Mazhab Al-Hanabilah Kalangan yang Membolehkan

293 Namun sebelumnya, Mekkah dan Madinah adalah pusat ilmu agama yang mandiri dan bebas. Semua mazhab mendapat tempat yang layak di dua kota suci itu. Termasuk para ulama yang asli dari nusantara dan bermukim disana. Dengan berkumpulnya para ulama, Mekkah dan Madinah menjadi tempat tujuan para santri untuk meneruskan pelajaran ke tingkat yang lebih tinggi. Dan berangkatnya para calon ulama ke negeri Arab itu biasanya hal itu terkait dengan perjalanan haji. Mereka bukan semata-mata pergi haji lalu pulang, melainkan sekalian bermukim disana dan mendalami ilmu- ilmu agama yang amat luas. Bertahun-tahun tinggal disana dan akhirnya setelah dirasa cukup matang ilmu yang mereka dapat, barulah mereka pulang kembali ke tanah air. Di masing-masing asalnya, mereka bukan sekedar dipanggil pak haji, tetapi sekaligusnya juga menjadi ulama yang mengajarkan ilmu-ilmu agama. Sehingga panggilan haji sangat identik dengan keulamaan. Namun di masa-masa berikutnya, ketika transportasi semakin membaik, orang tidak lagi berangkat ke tanah suci untuk belajar memperdalam ilmu agama. Mereka hanya semata-mata menunaikan ibadah haji saja. Selesai semua ritual haji, mereka pun segera kembali ke tanah air. Generasi yang seperti ini tentu tidak pernah mengenyam masa pendalaman ilmu agama di tanah suci. Namun umumnya mereka adalah orang-orang yang tekun menjalankan agama semenjak masih di tanah air. Niat dan tekad mereka berangkat haji umumnya masih murni, yaitu semata-mata ingin menjalankan perintah agama, yang selama ini telah mereka pelajari. Namun ketika semarak beragama semakin memuncak, khususnya setelah usainya era represif di masa pemerintahan Soekarno dan Soeharto, semangat untuk mensyiarkan semua hal-hal yang berbau agama Islam semakin tidak terbentung. 294 Tidak terkecuali dalam hal ibadah haji.

B. Kemunduran Peran Haji

Namun di masa-masa berikutnya, peran ibadah haji mengalami stangnasi yang akut, bahkan justru semakin mundur. Momen haji kemudian semata-mata hanya untuk sekedar menjalankan ritual saja, tanpa ada peran tambahan yang berarti. Penyebaran dakwah Islam nyaris sudah tidak lagi berjalan secara efektif, karena jamaah haji yang datang tidak lagi punya visi untuk bekerja sama menyebarkan agama Islam ke berbagai penjuru dunia. 1. Kemunduran Ilmu Sebagai gantinya, yang sekarang ini disebarkan kepada para jamaah haji justru pemikiran-pemikiran milik golongan dan mazhab tertentu, dengan menafikan realitas keberagaman umat Islam sedunia. Yang disebarkan sebatas pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi, Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim serta dalam bentuk yang terbatas, hanya fiqih Mazhab Al-Hanabilah saja. Dan sayangnya, kurang ada keseimbangan dalam hal ini, sehingga yang terjadi malah penindasan atas pemikiran dan mazhab yang lain, dengan dituduh sesat atau batil. Contoh sederhana, buku tentang haji serta berbagai booklet yang resmi diterbitkan buat jamaah haji oleh pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, nyaris menyalahkan semua mazhab fiqih yang muktamad, dan hanya membenarkan satu pendapat saja, yaitu pendapat para mufti kerajaan saja. Belum lagi buku lainnya yang mengusung pemikiran yang sering disebut dengan kelompok wahabi, salafi, atsari dan sejenisnya, cenderung menuduh sesat umat Islam yang lain.