malingping Wanasalam Panggarangan Bayah Cilograng Cibeber Cijaku Banjarsari Cileles Gunung Kencana Bojongmanik Leuwidamar Muncang Sobang Cipanas Sajira Cimarga Cikulur Warunggunung Cibadak Rangkasbitung Maja Curugbitung

7.1.2 Tenaga Kerja