BAB VIII STRATEGI ALTERNATIF KEBIJAKAN
Strategi alternatif kebijakan terbagi dalam tiga tahap, yakni tahap input, tahap pemaduan dan tahap keputusan. Pertama, tahap input merupakan tahap awal
dalam kerangka kerja perumusan strategi. Pada tahap ini, hasil audit lingkungan internal dan eksternal Kabupaten Lebak dikembangkan untuk menyusun matriks
IFE dan EFE. Kedua, tahap pemaduan menggunakan informasi yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokan peluang dan ancaman eksternal dengan
kekuatan dan kelemahan internal. Pemaduan faktor-faktor strategis ini merupakan kunci untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak dan kelak memberikan
perkembangan positif dalam pembangunan wilayah yang terdesentralisir di Kabupaten Lebak. Tahapan ini akan menggunakan analisis yang sering disebut
dengan analisis SWOT. Langkah selanjutnya dalam perumusan strategi alternatif adalah tahap
keputusan dengan analisis QSPM. Dengan QSPM ini akan ditentukan peringkat strategi sebagai acuan prioritas strategi yang akan diimplementasikan. Penentuan
peringkat ini merupakan tahapan akhir dalam perumusan strategi alternatif kebijakan pembangunan. Penentuan peringkat ini dilakukan dengan pemberian
daya tarik relatif strategi-strategi yang telah dihasilkan oleh analisis SWOT dengan menggunakan analisa Quantitative Strategic Planning Matrix QSPM.
Dengan adanya pembobotan nilai sesuai dengan penilaian stakeholder tersebut diharapkan kebijakan alternatif yang didapat pun memiliki tingkat efektifitas lebih
baik dalam melakukan perbaikan pembangunan.
8.1 Analisis Matriks IFE Internal Factor Evaluation
Analisis matriks IFE dan EFE dilakukan untuk mengkuantifikasi secara subjektif faktor-faktor strategis internal dan eksternal. Faktor-faktor strategis
tersebut kemudian diberi rating dan bobot oleh responden yang dianggap memiliki banyak pengetahuan tentang kondisi pelayanan publik pendidikan dan kesehatan
di Kabupaten Lebak, sehingga alternatif kebijakan diharapkan akan lebih tajam dan mengenai terhadap permasalahan utama di Kabupaten Lebak.
Total skor IFE menurut perhitungan adalah sebesar 2,079. Angka ini menunjukan bahwa Kabupaten Lebak memiliki kondisi dan kemampuan internal
yang rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan. Dengan kondisi ini Lebak sebetulnya mempunyai potensi yang cukup besar untuk bisa
mengatasi segala kendala yang ada baik dalam hal pengembangan sumberdaya manusia sesuai dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.
Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner dan wawancara yang dilakukan terhadap stakeholder, maka dapat diketahui beberapa faktor-faktor strategis
internal utama yang berpengaruh di Kabupaten Lebak. Tiga kekuatan utama yang memiliki nilai tertinggi adalah Kabupaten Lebak memiliki potensi yang cukup
besar dalam sektor pertanian, perikanan dan perkebunan 0,243, terdapat enam sektor utama yang menjadi sektor basis di Kabupaten Lebak 0,238 dan industri
pengolahan dan perdagangan mulai meningkat aktivitas dan distribusinya terhadap PDRB 0,191. Pada sisi lainnya, terdapat tiga faktor kelamahan utama
yakni baru terpenuhinya 60 persen wilayah yang telah tersedia energi listrik PLN 0,148 lalu kemudian disusul oleh tingginya angak disparitas pembangunan
wilayah yang ditunjukan oleh Indeks Wiliamson dan hampir 90 persen wilayah termasuk ke dalam daerah yang relatif tertinggal 0,137, dan aksesibilitas
transportasi terkendala dengan rusaknya jalan utama 0,122. Kekuatan internal mengenai Kabupaten Lebak memiliki potensi yang
cukup besar dalam sektor pertanian, perikanan dan perkebunan mendapatkan skor yang cukup besar sangatlah wajar. Karena hingga tahun 2009, distribusi sektor
pertanian terhadap PDRB masih sangat tinggi, yakni 38 persen. Secara geografis, kondisi tanah Lebak sangat cocok untuk berbagai pengembangan komoditas
pertanian unggulan, mulai dari tanaman utama, hortikultura hingga tanaman perkebunan. Selain itu, dalam RPJMD Lebak, pertanian memang telah dijadikan
sebagai salah satu platform pembangunan.
Tabel 46 Matriks IFE Pembangunan Wilayah Sumberdaya Manusia Kabupaten Lebak Tahun 2010
No Faktor Strategis Internal
Bobot A
Rating B
Skor AxB
Kekuatan
1 Kabupaten lebak memiliki potensi yang cukup
besar dalam sektor pertanian, perikanan dan perkebunan
0.064 3.8
0.2432 2
Adanya beasiswa khusus bagi mahasiswa berprestasi, khususnya mahasiswa kedokteran di
universitas negeri 0.069
2.4 0.1656
3 Industri pengolahan dan perdagangan mulai
meningkat aktivitas dan distribusinya terhadap PDRB
0.053 3.6
0.1908
4 Terdapat enam sektor utama yang menjadi sektor
basis di kabupaten lebak, yakni pertanian, jasa- jasa, perdagangan, bangunankonstruksi,
keuangan, dan pertambanganpenggalian 0.068
3.5 0.238
5 Fokus utama Pemerintah daerah Kabupaten
Lebak dalam bidang pendidikan dan kesehatan tercantum dalam RPJMD
0.058 2.3
0.1334
Kelemahan
1 IPM Kabupaten Lebak masih di bawah rata-rata
Provinsi Banten 0.052
2 0.104
2 Kualitas dan kuantitas tenaga kependidikan dan
kesehatan yang belum memenuhi standar pelayanan minimal seperti guru, dokter, bidan
dan perawat 0.057
1.8 0.1026
3 Fasilitas Bangunan sektor pendidikan dan
kesehatan belum memberikan pelayanan yang optimal
0.064 1.6
0.1024 4
Belum terpenuhinya sarana-prasarana pendukung kegiatan belajar dan pelayanan
kesehatan 0.078
1.3 0.1014
5 Aksesibilitas transportasi terkendala dengan
rusaknya jalan utama 0.061
2 0.122
6 Baru 60 persen wilayah yang telah tersedia
energi listrik PLN 0.087
1.7 0.1479
7 Tingginya angka disparitas Pembangunan
wilayah yang ditunjukan oleh Indeks Williamson dan 90 persen wilayah termasuk ke dalam daerah
yang relatif tertinggal 0.076
1.8 0.1368
8 Tingginya angka kemiskinan yang ditunjukan
oleh Indeks Kemiskinan Manusia 0.065
1.2 0.078
9 Rendahnya tingkat kepuasan masyarakat
terhadap performance pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan
0.063 1.9
0.1197 10
Rendahnya pendapatan per kapita penduduk dan laju pertumbuhan ekonomi
0.085 1.1
0.0935
Total Keseluruhan 1
2.0793
Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010
Dalam perhitungan IFE ini, Lebak memiliki paling banyak kelemahan, dimana yang sebetulnya menjadi dalah satu permasalah yang cukup pelik adalah
rendahnya angka IPM Lebak. Dari tahun ke tahun IPM Lebak selalu tertinggal dan hampir dipastikan menempati posisi juru kunci apabila dibandingkan dengan
kabupatenkota lainnya di Provinsi Banten. Rendahnya IPM ini pun menempati posisi kelima dalam perhitungan matriks IFE, hal tersebut menunjukan bahwa
pembangunan sumberdaya manusia di Lebak memang belum berjalan sebagaimana mestinya. Pelayanan baik dari sisi fasilitas bangunan maupun
aparatur publik yang memberikan pelayanan masih belum memberikan pelayanan yang optimal, sehingga kualitas sumberdaya manusia di Lebak cenderung
tertinggal dari wilayah lain. Kondisi yang cukup memprihatinkan tentu saja tingginya angka
kemiskinan yang ditunjukan oleh Indeks Kemiskinan Manusia. Hingga tahun 2008, jumlah penduduk miskin masih di atas 10 persen. Penilaian kuesioner pun
menempatkan faktor ini sebagai kelemahan yang menempati posisi terakhir. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah masih belum serius dalam menangani
permasalahan penduduk miskin. Selain itu, kondisi ini juga mencitrakan bahwa pendapatan masyarakat masih cukup rendah dan belum tersedianya lapangan
pekerjaan baru yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, sehingga pada akhirnya akan mampu menekan jumlah penduduk miskin.
Kekuatan internal yang memiliki skor terkecil menurut matriks IFE adalah fokus utama Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak dalam bidang pendidikan dan
kesehatan. Kekuatan internal ini pada dasarnya merupakan kekuatan utama karena terkait dengan kebijakan pemerintah yang mendukung program peningkatan
kualitas sumberdaya manusia. Oleh karena itu pemerintah daerah seharusnya kembali mefokuskan diri dalam mengembangkan sumberdaya manusia agar
secara jangka panjang akan meningkatkan tingkat kesejahteraan. Implemetasi kebijakan dalam RPJMD tentu saja akan menjadi solusi konstruktif dalam
peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang terlihat dalam IPM Kabupaten Lebak.
8.2 Analisis Matriks EFE External Factor Evaluation