Penilaian risiko KONSELING DAN TES HIV KTS dan KTIPK

69 Kebijakan untuk mewajibkan pasien TB melakukan tes HIV bahkan walaupun hal ini adalah legal bisa menjadi kontraproduktif. Tipe kebijakan seperti ini akan menimbulkan hasil sebagai berikut: a. pasien akan dihalangi dalam mencari pengobatan. b. akan terjadi penurunan penemuan kasus baru pada kelompok berisiko. c. turunnya kredibilitas dari pelayanan kesehatan. Infeksi HIV biasanya didiagnosis melalui deteksi dari antibodi terhadap virus. Produksi dari antibodi biasanya dimulai 6 - 12 minggu setelah infeksi. Periode setelah infeksi tetapi antibodi masih belum terdeteksi dikenal dengan istilah window period. Diagnosis dari infeksi HIV juga dimungkinkan dengan mendeteksi virus p24 antigen, berbasis tes nucleic-acid atau pembiakan namun alat ini belum tersedia luas dan cukup mahal. Strategi pemeriksaan antibody ataupun virus HIV secara lengkap terdapat dalam buku Pedoman Tes HIV.

a. Tes antibodi HIV

Cara luas yang tersedia dalam mendeteksi individu terinfeksi HIV adalah dengan deteksi antibodi HIV dengan serum atau contoh plasma. Tabel di bawah menunjukkan dua metode utama dari tes antibodi HIV. Tes serogikal tersedia untuk kedua HIV-1 dan HIV-2. Tes diagnosis HIV sangat bisa diandalkan, sangat sensitif dan spesiik. Kinerja dengan kualitas yang tinggi dari tes oleh staf laboratorium adalah hal yang penting. Tabel 11. Keuntungan dan kerugian dari tes antibodi HIV Metode tes HIV Keuntungan Kerugian EIA secara resmi lebih dikenal dengan ELISA Lebih murah dari pada immunoblot • Jumlah sera yang lebih banyak dapat di • tes setiap hari Sensitif dan spesiik • Dibutuhkan peralatan • laboratorium khusus Staf teknis yang • mempunyai kemampuan khusus skill Power • pasokan yang harus selalu tersedia Keseluruhan kotak 90-100 • contoh harus digunakan Sederhana rapid misalnya rapid immunobinding assay Sederhana cepat • Lebih murah dibandingkan • immunoblot Tidak dibutuhkan peralatan khusus • Dipasok sebagai penggunaan sendiri • sehingga spesimen individu bisa di tes 70

b. Tes untuk mendeteksi virus HIV

Tes pertama yang bisa mendeteksi sirkulasi bebas dari partikel HIV adalah antigen HIV p24 EIAs. Ukuran kuantitatif dari plasma HIV RNA viral load sekarang telah menggantikan tes EIAs ini. Pengukuran viral load saat ini merupakan hal yang standar pada negara maju untuk pentahapan dan monitoring merespons terapi antiretroviral. Bagaimanapun, beberapa faktor membatasi kegunaan dari metode ini pada negara-negara berkembang berupa mahalnya peralatan yang dibutuhkan dan diperlukan kondisi laboratorium, pengawasan kualitas dan staf yang sangat terlatih.

c. Strategi untuk tes antibodi HIV pada pasien

WHO merekomendasikan beberapa strategi tes HIV tergantung pada tujuan tes. Tujuan dari rekomendasi adalah akurasi dan minimalisasi biaya. Tabel di bawah menunjukkan strategi yang diperlukan untuk setiap obyektiitas dari tes. Tabel 12. Obyektiitas, strategi dan intrepretasi dari pemeriksaan HIV Obyektiitas Strategi tes Intrepretasi hasil Manajemen pasien individu Tes sampel dengan menggunakan EIA atau dengan tes sederhanacepat Tes pertama negatif = pasien HIV negatif atau tes harus diulang Tes pertama positif + tes kedua positif = pasien HIV positif Tes pertama positif dan tes kedua negatif – ulangi kedua tes Hasil tetap terjadi perbedaan – ulangi pengambilan sampel dan ulangi tes Surveilans pada populasi dengan prevalensi HIV 10 Tes sampel dengan menggunakan EIA atau dengan tes sederhanacepat Tes negatif = pasien HIV negatif Tes positif = pasien HIV positif

d. Pemeriksaan Laboratoris Untuk Tes HIV

Prosedur pemeriksaan laboratorium untuk HIV sesuai dengan panduan nasional yang berlaku pada saat ini, yaitu dengan menggunakan strategi 3 dan selalu didahului dengan konseling pra tes atau informasi singkat. Ketiga tes tersebut dapat menggunakan reagen tes cepat atau dengan ELISA. Untuk pemeriksaan pertama A1 harus digunakan tes dengan sensitiitas yang tinggi 99 sedangkan untuk pemeriksaan selanjutnya A2 dan A3 menggunakan tes dengan spesiisitas tinggi 99.