Mabit di Mina Pada Hari Tasyriq Al-Halq dan At-Taqshir

184 kebolehan menjama’ shalat itu semata-mata karena jamaah haji adalah musafir, bukan karena ritual ibadah haji itu sendiri. Disunnahkan untuk mengumandangkan adzan sebelum shalat Maghrib, sedangkan untuk shalat Isya’nya tidak perlu adzan lagi, kecuali hanya iqamah, baik sebelum shalat Isya’ atau pun shalat Maghrib, sesuai dengan hadits berikut ini : ﻦﻋ ٍﺮِﺑﺎﺟ ﻲِﺿﺭ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻪﻨﻋ : ﱠﻥﹶﺃ ﻲِﺒﻨﻟﺍ  ﻰﺗﹶﺃ ﹶﺔﹶﻔِﻟﺩﺰﻤﹾﻟﺍ ﻰﱠﻠﺼﹶﻓ ﺎﻬِﺑ ﺏِﺮﻐﻤﹾﻟﺍ َﺀﺎﺸِﻌﹾﻟﺍﻭ ٍﻥﺍﹶﺫﹶﺄِﺑ ٍﺪِﺣﺍﻭ ِﻦﻴﺘﻣﺎﹶﻗِﺇﻭ ﻢﹶﻟﻭ ﺢﺒﺴﻳ ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ ﺎﹰﺌﻴﺷ ﻢﹸﺛ ﻊﺠﹶﻄﺿﺍ ﻰﺘﺣ ﻊﹶﻠﹶﻃ ﺮﺠﹶﻔﹾﻟﺍ ﻰﱠﻠﺻﻭ ﺮﺠﹶﻔﹾﻟﺍ ﻦﻴﺣ ﺗ ﻦﻴﺒ ﻪﹶﻟ ﺢﺒﺼﻟﺍ ٍﻥﺍﹶﺫﹶﺄِﺑ ٍﺔﻣﺎﹶﻗِﺇﻭ Dari Jabir radhiyallahuanhu bahwa Nabi SAW tiba di Muzdalifah, kemudian beliau shalat Maghrib dan Isya’ dengan satu adzan dan dua iqamah, tanpa bertasbih di antara keduanya. Kemudian beliau berbaring hingga terbit fajar dan shalat fajar shubuh ketika sudah jelas datang waktu shubuh dengan satu adzan dan dua iqamah. HR. Muslim

6. Wukuf di Masy’aril Haram

Para ulama menyunnahkan buat jamaah haji untuk berada di Masy’aril Haram pada saat shalat Shubuh hingga terbit matahari. Dasarnya adalah firman Allah SWT di dalam Al-Quran Al-Kariem : ﺍﹶﺫِﺈﹶﻓ ﻢﺘﻀﹶﻓﹶﺃ ﻦِﻣ ٍﺕﺎﹶﻓﺮﻋ ﺍﻭﺮﹸﻛﹾﺫﺎﹶﻓ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺪﻨِﻋ ِﺮﻌﺸﻤﹾﻟﺍ ِﻡﺍﺮﺤﹾﻟﺍ ﻩﻭﺮﹸﻛﹾﺫﺍﻭ ﺎﻤﹶﻛ ﻢﹸﻛﺍﺪﻫ ﹾﻥِﺇﻭ ﻢﺘﻨﹸﻛ ﻦِﻣ ِﻪِﻠﺒﹶﻗ ﻦِﻤﹶﻟ ﲔﱢﻟﺎﻀﻟﺍ ﻢﹸﺛ ﺍﻮﻀﻴِﻓﹶﺃ 185 ﻦِﻣ ﹸﺚﻴﺣ ﺽﺎﹶﻓﹶﺃ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺍﻭﺮِﻔﻐﺘﺳﺍﻭ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﱠﻥِﺇ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺭﻮﹸﻔﹶﻏ ﺭ ﻢﻴِﺣ Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masyarilharam. Dan berdzikirlah dengan menyebut Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak Arafah dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. AL-Baqarah : 198 Dan dasar yang lainnya adalah apa yang dilakukan Nabi SAW ketika haji di dalam hadits Muslim di atas, yang sebenarnya merupakan sambungan. ﻢﹸﺛ ﺐِﻛﺭ ﻰﺘﺣ ﻰﺗﹶﺃ ﺮﻌﺸﻤﹾﻟﺍ ﻡﺍﺮﺤﹾﻟﺍ ﻞﺒﹾﻘﺘﺳﺎﹶﻓ ﹶﺔﹶﻠﺒِﻘﹾﻟﺍ ﺎﻋﺪﹶﻓ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻰﹶﻟﺎﻌﺗ ﻩﺮﺒﹶﻛﻭ ﻪﹶﻠﱠﻠﻫﻭ ﻢﹶﻠﹶﻓ ﻝﺰﻳ ﺎﹰﻔِﻗﺍﻭ ﻰﺘﺣ ﺮﹶﻔﺳﹶﺃ ﺍﺪِﺟ ﻊﹶﻓﺪﹶﻓ ﻞﺒﹶﻗ ﹾﻥﹶﺃ ﻊﹸﻠﹾﻄﺗ ﺲﻤﺸﻟﺍ Kemudian beliau naik unta hingga tiba di masy’aril haram, menghadap kiblat dan berdoa kepada Allah SWT lalu bertakbir dan mengucapkan labbaika. Beliau seperti itu sambil berdiri hingga pagi menguning dan bergerak sebelum matahari terbit. HR. Muslim Namun jumhur ulama sepakat bahwa ritual ini tidak menjadi kewajiban haji, hanya menjadi sunnah yang dianjurkan saja. Sehingga apabila ada jamaah haji yang tidak mampu untuk melakukannya, tentu tidak akan merusak ibadah hajinya. Dan tidak ada kewajiban untuk membayar dam karena hal ini. Sebab meski Rasulullah SAW memang melaksanakan yang demikian itu, namun ada juga para shahabat yang tidak bisa mengerjakannya. Namun beliau SAW tidak mengatakan