Satu Kerikil Satu Lemparan Dengan Menggunakan Tangan

197 rinciannya. 1. Jumhur Ulama : Mabit di Mina Wajib Jumhur ulama dari kalangan mazhab Al-Malikiyah, Asy- Syafi’iyah dan Al-Hanabilah sepakat menyebutkan bahwa bermalam di Mina hukumnya bagian dari kewajiban haji. Apabila jamaah haji tidak bermalam di Mina selama malam- malam hari tasyrik, yaitu malam tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah, ada kewajiban untuk membayar dam. Namun secara lebih detailnya, para ulama ini sedikit berbeda pendapat

a. Mazhab Al-Malikiyah

54 Dalam pandangan Al-Malikiyah, malam yang wajib untuk jamaah haji bermalam di Mina hanya terbatas pada dua malam saja, yaitu malam tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah. Malam tanggal 13 Dzulhijjah tidak diwajibkan, karena jamaah haji boleh melakukan nafar awwal. Mazhab ini juga memberi keringanan kepada para penggembala kambing dan juga izin kepada paman beliau, Al-Abbas bin Abdil Muththalib radhiyallahuanhu untuk tidak bermalam di Mina namun bermalam di Mekkah, demi untuk melayani makan dan minum beliau SAW selama di Mina.

b. Mazhab Asy-Syafi’iyah

55 Mazhab ini juga mewajibkan jamaah haji bermalam di Mina pada malam-malam tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah saja, sedangkan malam tanggal 13 Dzulhijjah tidak diwajibkan bermalam, karena jamaah haji boleh melakukan nafar awal. Namun bermalam di Mina dalam mazhab ini harus terjadi semalam suntuk, maksudnya hingga terbit fajar. Sehingga ketentuannya agak sedikit berbeda dengan ketentuan mabit yang mereka bolehkan di Muzdalifah, yaitu 54 Asy-Syarhu Ash-Shaghir jilid 2 hal. 65 55 Mughni Al-Muhtaj jilid 1 hal. 505 198 bila telah lewat separuh malam, maka sudah boleh meninggalkan Muzdalifah. Mazhab Asy-Syafi’iyah juga memberikan keringanan kepada penggembala kambing dan kepada Al-Abbas bin Abdil Muththalib radhiyallahuanhu. c. Mazhab Al-Hanabilah 56 Mazhab Al-Hanabilah berpendapat bahwa bermalam di Mina hukumnya wajib, sebagaimana pendapat kedua mazhab lainnya. Namun perbedaan asasi antara pendapat dari mazhab Al-Hanabilah dengan pendapat dari kedua mazhab lainnya adalah bahwa jamaah haji yang tidak bermalam di Mina tidak perlu membayar dam. Dasarnya menurut mereka bahwa tidak ada dalil yang sharih dan tegas tentang kewajiban membayar dam bila seorang tidak bermalam di Mina. Selain juga karena Rasululah SAW membolehkan sebagian orang untuk tidak bermalam di Mina, misalnya penggembala kambing dan izin kepada Al-Abbas bin Abdil Muththalib radhiyallahuanhu.

2. Al-Hanafiyah : Mabit di Mina Sunnah

57 Sedangkan mazhab Al-Hanafiyah, sejak awal memang tidak menganggap bahwa bermalam di Mina itu hukum wajib, sehingga dalam pandangan mereka, apabila ada jamaah haji yang secara sadar dan sengaja tidak bermalam di Mina pada malam-malam tasyrik itu, tidak ada kewajiban untuk membayar dam. Dalilnya karena Rasullah SAW tidak mewajibkannya, bahkan membolehkan kepada Al-Abbas bin Abdil Muththalib radhiyallahuanhu yang bermalam di Mekkah untuk melayani makan dan minum beliau di Mina. Dan juga Rasulllah SAW membolehkan mereka yang 56 Al-Mughni jilid 3 hal. 449 57 Al-Lubab jilid 2 hal. 183