Al-Hanafiyah : Mabit di Mina Sunnah

207 Bab 14 : Jadwal Perjalanan Haji Ikhtishar A. Sebelum Tanggal 8 Dzulhijjah 1. Haji Ifrad 3. Haji Qiran

3. Haji Tamattu’

B. Tanggal 8 Dzulhijjah

1. Haji Irfad 2. Haji Qiran

3. Haji Tamattu’

C. Tanggal 9 Dzulhijjah Hari Arafah

1. Haji Irfad 2. Haji Qiran

3. Haji Tamattu’

D. Tanggal 10 Dzhulhijjah

1. Haji Irfad 2. Haji Qiran

3. Haji Tamattu’

E. Tanggal 11 Dzulhijjah

1. Haji Ifrad 2. Haji Qiran

3. Haji Tamattu’

F. Tanggal 12 Dzluhijjah

1. Haji Ifrad 2. Haji Qiran

3. Haji Tamattu’

G. Tanggal 13 Dzulhijjah

1. Haji Ifrad : 2. Haji Qiran : 208 3. Haji Tamattu’ Buat bangsa Indonesia, lamanya waktu yang dibutuhkan untuk ritual perjalanan haji di masa lalu bisa memakan waktu yang cukup panjang, sampai enam bulan lamanya, termasuk perjalanan naik kapal laut yang konon bisa sampai sebulan. Jadi sebulan untuk berlayar kepergian, sebulan untuk berlayar kepulangan. Dan empat untuk bermukim di tanah suci. Saat itu para jamaah belum lagi menggunakan pesawat terbang, tetapi menumpang kapal laut milik maskapai Eropa yang melewati terusan Suez. Bahkan jauh sebelumnya lagi, menurut naskah sejarah Banten diceritakan suatu ketika Sultan Banten berniat mengirimkan utusannya kepada Sultan Mekah. Utusan itu dipimpin oleh Lebe Panji, Tisnajaya, dan Wangsaraja. Perjalanan haji saat itu harus dilakukan dengan perahu layar, yang sangat bergantung pada musim. Biasanya para musafir menumpang pada kapal dagang sehingga terpaksa sering pindah kapal. Perjalanan itu membawa mereka melalui berbagai pelabuhan di nusantara. Dari tanah Jawa terlebih dahulu harus menuju Aceh atau serambi Mekah, pelabuhan terakhir di nusantara yang menuju Mekah. Di sana mereka menunggu kapal ke India untuk ke Hadramaut, Yaman, atau langsung ke Jeddah. Lama perjalanan keberangkatan ini saja bisa makan waktu enam bulan atau lebih. Kalau ditambah pulangnya, berarti di atas kapal laut saja sudah setahun. Di perjalanan, para musafir berhadapan dengan bermacam-macam bahaya. Musafir yang sampai ke tanah Arab pun belum aman. Pada masa awal perjalanan haji, tidak mengherankan apabila calon jemaah dilepas kepergiannya dengan derai air mata; karena khawatir mereka tidak akan kembali lagi.