ditinjau adalah ketersediaan fasilitas dasar pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Puskesmas Pembantu Pustu. Tenaga kesehatan yang coba diteliti adalah
dokter, bidan dan perawat. Kedua hal tersebut akan dilihat rasio perbandingannya dengan masing-masing jumlah penduduk kecamatan.
6.2.1 Fasilitas dan Tenaga Kesehatan
Harapan utama pembangunan infrastruktur yang selama ini dilaksanakan adalah mampu mempengaruhi tingkat ekonomi. Selain itu juga lambat laun akan
mempengaruhi tingkat kesehatan dan pendidikan di Kabupaten Lebak terutama terkait dengan aksesibilitas ke fasilitas kesehatan dan pendidikan. Berikut ini
disajikan bagaimana kondisi umum fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Lebak pada tahun 2009.
Tabel 24 Jumlah Fasilitas Kesehatan yang Tersedia Tiap Kecamatan tahun 2009
No. Kecamatan
PUSKESMAS PUSTU
WAHANA Poliklinik Balai
Pengobatan Praktek
Dokter Praktek Bidan
1 Malingping
1 3
4 7
21 2
Wanasalam 2
3 1
1 13
3 Panggarangan
1 6
1 2
4 Cihara
1 2
2 5
B a y a h 1
6 2
3 10
6 Cilograng
1 3
10 1
10 7
Cibeber 2
3 1
4 8
Cijaku 1
1 1
9 9
Cigemblong 1
10 Banjarsari
2 3
11 11
Cileles 2
3 2
12 Gunung Kencana
1 4
1 1
6 13
Bojongmanik 1
1 3
14 Cirinten
1 2
1 15
Leuwidamar 2
5 5
16 Muncang
1 3
5 2
7 17
Sobang 1
3 3
18 Cipanas
1 3
3 2
8 19
Lebak Gedong 1
1 4
20 Sajira
2 1
9 21
Cimarga 4
2 1
1 10
22 Cikulur
1 1
10 23
Warunggunung 2
2 2
1 9
24 Cibadak
1 1
3 25
Rangkasbitung 5
3 8
21 32
26 Kalanganyar
1 2
7 27
M a j a 1
1 5
1 3
28 Curugbitung
1 4
1 1
5 Kab. Lebak
42 71
45 44
209
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Tahun 2010 Kondisi umum pelayanan publik kesehatan di Kabupaten Lebak terlihat
masih jauh dari harapan. Jumlah Puskesmas yang ada masih belum cukup untuk memberikan pelayanan kepada seluruh penduduk di tiap kecamatan. Untuk
pelayanan kesehatan di wilayah selatan, keberadaan rumah sakit di Kecamatan
Malingping belum bisa sepenuhnya memberikan solusi pemerataan pelayanan kesehatan. Karena dari sisi kelengkapan peralatan pendukung dan sumberdaya
dokter masih kekurangan, sehingga jika membutuhkan pelayanan rawat inap, sebagian besar penduduk lebih memilih untuk pergi ke Kabupaten Sukabumi yang
memiliki peralatan rumah sakit lebih lengkap dan pelayanannya lebih baik. Pemerintah Kabupaten Lebak masih kesulitan untuk mendapatkan
sumberdaya tenaga kesehatan. Karena kendala utama masih berkutat pada kesediaan calon tenaga kesehatan yang akan ditempatkan di tepat terpencil.
Keterpencilan masih menjadi alasan utama tenaga kesehatan untuk bisa ikut membangunan. Selain itu juga dilengkapi dengan buruknya akses transportasi
darat yang membuat siapapun enggan untuk ditempatkan di wilayah Lebak selatan. Namun di balik itu semua, pemerintah tetap berusaha meningkatkan
derajat kesehatan manusia, secara terperinci di Kabupaten Lebak telah tersedia berbagai sumber daya kesehatan sebagai berikut :
a. 3 tiga unit Rumah Sakit, yaitu RSUD Adjidarmo, RSU Misi, dan RSUD
Malingping b.
36 unit Puskesmas kondisi baik 26 dan kondisi rusak ringan 10, termasuk 11 Puskesmas DTP kondisi baik 10 dan kondisi rusak ringan 1.
c. 73 unit Puskesmas Pembantu dengan kondisi baik 16 Pustu, kondisi rusak
ringan 11 Pustu, kondisi rusak berat 46 Pustu. d.
27 unit Puskesmas Keliling Puskesling termasuk 3 Puskesling Lengkap dengan kondisi baik 3 Puskesling Lengkap dan 15 Puskesling, kondisi laik
jalan rusak ringan 9 Puskesling. e.
39 Balai Pengobatan, 7 unit Apotik, 20 Toko Obat Berijin. f.
508 Tenaga MedisParamedis, yang terdiri dari Dokter Umum 57 orang, Dokter Gigi 19 orang, Bidan 199 orang, Perawat Umum 185 orang, Perawat
Gigi 10 orang, Tenaga Kesehatan lainnya 38 orang. Ratio antara jumlah penduduk dengan Tenaga MedisParamedis adalah 4,51 : 10.000. 203
Mantri Keliling Manling. Pelayanan publik dasar kesehatan dalam penelitian ini akan menggunakan
rasio fasilitas kesehatan dan rasio jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk. Dengan data rasio tersebut, maka akan terlihat bagaimana kuantitas
pelayanan publik pemerintah dari segi fasilitas fisik dan ketersediaan serta pemerataan pembangunan di sektor kesehatan. Kekurangan terbesar dalam tenaga
kesehatan adalah tenaga dokter, dimana untuk mengatasi hal tersebut, Pemkab Lebak memberikan stimulus berupa beasiswa bagi mahasiswa yang mampu
masuk seleksi kedokteran di universitas negeri dan kelak bersedia dikontrak selama 10 tahun untuk ditempatkan di Kabupaten Lebak. Ketersedian dokter
spesialis lebih memprihatinkan, dimana tidak tersedia satu pun dokter spesialias di Kabupaten Lebak.
Rasio antara fasilitas kesehatan puskesmas dan puskesmas pembantu dengan penduduk di Kabupaten Lebak rata-rata adalah 0,00005. Secara jelas akan
dirinci pada Gambar 15 di bawah ini.
Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Gambar 14 Grafik Rasio Fasilitas Kesehatan dengan Jumlah Penduduk Masing-
masing Kecamatan di Kabupaten Lebak Berdasarkan data di atas, maka kecamatan yang memiliki rasio Puskesmas
dengan penduduk cukup tinggi adalah Kecamatan Banjarsari, Cileles, Cibeber Leuwidamar, Sajira, Cimarga, Warunggunung dan Rangkasbitung, sedangkan
kecamatan dengan rasio cukup rendah adalah Malingping, Gunung Kencana, Cipanas dan Lebak Gedong. Kecamatan dengan rasio puskesmas pembantu dan
penduduk cukup tinggi adalah Panggarangan, Bayah, Cileles, Leuwidamar, dan Muncang, sedangkan kecamatan dengan rasio cukup rendah adalah Cigemblong,
Lebak Gedong, Maja, Cibadak, Cikulur, Sajira, Cijaku dan Bojongmanik.
0,00005 0,0001
0,00015 0,0002
0,00025
Rasio Puskesmas- Penduduk Rasio Puskesmas Pustu-
penduduk
Malingping Wanasalam
Panggarangan Bayah
Cilograng Cibeber
Cijaku Banjarsari
Cileles Gunung Kencana
Bojongmanik Leuwidamar
Muncang Sobang
Cipanas Sajira
Cimarga Cikulur
Warunggunung Cibadak
Rangkasbitung Maja
Curugbitung Kalang Anyar
Lebak Gedong Cirinten
Cigemblong Cihara
Sumber : Hasil Perhitungan, Tahun 2010 Gambar 15 Grafik Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk Masing-
masing Kecamatan di Kabupaten Lebak Rasio tenaga kesehatan dokter dengan penduduk di Kabupaten Lebak
masih sangatlah kurang. Dimana hanya ada dua kecamatan yang memiliki angka rasio cukup tinggi yakni Kecamatan Rangkasbitung dan Warunggunung. Hal
tersebut sangat wajar karena dua kecamatan tersebut termasuk dalam wilayah kota padat penduduk dan pusat kegiatan ekonomi dan juga pemerintahan. Namun
kecamatan lainnya masih kekurangan dokter umum, bahkan ada beberapa kecamatan yang tidak memiliki sama sekali dokter yakni Cihara, Cikulur, Sajira,
Sobang, Leuwidamar dan Cijaku. Rasio perawat dengan penduduk masih lebih baik daripada dokter, dimana
hampir di tiap kecamatan sudah terdapat perawat, walau dengan jumlah yang masih kurang memadai. Tercatat bahwa kecamatan yang memiliki rasio perawat
dengan penduduk cukup tinggi adalah Rangkasbitung, Warunggunung, Cimarga, Sajira, Muncang dan Banjarsari. Angka perawat tersebut cukup menggembirakan,
karena di daerah-daerah pelosok, perawat tersebut cukup efektif dalam menggantikan peran dokter untuk pengobatan-pengobatan penyakit umum seperti
batuk, flu, demam dan sakit kepala, serta penyakit lainnya yang relatif mudah diobati oleh perawat atau mantri.
0,0002 0,0004
0,0006 0,0008
0,001 0,0012
Rasio Dokter- Penduduk
Rasio Perawat- Penduduk
Rasio Bidan-Penduduk
Malingping Wanasalam
Panggarangan Bayah
Cilograng Cibeber
Cijaku Banjarsari
Cileles Gunung Kencana
Bojongmanik Leuwidamar
Muncang Sobang
Cipanas Sajira
Cimarga Cikulur
Warunggunung Cibadak
Rangkasbitung Maja
Curugbitung Kalang Anyar
Lebak Gedong Cirinten
Cigemblong Cihara
Jumlah bidan di Kabupaten Lebak tidak jauh berbeda kondisinya dengan perawat. Dimana rasio bidan dengan penduduk dianggap sudah cukup tersebar
walau dengan jumlah yang masih jauh dari memadai. Terdapat empat kecamatan yang memiliki jumlah rasio cukup tinggi, yakni Rangkasbitung, Sajira, Muncang
dan Cijaku. Namun masih terdapat beberapa kecamatan dengan jumlah bidang sangat sedikit yang terlihat dari rendahnya rasio bidan dengan penduduk seperti
Kecamatan Cikulur, Bojongmanik, Cijaku dan Lebak Gedong. Posisi bidan ini sangat vital perannya dalam kehidupan bermasyarakat dan proses peningkatan
kualitas kesehatan. Karena bidan adalah palang pintu proses persalinan penduduk perempuan yang menghadapi proses kelahiran anaknya.
6.2.2 Analisis Penilaian Sikap Masyarakat terhadap Kinerja Pelayanan