Wanita Haidh Suci dari Najis dan Hadats

157 menerobos masuk ke dalam bagian yang masih dianggap Ka’bah, seperti Hijir Ismail dan Syadzarwan.

7. Berjalan Kaki Bagi yang Mampu

Mazhab Al-Malikiyah mewajibkan tawaf dengan berjalan kaki. Dan bila dia naik unta atau ditandu, maka dia wajib membayar denda dam. Sedangkan tawaf dengan berjalan kaki menurut mazhab As-Syafi’iyah bukan merupakan syarat tawaf tetapi hukumnya sunnah, sebagaimana hadits Muslim.

8. Tawaf Ifadhah Pada Waktunya

9. Di dalam Masjid Al-Haram 10. Tujuh Putaran

11. Shalat Dua Rakaat Sesudahnya 159 Bab 10 : Sa’i Ikhtishar A. Pengertian 1. Bahasa 2. Istilah

B. Masyru’iyah C. Kedudukan Sa’i

1. Rukun Haji 2. Wajib Haji

D. Syarat Sa’i

1. Dikerjakan Setelah Thawaf 2. Tertib

E. Rukun Sa’i F. Sunnah Sa’i

1. Al-Muwalat 2. Niat 3. Mengusap Hajar Aswad Sebelumnya 4. Suci Dari Hadats 5. Naik ke Atas Bukit 6. Berlari Kecil Pada Bagian Tertentu 7. Al-Idhthiba’ 8. Shalat Dua Rakaat Sesudahnya

H. Larangan Sa’i dan Kebolehan

1. Berjual-beli 2. Menunda Sa’i

I. Jarak Shafa dan Marwah

160

A. Pengertian 1. Bahasa

Istilah sa’i sebenarnya aslinya berbunyi as-sa’yu ُﻲْﻌﱠﺴﻟا . Karena huruf terakhir tidak diucapkan huruf vokalnya, maka umumnya orang menyebutnya menjadi sa’i saja. Secara bahasa sa’i maknanya ada banyak, di antaranya masyaa yang artinya berjalan ﻰَﺸَﻣ . Selain itu juga bermakna qashada َﺪَﺼَﻗ yang artinya menuju ke suatu arah. Dan juga bermakna ‘amila َﻞِﻤَﻋ yang artinya mengerjakan sesuatu. Kata sa’a – yas’a ﻰَﻌَﺳ - ﻰَﻌْﺴَﯾ juga digunakan di dalam Al- Quran Al-Karim dengan makna berjalan secara sungguh- sungguh. ﺍﻮﻌﺳﺎﹶﻓ ﻰﹶﻟِﺇ ِﺮﹾﻛِﺫ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ﹶﺫﻭ ﺍﻭﺭ ﻊﻴﺒﹾﻟﺍ Maka berjalanlah kamu menuju dzikrullah dan tinggalkan jual-beli QS. AL-Jumuah : 9 Juga bisa bermakna berjalan dengan bergegas-gegas, sebagaimana disebutkna di dalam ayat berikut ini : َﺀﺎﺟﻭ ﻦِﻣ ﻰﺼﹾﻗﹶﺃ ِﺔﻨﻳِﺪﻤﹾﻟﺍ ﹲﻞﺟﺭ ﻰﻌﺴﻳ ﻝﺎﹶﻗ ﺎﻳ ِﻡﻮﹶﻗ ﺍﻮﻌِﺒﺗﺍ ﲔِﻠﺳﺮﻤﹾﻟﺍ Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: Hai kaumku, ikutilah utusan- utusan itu”. QS. Yasin : 20 Namun makna yang terkait dengan ritual ibadah haji adalah masyaa yang artinya berjalan, karena antara makna bahasa dengan makna istilah dalam manasik haji nyaris tidak ada perbedaan.

2. Istilah

Secara istilah fiqih, ritual ibadah sa’i didefinisikan oleh para ulama sebagai : 161 ﻊﹾﻄﹶﻗ ِﺔﹶﻓﺎﺴﻤﹾﻟﺍ ِﺔﻨِﺋﺎﹶﻜﹾﻟﺍ ﻦﻴﺑ ﺎﹶﻔﺼﻟﺍ ﺮﻤﹾﻟﺍﻭ ِﺓﻭ ﻊﺒﺳ ٍﺕﺍﺮﻣ ﺎﺑﺎﻫﹶﺫ ﺎﺑﺎﻳِﺇﻭ ﺪﻌﺑ ٍﻑﺍﻮﹶﻃ ﻲِﻓ ِﻚﺴﻧ ﺞﺣ ﻭﹶﺃ ٍﺓﺮﻤﻋ Menempuh jarak yang terbentang antara Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali pulang pergi setelah melaksanakan ibadah tawaf, dalam rangka manasik haji atau umrah.

B. Masyru’iyah

Ibadah sa’i adalah ibadah yang disyariatkan di dalam kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Di dalam Al-Quran Al-Karim Allah SWT berfirman : ﱠﻥِﺇ ﺎﹶﻔﺼﻟﺍ ﹶﺓﻭﺮﻤﹾﻟﺍﻭ ﻦِﻣ ِﺮِﺋﺎﻌﺷ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ﻦﻤﹶﻓ ﺞﺣ ﺖﻴﺒﹾﻟﺍ ِﻭﹶﺃ ﺮﻤﺘﻋﺍ ﹶﻼﹶﻓ ﺡﺎﻨﺟ ﻴﹶﻠﻋ ِﻪ ﹾﻥﹶﺃ ﻑﻮﱠﻄﻳ ﺎﻤِﻬِﺑ Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syiar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui. QS. Al-Baqarah : 158 Selain itu juga ada hadits nabi SAW yang memerintahkan untuk melaksanakan ibadah sa’i dalam berhaji. ﱠﻥﹶﺃ ﻲِﺒﻨﻟﺍ  ﻰﻌﺳ ﻲِﻓ ِﻪﺠﺣ ﻦﻴﺑ ﺎﹶﻔﺼﻟﺍ ِﺓﻭﺮﻤﹾﻟﺍﻭ ﻝﺎﹶﻗﻭ : ﺍﻮﻌﺳﺍ ﱠﻥِﺈﹶﻓ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺐﺘﹶﻛ ﻢﹸﻜﻴﹶﻠﻋ ﻲﻌﺴﻟﺍ Bahwa Nabi SAW melakukan ibadah sa’i pada ibadah haji