Jamaah haji dan umrah adalah tamu Allah

40 Dan kalau sang tamu datang meminta diampuni, jelas sekali sudah merupakan kewajiban Allah untuk meluluskan hajat sang tamu, yaitu mengampuni semua dosa-dosa yang telah lalu. Dan tuan rumah akan berbahagia manakala tamu bisa pulang dengan puas, lantaran semua hajatnya telah dikabulkan oleh tuan rumah. 7. Allah Membanggakan di Depan Malaikat Satu lagi keutamaan orang yang melakukan ibadah haji yang juga teramat istimewa, yaitu para jamaah haji itu dibanggakan oleh Allah Swt. di depan para malaikatnya. Padahal para malaikat itu adalah makhluk-makhluk Allah yang paling tinggi derajatnya. Kalau sampai Allah membanggakan para jamaah haji di depan para makhkuk yang tinggi derajatnya, berarti derajat para jamaah haji itu pun juga sangat tinggi, sebab sudah bisa dijadikan kebanggaan. ﻦﻋ ﹶﺔﺸِﺋﺎﻋ ﻲِﺿﺭ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺎﻬﻨﻋ ﱠﻥﹶﺃ ﻝﻮﺳﺭ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻪﱠﻠﻟﺍ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻝﺎﹶﻗ : ﺎﻣ ﻦِﻣ ٍﻡﻮﻳ ﺮﹶﺜﹾﻛﹶﺃ ﹾﻥﹶﺃ ﻖِﺘﻌﻳ ﻪﱠﻠﻟﺍ ِﻪﻴِﻓ ﺍﺪﺒﻋ ﻦِﻣ ِﺭﺎﻨﻟﺍ ﻦِﻣ ِﻡﻮﻳ ﹶﺔﹶﻓﺮﻋ ، ﻪﻧِﺇﻭ ﻮﻧﺪﻴﹶﻟ ﻢﹸﺛ ﻲِﻫﺎﺒﻳ ﻢِﻬِﺑ ﹶﺔﹶﻜِﺋﹶﻼﻤﹾﻟﺍ Dari Aisyah radhiyallahuanha bahwa Rasulullah SAW bersabda,Tidak ada hari dimana Allah membebaskan hambanya dari api neraka kecuali hari Arafa. Dan sesungguhnya Allah condong kepada jamaah haji dan membanggakan mereka di depan para malaikat. HR. Muslim Tentunya dijadikan orang yang dibanggakan di depan malaikat itu selain anugerah juga merupakan tanggung- jawab sekaligus. Jangan sampai ada orang yang sudah mendapatkan 41 kehormatan seperti itu, ternyata setelah pulang ke tanah air, masih saja merusak citra dan kebanggaan itu dengan mengerjakan perbuatan yang memalukan, bahkan menjijikkan. Apa yang telah Allah SWT banggakan di depan para malaikat itu dihancurkan sendiri oleh dirinya sendiri, dengan masih saja melakukan maksiat, menipu, mengambil harta orang, korupsi, makan uang rakyat, mencaci orang, memaki, menyakiti hati orang, dan berbagai perbuatan busuk lainnya. Bahkan terkadang masih ada pak haji yang meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja karena alasan yang dibuat-buat, entah itu sibuk, macet, capek, meeting ini dan itu. Padahal tiap tahun bolak-balik pergi haji. Dan tidak sedikit bu haji yang sepulang dari padang Arafah dibangga-banggakan di depan malaikat, yang masih saja mengumbar aurat dimana-mana, dengan alasan menyesuaikan diri, tuntuan skenario, permintaan atasan, dan seabreg alasan memalukan yang tidak sesuai dengan citra dan apa yang telah Allah banggakan di depan malaikat. Kalau para malaikat yang pernah Allah membanggakan para jamaah haji itu tahu apa yang dilakuka oleh pak dan ibu haji sekembali ke tanah air, mungkin mereka akan bilang,Oh begitu ya kelakuan orang yang katanya dibangga-banggakan itu. Dapat kita bayangkan betapa murkanya Allah SWT kepada pak dan bu haji itu, lantran sudah dibangga- banggakan di depan malaikat, ternyata yang dibanggakan itu tidak pantas mendapatkannya. Sungguh tidak punya malu. Maka keutamaan yang terakhir ini menjadi belati bermata dua. Di satu sisi, memang akan sangat memuliakan para jamaah haji, kalau sepulang dari haji semakin menjadi orang yang shalih. Tapi di sisi lain, bila para jamaah haji itu tidak bisa menjadi orang shalih, sepulang haji malah tambah menjadi- 42 jadi maksiatnya, maka siap-siaplah mendapatkan murka Allah. Nauzdubillahi min zalik.  43 45 Bab 2 : Haji Umrah Rasulullah SAW Ikhtishar A. Umrah Rasulullah SAW 1. Umrah Pertama 2. Umrah Kedua 3. Umrah Ketiga 4. Umrah Keempat

B. Haji Rasulullah SAW

1. Hadits Jabir Tentunya kalau disebutkan haji dan umrah Rasulullah SAW, bukan berarti beliau mengerjakannya sendirian. Beliau mengerjakan kedua perintah Allah SWT itu bersama-sama dengan banyak shahabat ridhwanullahi’alaihim. Rasulullah SAW sendiri sepanjang hayat beliau tercatat hanya sekali saja melaksanakan ibadah haji, yaitu di tahun terakhir dari kehidupan beliau. Haji beliau itu di dalam sirah nabawiyah sering disebut sebagai haji wada’ atau haji perpisahan. Karena seberapa bulan kemudian Rasulullah SAW wafat, kembali menghadap kepada Allah SWT Yang Maha Pencipta.

A. Umrah Rasulullah SAW

Berbeda dengan ibadah haji yang hanya sekali, Rasulullah SAW tercatat empat kali pernah mengadakan 46 perjalanan untuk melakukan ibadah umrah. 1. Umrah Pertama Umrah beliau SAW yang pertama terjadi di tahun keenam hijriyah, namun gagal masuk ke kota Mekkah karena di halangi oleh orang-orang Quraisy yang masih belum bisa membedakan secara proporsioal antara permusuhan dan ritual ibadah. Sehingga akhirnya umrah pertama ini gagal dilaksanakan dan akhirnya terjadi perjanjian Hudaibiyah. Kisahnya, pada suatu pagi tatkala para shahabat sedang berkumpul di mesjid, tiba-tiba Nabi memberitahukan kepada mereka bahwa ia telah mendapat ilham dalam mimpi hakiki, bahwa insya Allah mereka akan memasuki Mesjid Suci dengan aman tenteram, dengan kepala dicukur atau digunting tanpa akan merasa takut. Hal itu disebutkan di dalam Al-Quran : ﺪِﺠﺴﻤﹾﻟﺍ ﻦﹸﻠﺧﺪﺘﹶﻟ ﻖﺤﹾﻟﺎِﺑ ﺎﻳﺅﺮﻟﺍ ﻪﹶﻟﻮﺳﺭ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻕﺪﺻ ﺪﹶﻘﹶﻟ ﻥِﺇ ﻡﺍﺮﺤﹾﻟﺍ ﻦﻳِﺮﺼﹶﻘﻣﻭ ﻢﹸﻜﺳﻭﺅﺭ ﲔِﻘﱢﻠﺤﻣ ﲔِﻨِﻣﺁ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺀﺎﺷ ﺎﻣ ﻢِﻠﻌﹶﻓ ﹶﻥﻮﹸﻓﺎﺨﺗ ﻻ ﻚِﻟﹶﺫ ِﻥﻭﺩ ﻦِﻣ ﹶﻞﻌﺠﹶﻓ ﺍﻮﻤﹶﻠﻌﺗ ﻢﹶﻟ ﹰﺎﺒﻳِﺮﹶﻗ ﹰﺎﺤﺘﹶﻓ Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat. QS. Al-Fath : 27 Berita tentang mimpi beliau SAW itu kemudian serentak tersebar ke seluruh penjuru Medinah. Rasulullah SAW kemudian mengumumkan kepada orang ramai supaya pergi menunaikan ibadah haji dalam bulan Zulhijah yang suci. 47 Beliau juga mengirimnya utusan kepada kabilah-kabilah yang bukan dari pihak muslimin, dianjurkannya mereka supaya ikut bersama-sama pergi berangkat ke Baitullah, dengan aman, tanpa ada pertempuran. Rombongan umrah ini berangkat dari Madinah menuju Mekkah dengan jumlah antara seribu empat ratus hingga seribu lima ratus orang peserta, pada bulan Zulkaidah sebagai salah satu bulan suci, dengan semua mengenakan pakaian ihram, sambil menarik ternak yang akan mereka sembelih di Mina, tanpa membawa senjata. Namun rombongan dicegat di daerah Hudaibiyah beberapa kilometer sebelum memasuki Mekkah. Para pemuka Quraisy tidak mengizinkan jamaah itu memasuki kota Mekkah, dengan alasan mereka masih dalam status berperang. Bahkan terdengar isyu bahwa para utusan yang dikirim oleh Rasulullah SAW untuk bernegosiasi telah dibunuh. Maka situasi semakin tidak menentu. Tujuan mereka bukan untuk berperang, tapi semata-mata mau menjalankan ibadah haji. Tidak ada persiapan apa pun yang terkait dengan perang, beliau SAW dan para shahabat datang hanya berpakaian lembaran kain ihram, sama sekali tidak membawa senjata, bekal apalagi persiapan perang. Namun pihak Quraisy justru ingin memanfaatkan momen ini, dan berniat untuk menghabisi semua umat Islam dalam sekali libas. Mumpung semua tidak bersenjata dan mumpung semuanya ada, membantai mereka di momen seperti ini dalam pikiran mereka, akan segera menyelesaikan persoalan. Ancaman dari orang yang sedang kalap boleh jadi bukan hanya berhenti pada gertakan. Segala kemungkinan terburuk bisa saja terjadi. Untuk mengantisipasi situasi yang genting ini, serta menguatkan tekad para shahabat, maka Rasulullah SAW meminta masing-masing berbai’at kepada beliau SAW.