Mulai Dari Hajar Aswad

162 beliau antara Shafa dan Marwah, dan beliau bersabda,”Lakukanlah ibadah sa’i, karena Allah telah mewajibkannya atas kalian. HR. Ad-Daruquthuny

C. Kedudukan Sa’i

Secara umum ibadah sa’i adalah merupakan rukun haji, dimana ibadah haji tidak sah tanpa mengerjakan sa’i. Namun ada juga sebagian ulama yang memposisikan sa’i bukan sebagai rukun haji tetapi sebagai wajib haji.

1. Rukun Haji

Jumhur ulama diantaranya mazhab Al-Malikiyah, Asy- Syafi’iyah dan Al-Hanabilah sepakat menempatkan sa’i sebagai salah satu rukun dalam manasik haji dan juga rukun dalam ibadah umrah, dimana rangkaian ibadah haji dan umrah itu tidak sah tanpa adanya sa’i. Aisyah dan Urwah bin Az-Zubair radhiyallahuanhuma termasuk di antara kedua shahabat nabi yang mendukung hal ini. Dalil yang mereka kemukakan adalah dalil dari Al- Quran dan As-Sunnah, di antaranya firman Allah SWt : ﱠﻥِﺇ ﺎﹶﻔﺼﻟﺍ ﹶﺓﻭﺮﻤﹾﻟﺍﻭ ﻦِﻣ ِﺮِﺋﺎﻌﺷ ِﻪﱠﻠﻟﺍ Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syiar Allah. QS. Al-Baqarah : 158 Selain itu juga ada dalil dari sunnah nabi SAW : ﺍﻮﻌﺳﺍ ﱠﻥِﺈﹶﻓ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺐﺘﹶﻛ ﻢﹸﻜﻴﹶﻠﻋ ﻲﻌﺴﻟﺍ Lakukanlah ibadah sa’i, karena Allah telah mewajibkannya atas kalian. HR. Ad-Daruquthuny Hadits ini menggunakan lafadz kataba َﺐَﺘَﻛ yang secara 163 umum maknanya menjadikannya ibadah yang tidak boleh ditinggalkan alias rukun. Selain itu juga melihat kepada praktek sa’i yang diajarkan Rasulullah SAW kepada Abu Musa Al-Asy’ari, sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut : ﻦﻋ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻪﻨﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻲِﺿﺭ ﻰﺳﻮﻣ ﻲِﺑﹶﺃ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻲِﺒﻨﻟﺍ ﻲِﻨﹶﺜﻌﺑ ٍﻡﻮﹶﻗ ﻰﹶﻟِﺇ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﺤﹾﻄﺒﹾﻟﺎِﺑ ﻮﻫﻭ ﺖﹾﺌِﺠﹶﻓ ِﻦﻤﻴﹾﻟﺎِﺑ ﺖﹾﻠﹶﻠﻫﹶﺃ ﺎﻤِﺑ ﹶﻝﺎﹶﻘﹶﻓ ِﺀﺎ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻲِﺒﻨﻟﺍ ِﻝﻼﻫِﺈﹶﻛ ﺖﹾﻠﹶﻠﻫﹶﺃ ﺖﹾﻠﹸﻗ ﻚﻌﻣ ﹾﻞﻫ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﺖﹾﻔﹸﻄﹶﻓ ﻲِﻧﺮﻣﹶﺄﹶﻓ ﻻ ﺖﹾﻠﹸﻗ ٍﻱﺪﻫ ﻦِﻣ ﻢﹸﺛ ِﺓﻭﺮﻤﹾﻟﺍﻭ ﺎﹶﻔﺼﻟﺎِﺑﻭ ِﺖﻴﺒﹾﻟﺎِﺑ ﺖﹾﻠﹶﻠﺣﹶﺄﹶﻓ ﻲِﻧﺮﻣﹶﺃ Dari Abi Musa Al-Asy’ari radhiyallahuanhu berkata,” Nabi SAW mengutusku kepada suatu kaum di negeri Yaman. Ketika aku sudah kembali aku menemui Beliau ketika Beliau berada di Batha. Beliau berkata kepadaku,”Bagaimana cara kamu berihram memulai hajji?”. Aku menjawab,”Aku berihram sebagaimana Nabi SAW berihram”. Beliau bertanya lagi,”Apakah kamu ada membawa hewan qurban?”. Aku menjawab”Tidak”. Maka Beliau memerintahkan aku agar aku melakukan thawaf di Baitullah dan sai antara Shafa dan Marwah lalu memerintahkan aku pula agar aku bertahallul. HR. Bukhari dan Muslim Hadits ini menegaskan bahwa urutan yang benar dalam haji adalah setelah melakukan thawaf diteruskan dengan sa’i. Sehingga sa’i termasuk rukun dalam haji. Dan ada hadits yang tegas-tegas menyebutkan bahwa Allah SWT tidak menerima haji yang tidak ada sa’i di dalamnya.