268
masih terkait dengan ibadah haji. Pada bab ini kita akan membahas beberapa hal tersebut,
seperti masalah bertayammum di pesawat dan teknis menjalankan shalat fardhu yang lima waktu. Juga tentang
jamaah haji yang sering dipungut uang dengan alasan wajib berzakat.
A. Wudhu atau Tayammum di Pesawat 1. Syarat Tayammum
Tayammum adalah salah satu medote berthaharah yang disyariatkan dalam agama Islam. Namun tayammum ini
yang tidak boleh dikerjakan kecuali bila syarat-syaratnya terpenuhi, misalnya tidak ada air, atau barangkali air ada
tetapi tidak mencukupi untuk dipakai buat wudhu’. Tayammum juga boleh dilakukan manakala air tidak
terjangkau, atau seseorang menderita suatu penyakit yang apabila terkena air akan membuatnya tambah sakit atau
kesembuhannya terhambat. Suhu yang sangat dingin pun bisa menjadi salah satu
faktor dibolehkannya tayammum sebagai pengganti wudhu’. 2. Apakah Syarat Tayammum Terpenuhi?
Masalahnya sekarang adalah apakah di dalam pesawat itu syarat-syarat tayammum sudah terpenuhi atau belum?
Mungkin syarat pertama, yaitu tidak adanya air di dalam pesawat, seringkali dijadikan alasan bahwa tayammum itu
boleh dilakukan. Tetapi kita harus jujur, benarkah di dalam pesawat
komersial modern tidak ada air sama sekali, termasuk di toiletnya?
Kalau pesawat buat mengangkut jamaah itu jenis helikopter, Hercules atau pesawat tempur, mungkin memang
tidak ada air. Tetapi sebuah pesawat terbang komersial yang membawa penumpang sipil tentu wajib melengkapi diri
269
dengan sejumlah toilet dan semua keperluan sepanjang perjalanan.
Dan toilet itu pasti ada airnya. Kalau sekedar maaf untuk buang air besar saja kita bisa instinja’ dengan
sempurna pakai air, mengapa untuk wudhu’ yang kebutuhan airnya jauh lebih sedikit malah dianggap tidak cukup?
Mungkin awak pesawat atau penyelenggara haji berpikir bahwa kalau 400-an jamaah haji semuanya berwudhu’,
pastilah pesawat itu akan kekurangan air, lagian nanti bekas air wudhu’nya akan berceceran kemana-mana. Belum lagi
faktor antrian yang pastinya akan sangat panjang. Namun semua alasan itu bisa dijawab dengan mudah.
Masalah kekuarangan air itu tergantung dari cara berwudhu’nya. Kalau gaya wudhu’nya pakai ‘mazhab’ yang
biasa dipakai di kampung, dimana orang-orang berwudhu di kali atau di empang, tentu akan menghabiskan banyak air.
Bahkan airnya akan berceceran kemana-mana. Padahal berwudhu itu hanya butuh paling banyak
segelas air saja 250 ml, tidak lebih. Toh yang wajib dibasuh itu hanya wajah, tangan hingga siku, sebagian kepala disapu
dan kaki hingga kedua mata kaki. Dan sebenarnya tidak perlu masuk toilet, cukup
dilakukan di kursi pesawat, atau di tempat akan melakukan shalat. Jadi tidak perlu ada antrian panjang masuk toilet
hanya sekedar untuk berwudhu’. Sederhana, mudah, murah dan sesuai syariah.
3. Tayammum Harus Menggunakan Tanah
Sedangkan bila bertayammum, ada kendala fiqih yang harus dijawab, yaitu bahwa dibolehkan bertayammum hanya
dengan menggunakan tanah. Apa pun yang menjadi permukaan tanah baik itu tanah merah tanah liat padang
pasir bebatuan aspal semen dan segalanya termasuk dalam kategori tanah yang suci. Dan itu ketentuan dari Allah SWT
langsung di dalam Al-Quran, bukan sekedar pendapat
270
ulama.
ﺎﺒﻴﹶﻃ ﺍﺪﻴِﻌﺻ ﹾﺍﻮﻤﻤﻴﺘﹶﻓ
Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik QS. An- Nisa : 43
Masalah yang paling mendasar, di dalam pesawat pada ketinggian 33.000 kaki di atas permukaan laut itu, dimana
kita bisa menemukan tanah untuk tayammum? Padahal yang kita injak di dalam pesawat jelas bukan
tanah, tetapi karpet yang setiap saat selalu divacum hingga bersih dan steril. Jangankan dari tanah, debu pun tidak ada.
Kalau difatwakan bertayammum dengan permukaan benda, jelas ini agak membingungkan.
Dan kursi atau jendela pesawat jelas bukan tanah yang menempel padanya debu. Tentunya tayammum itu
disyaraitkan bukan dengan memakai benda-benda di sekitar kita, melainkan dengan tanah yang kita injak
ﺎﺒﯿﻃ اﺪﯿﻌﺻ
. Untuk itu satu-satunya cara kalau masih ingin
bertayammum juga, para jamaah haji harus dibekali kantung- kantung yang berisi tanah. Setidaknya masing-masing harus
mereka membawa dua atau tiga kantung, kalau bisa saja mereka harus shalat dua sampai tiga kali, walau pun sudah
dijamak. Karena itu yang lebih praktis adalah mengajarkan dan
melatih serta mengubah paradigma para jamaah haji, agar dapat berwudhu dengan cara yang sesuai syariah, yaitu
dengan sedikit air tanpa harus khawatir airnya jadi musta’mal.
B. Shalat di Pesawat
Sebagian orang berupaya memudahkan tata cara shalat di pesawat, yaitu dengan tetap duduk di kursi, tanpa berdiri,
271
tanpa ruku’, tanpa sujud dan jelas-jelas tidak menghadap kiblat.
Seandainya yang dilakukan hanya shalat sunnah, semua itu memang ada contoh dari Rasullah SAW. Namun kita
tidak menemukan contoh dari beliau SAW dalam hal shalat wajib lima waktu. Justru yang kita dapat dari hadits yang
shahih, beliau turun dari unta dan kemudian mengerjakan shalat fardhu itu dengan sempurna, berdiri, menghadap
kiblat, ruku’ dan sujud, semua persis seperti shalat biasa. 1. Rasulullah SAW Shalat Sunnah Di Atas Kendaraan
Rasulullah SAW diriwayatkan pernah melakukan shalat di atas kendaraan, namun shalat yang beliau lakukan
ternyata hanya shalat sunnah. Sedangkan shalat fardhu, tidak beliau lakukan di atas punggung unta.
Dalil shalat sunnah di atas kendaraan yang beliau SAW kerjakan di antaranya :
ِﻪﱠﻠﻟﺍ ِﺪﺒﻋ ِﻦﺑ ِﺮِﺑﺎﺟ ﻦﻋ
ﻲِﺒﻨﻟﺍ ﱠﻥﹶﺃ
ِﻪِﺘﹶﻠِﺣﺍﺭ ﻰﹶﻠﻋ ﻲﱢﻠﺼﻳ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﻮﺤﻧ
ﹶﺔﹶﻠﺒِﻘﹾﻟﺍ ﻞﺒﹾﻘﺘﺳﺎﹶﻓ ﻝﺰﻧ ﹶﺔﺑﻮﺘﹾﻜﻤﹾﻟﺍ ﻲﱢﻠﺼﻳ ﹾﻥﹶﺃ ﺩﺍﺭﹶﺃ ﺍﹶﺫِﺈﹶﻓ ِﻕِﺮﺸﻤﹾﻟﺍ
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahuanhu bahwa Nabi SAW shalat di atas kendaraannya menuju ke arah Timur. Namun
ketika beliau mau shalat wajib, beliau turun dan shalat menghadap kiblat. HR. Bukhari
ٍﺮِﺑﺎﺟ ﻦﻋ
ِﻪﱠﻠﻟﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﹶﻥﺎﹶﻛ
ﹸﺚﻴﺣ ِﻪِﺘﹶﻠِﺣﺍﺭ ﻰﹶﻠﻋ ﻲﱢﻠﺼﻳ ﹶﺔﹶﻠﺒِﻘﹾﻟﺍ ﻞﺒﹾﻘﺘﺳﺎﹶﻓ ﻝﺰﻧ ﹶﺔﻀﻳِﺮﹶﻔﹾﻟﺍ ﺩﺍﺭﹶﺃ ﺍﹶﺫِﺈﹶﻓ ﺖﻬﺟﻮﺗ
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW shalat di atas kendaraannya, menghadap kemana pun
kendaraannya itu menghadap. Namun bila shalat yang fardhu, beliau turun dan shalat menghadap kiblat. HR.
Bukhari
272
2. Shalat Wajib : Harus Berdiri dan Menghadap Kiblat
Sedangkan dalam shalat wajib, hadits-hadits di atas tidak menyebutkan bahwa Rasulullah SAW mengerjakannya di
atas kendaraan. Bahkan dua hadits Jabir menyebutkan dengan tegas bahwa beliau SAW turun dari kendaraan dan
shalat di atas tanah menghadap ke kiblat. Selain itu ada hadits Nabi SAW yang lain dimana beliau
memerintahkan Jafar bin Abu Thalib yang menumpang kapal laut ketika berhijrah ke Habasyah untuk shalat wajib
sambil berdiri.
ﻲِﺒﻨﻟﺍ ﱠﻥﹶﺃ
ﻩﺮﻣﹶﺃ ِﺔﺸﺒﺤﹾﻟﺍ ﻰﹶﻟِﺇ ﺽ ٍﺐِﻟﺎﹶﻃ ﻲِﺑﹶﺃ ﻦﺑ ﺮﹶﻔﻌﺟ ﹶﺚﻌﺑ ﺎﻤﹶﻟ ﺎﹶﻗ ِﺔﻨﻴِﻔﺴﻟﺍ ﻲِﻓ ﻲﱢﻠﺼﻳ ﹾﻥﹶﺃ
ﻕﺮﻐﹾﻟﺍ ﻑﺎﺨﻳ ﹾﻥﹶﺃ ﱠﻻِﺇ ﺎﻤِﺋ
Bahwa Nabi SAW ketika mengutus Jafar bin Abi Thalib radhiyallahuanhu ke Habasyah, memerintahkan untuk shalat
di atas kapal laut dengan berdiri, kecuali bila takut tenggelam. HR. Al-Haitsami dan Al-Bazzar
Sehingga para ulama mengatakan bahwa shalat wajib tidak boleh dikerjakan di atas kendaraan, bila tidak
menghadap secara pasti ke arah kiblat. Di sisi lain, shalat fardhu itu rukunnya adalah berdiri
sempurna. Berbeda dengan shalat sunnah yang boleh dikerjakan cukup dengan duduk baik karena udzur atau
tanpa udzur. Namun berdiri dan menghadap kiblat tenyata bisa
dengan mudah dikerjakan di atas pesawat terbang, asalkan jenisnya bukan helikopter atau pesawat tempur.
3. Tempat Shalat Di Pesawat
Di dalam pesawat terbang komesial, selalu ada tempat yang agak luas untuk kita bisa melakukan shalat dengan
sempurna dilengkapi ruku dan sujud. Tempat itu adalah pada bagian pintu masuk atau keluar.
273
Tempat itu tidak pernah diisi dengan kursi, karena merupakan jalan para penumpang masuk atau keluar ketika
pesawat berada di darat. Pada saat pesawat sedang terbang di angkasa, tentunya tempat itu tidak berfungsi sebagai jalan
keluar masuk. Di tempat itulah kita bisa melakukan shalat dengan sempurna.
Konon menurut teman yang pernah naik maskapai Saudi Airlines, perusahaan itu secara khusus mengosongkan
beberapa kursi buat khusus buat yang mau mengerjakan shalat. Tentu ini lebih sempurna, karena jadi tidak akan
mengganggu aktifitas di dalam pesawat. Dan bagi yang shalat di tempat itu juga tidak akan terganggu dengan lalu
lalang orang. 4. Menentukan Arah Kiblat di Pesawat
Di zaman maju sekarang ini, nyaris semua pesawat terbang dilengkapi dengan Global Positioning System GPS.
Di beberapa pesawat berbadan lebar, biasanya dipasang layar besar LCD di tengah kabin, dan salah satunya menampilkan
posisi pesawat di atas peta dunia. Bahkan beberapa maskapai penerbangan yang baik menyediakan layar LCD di kursi
masing-masing dan salah satu fungsinya bisa sebagai GPS. Asalkan kita tidak terlalu awam dengan peta dunia,
maka dengan mudah kita bisa menentukan mana arah kiblat kalau diukur dari posisi pesawat. Maka ke arah sanalah kita
menghadapkan badan saat berdiri melaksanakan shalat. 5. Menentukan Waktu Shalat
Kalau semua masalah di atas sudah terjawab, tinggal satu masalah lagi, yaitu bagaimana kita menetapkan jadwal
waktu shalat? Padahal seperti kita tahu bersama, ketika seseorang
berada di atas pesawat dalam penerbangan international, maka waktu shalat bagi orang itu secara subjektif menjadi
agak rancu. Memang kita tidak tahu, sedang berada di atas