sedangkan Provinsin Banten sudah mencapai 8,10 tahun. Tingginya angka rata- rata lama sekolah Provinsi Banten ini tidak terlepas dari masukan angka yang
tinggi dari kabupaten dan kota yang telah maju seperti Kabupaten dan Kota Tangerang serta Kota Serang dan Kota Cilegon.
Akibat dari rendahnya tingkat kelangsungan hidup, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah yang di bawah rata-rata, maka IPM Kabupaten Lebak pun
masih di bahwa banten yakni 67,10 sedangkan Banten itu sendiri sebesar 69,70. Ketertinggalan IPM pada tingkat kabupaten pun diturunkan pada tingkat
kecamatan, dimana tingkat kualitas kesehatan dan pendidikan kecamatan di luar Rangkasbitung masih di bawah rata-rata. Pada akhirnya, tingkat sumberdaya
manusia ini kembali mempengaruhi pendapatan per kapita tiap kecamatan dan tentu saja angka disparitas wilayah di Kabupaten Lebak yang ditunjukan dengan
Indeks Williamson yang tinggi selama lima tahun terakhir 2005-2009. Tingginya angka Indeks Williamson juga dilengkapi dengan masih
tingginya indeks kemiskinan manusia. Jumlah penduduk miskin suatu wilayah secara sederhana dapat menjelaskan terjadinya disparitas pada wilayah tersebut.
Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lebak Tahun 2009 sebesar 12 persen, kemudian angka disparitas sesuai dengan Indeks Williamson adalah 0,69.
7.2.3 Analisis Sumber Disparitas
Analisis sumber disparitas di Kabupaten Lebak memiliki beberapa faktor yang diduga berpengaruh. Pertama adalah pertumbuhan PDRB yang merupakan
indikator tumbuh kembangnya suatu perekonomian. Kedua adalah IPM, dimana IPM ini menjadi indikator tinggi atau rendahnya kualitas sumberdaya manusia.
Ketiga adalah rasio belanja infrastruktur umum, rasio ini menunjukan bagaimana sikap pemerintah dalam mengalokasikan dananya untuk pembangunan
infrastruktur umum seperti jalan, jembatan, irigasi, sumberdaya air dan listrik. Keempat adalah rasio belanja infrastruktur pendidikan yang menunjukan tingkat
belanja pemerintah dalam memenuhi kebutuhan infrastruktur di bidang pendidikan seperti gedung-gedung sekolah dan sarana pendukung infrastruktur
pendidikan lainnya. Kelima adalah rasio belanja infrastruktur kesehatan berupa belanja pembangunan puskesmas, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.
7.2.3.1 Pertumbuhan PDRB
Pertumbuhan PDRB diduga menjadi salah satu sumber disparitas pembangunan wilayah di Kabupaten Lebak. Selama kurun waktu tujuh tahun,
pertumbuhan PDRB mengalami angka yang cukup flusktuatif. Angka pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2005, yakni mencapai angka 15,97,
sedangkan angka paling rendah didapat pada tahun 2009, yakni hanya mencapai 77,7 persen. Secara terperinci perkembangan dari tahun ke tahun dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Gambar 33 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lebak Tahun 2003-2009
Persentase
7.2.4 Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat untuk mengukur pencapaian keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah. Indeks
Pembangunan Manusia adalah indeks komposit yang merupakan rata-rata gabungan tiga komponen penilai kualitas sumber daya manusia. Jika ketiga
komponen tersebut memiliki kualitas yang baik, maka secara otomatis sumber daya manusianya memiliki kualitas yang baik pula. Masing-masing indeks dari
komponen IPM memperlihatkan seberapa besar tingkat pencapaian yang telah dilakukan selama ini di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Indeks
Pembangunan Manusia dianggap menjadi salah satu penyebab disparitas karena dianggap mencerminkan kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten Lebak.
11,61 9,51
15,97
11,61 10,95
11,95 7,77
2 4
6 8
10 12
14 16
18
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
Sumberdaya manusia itu sendiri secara jangka panjang menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan manusia di suatu wilayah.
IPM Kabupaten Lebak pada tahun 2008 mencapai 67,10 yang merupakan rata-rata dari pencapaian indeks kelangsungan hidupkesehatan 63,60, indeks
pengetahuan 76,51 dan indeks daya beli 61,30. Hal tersebut berarti pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Lebak saat ini telah mencapai 67,10 persen
dari nilai maksimal. Dari tiga komponen penyusun IPM, terlihat jelas bahwa pencapaian tertinggi didapat dari indeks pengetahuan. Indeks daya beli yang
merefleksikan kemampuan ekonomi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya memiliki pencapaian yang paling rendah. Namun rendahnya nilai
indeks daya beli ini memang secara umum juga terjadi di Provinsi Banten. Dibandingkan pencapaian daerah-daerah lain di Provinsi Banten, IPM
Kabupaten Lebak dapat dikatakan masih tertinggal. IPM Provinsi Banten berada pada level 69,70 yang berarti kabupatenkota lain ada yang mencapai IPM di atas
angka 70. Oleh karena itu masih banyak hal yang perlu dilakukan agar pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Lebak dapat setara dengan
daerah lain di Provinsi Banten.
Sumber : Bappeda Kab. Lebak, Tahun 2010 Gambar 34 Grafik Pertumbuhan IPM Kabupaten Lebak Tahun 2002-2008
Bidang pendidikan atau pengetahuan yang terdiri dari angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mempunyai nilai sebesar 76,51 yang berarti pencapaian
pembangunan bidang pendidikan pada tahun 2008 mencapai 76,51 persen dari pencapaian yang diharapkan. Sumbangan terbesar indeks komponen pendidikan
0,12
-1,3 0,64
0,66 0,34
0,09 0,36
-1,5 -1
-0,5 0,5
1
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
berasal dari AMH yang mencapai 94,10 sedangkan indeks RLS hanya sebesar 41,33. Untuk sektor kesehatan yang diwakili indeks kelangsungan hidup,
Kabupaten Lebak baru mampu mencapai angka 63,60. Selama kurun waktu tujuh tahun, perkembangan IPM di Kabupaten Lebak
mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Angka terendah didapat pada tahun 2004 yakni turun sebesar -1,3 poin dari tahun sebelumnya. Namun meningkat kembali
pada tahun 2005 sebesar 0,64. Pada tahun-tahun berikutnya yakni tahun 2005 hingga 2008 IPM Lebak mengalami peningkatan yang cukup baik yakni berturut-
turut sebesar 0,66, 0,34, 0.09 dan 0,36.
7.2.5 Rasio Belanja Infrastruktur Umum