Dasar Masyru’iyah Makalah Haji - Makalah

181

c. Rukun

Namun ada juga dari sebagian ulama yang menyebutkan bahwa bermalam di Muzdalifah hukumnya fardhu alias rukun dalam ibadah haji. Pendapat ini didukung oleh sebagian ulama seperti Alqamah, Al-Aswad, Asy-Sya’bi, Hasan Al-Bashri dan An-Nakha’i. dalil yang mereka pakai adalah hadits berikut ini, namun tidak ada sandaran perawi yang bisa diterima. ﻦﻣ ﻪﺗﺎﹶﻓ ﺖﻴِﺒﻤﹾﻟﺍ ِﺔﹶﻔِﻟﺩﺰﻤﹾﻟﺎِﺑ ﺪﹶﻘﹶﻓ ﻪﺗﺎﹶﻓ ﺞﺤﹾﻟﺍ Orang yang luput dari bermalam di Muzdalifah, maka dia telah luput dari ibadah haji.

3. Lokasi Muzdalifah

Muzdalifah adalah padang pasir yang membentang antara padang Arafah dan Mina. Para ulama membuat batasan lokasi Muzdalifah ini dengan ungkapan : ﹲﻥﺎﹶﻜﻣ ﻦﻴﺑ ﻲﻣِﺯﹾﺄﻣ ﹶﺔﹶﻓﺮﻋ ﻱِﺩﺍﻭﻭ ٍﺮﺴﺤﻣ Tempat yang berada di antara Arafah dan Lembah Muhassir. ﺎﻣ ﻦﻴﺑ ﻲﻣِﺯﹾﺄﻣ ﹶﺔﹶﻓﺮﻋ ﻰﹶﻟِﺇ ِﻥﺮﹶﻗ ٍﺮﺴﺤﻣ Tempat yang berada antara Arafah dan tanduk Muhassir. Dimana pun di Muzdalifah adalah tempat yang sah untuk bermalam, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : ﹸﺔﹶﻔِﻟﺩﺰﻣ ﺎﻬﱡﻠﹸﻛ ﻒِﻗﻮﻣ Muzdalifah seluruhnya adalah tempat wuquf. HR. Ahmad 182

4. Durasi Mabit

Para ulama berbeda pendapat ketika menetapkan berapa minimal lama durasi bermalam mabit di Musdalifah itu.

a. Mazhab Al-Malikiyah

Mazhab Al-Malikiyah menyebutkan bahwa minimal masa durasi bermalam di Muzdalifah adalah sekadar hathtu ar-rihal لﺎﺣﺮﻟا ّﻂﺣ . Maksudnya adalah sekedar mampir sejenak saja, tidak berlama-lama apalagi sampai menginap. Yang penting, sudah menjejakkan kaki di Muzdalifah, maka sudah dianggap sah. Tambahan lagi buat mazhab Al-Malikiyah, bahwa mabit di Muzdalifah ini hukumnya bukan rukuk dan bukan wajib haji, melainkan bagi mereka hukumnya hanya sunnah saja. b. Mazhab As-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah Mazhab As-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah berpendapat bahwa bermalam di Muzdalifah sudah sah cukup dengan berada di lokasi itu setelah melewati tengah malam. Artinya, bila jamaah haji telah berada disana pada malam hari, lalu begitu lewat tengah malam, jamaah haji itu bergerak keluar meninggalkan Muzdalifah, sudah sah hukumnya tanpa ada ketentuan membayar denda atau dam. Sebaliknya, bila bergerak keluar dari Muzdalifah sebelum tengah malam, maka mabitnya itu tidak sah, dan untuk itu diharuskan membayar dam.

c. Mazhab Al-Hanafiyah

Sedangkan mazhab Al-Hanafiyah menyebutkan waktu untuk bermalam di Muzdalifah adalah antara terbit fajar atau masuknya waktu Shubuh hingga matahari terbit. Maka jamaah haji yang bisa berada di Muzdalifah pada waktu Shubuh hingga terbit matahari, dianggap telah sah melaksanakan mabit, walau pun malamnya tidak menginap di Muzdalifah.