72
Tabel 13. Interpretasi dan tindak lanjut hasil tes A1 Hasil
Interpretasi Tindak Lanjut
A1 - atau
A1 - A2 - A3 - Non-reaktif
Bila yakin tidak ada faktor risiko dan atau •
perilaku berisiko dilakukan LEBIH DARI tiga bulan sebelumnya maka pasien
diberi konseling cara menjaga tetap negatif.
Bila belum yakin ada tidaknya faktor •
risiko dan atau perilaku berisiko dilakukan DALAM tiga bulan terakhir
maka dianjurkan untuk TES ULANG dalam 1 bulan.
A1 + A2 - A3 - Atau
A1 + A2 - A3 - Indeterminate
Ulang tes dalam 1 bulan. Konseling cara menjaga agar tetap negatif
ke depannya.
A1 + A2 + A3 - Atau
A1 + A2 - A3 - Indeterminate
Ulang tes dalam 1 bulan.
A1 + A2 + A3 + Reaktif atau
Positif Lakukan konseling hasil tes positif dan
rujuk untuk mendapatkan paket layanan PDP.
5. Konseling Pasca Tes
Konseling pasca tes membantu klien memahami dan menyesuaikan diri dengan hasil tes. Isi dari konseling paska tes tergantung dari hasil pemeriksaan HIV. Tujuannya adalah untuk mendiskusikan
hasil, berbagi informasi, menyediakan dukungan dan mendorong untuk perilaku seks yang aman di masa yang akan datang. Selalu pastikan kerahasiaan. Beritahu hasil secara terbuka dan dengan cara
yang simpatik. Ketika seseorang mendapat hasil tes HIV reaktif, reaksi yang umum pada beberapa waktu yang berbeda bisa termasuk syok, marah, merasa bersalah dan depresi. Seseorang akan
membutuhkan dukungan secara terus menerus.
Konselor melakukan :
a. Penjelasan hasil tes. b. Pembacaan hasil tes.
c. Pemberian informasi selanjutnya.
73
d. Rujukan klien ke fasilitas layanan lain jika diperlukan. e. Diskusi strategi untuk menurunkan penularan HIV.
Kunci utama dalam menyampaikan hasil tes:
a. Periksa ulang seluruh hasil tes klien dalam data kliencatatan medik. Lakukan hal ini sebelum bertemu klien untuk memastikan kebenarannya.
b. Sampaikan hasil hanya kepada klien secara tatap muka di ruang konseling. c. Seorang konselor tidak diperkenankan memberikan hasil pada siapapun di luar layanan kesehatan
yang dibutuhkan klien tanpa seijin klien. d. Hasil tes tertulis tidak diberikan kepada klienpasien. Jika klien memerlukan dapat diberikan
salinannya dan dikeluarkan dengan tandatangan dokter.
Bentuk dari konseling pasca tes tergantung dari hasil tes:
a. Jika hasil tes antibodi HIV reaktif, konselor harus berusaha untuk menyampaikan hasil sedemikian rupa sehingga klien memahami arti hasil tes. Selanjutnya memberikan dukungan emosional dan
membimbing klien untuk mengembangkan strategi-strategi mengatasi masalah. b. Jika hasil tes non reaktif, konseling tetap diperlukan untuk menekankan dan menjelaskan
beberapa isu penting. Konselor dapat membimbing klien untuk membangun strategi berikutnya agar tes HIV dipertahankan tetap negatif.
c. Jika klien kemungkinan berada dalam periode jendela, klien perlu diberi tahu tentang kebutuhan untuk mengikuti tes ulang pada tanggal dan bulan tertentu.
Dasar keberhasilan konseling pasca tes dibangun pada saat konseling pra tes. Bila konseling pra tes berjalan baik maka dapat terbina hubungan baik antara konselor-klien. Dasar hubungan ini
akan mempermudah untuk terjadinya perubahan perilaku di masa datang dan memungkinkan pendalaman akan masalah klien. Sangatlah diharapkan, konselor yang memberikan konseling pra tes
dan konseling pasca tes adalah orang yang sama.
74
BAB VI
PENGOBATAN KO-INFEKSI TB-HIV
A. PRINSIP PENGOBATAN
Kategori pengobatan TB tidak dipengaruhi oleh status HIV pada pasien TB tetapi mengikuti Buku Pedoman Nasional Program Pengendalian TB BPN PPTB. Pada
prinsipnya pengobatan TB pada pasien ko-infeksi TB HIV harus diberikan segera sedangkan pengobatan ARV dimulai setelah pengobatan TB dapat ditoleransi
dengan baik, dianjurkan diberikan paling cepat 2 minggu dan paling lambat 8 minggu.
1. Pengobatan TB pada ODHA yang belum dalam pengobatan ARV Bila pasien belum dalam pengobatan ARV, pengobatan TB dapat segera
dimulai. Jika pasien dalam pengobatan TB maka teruskan pengobatan TB-nya sampai dapat ditoleransi dan setelah itu diberi pengobatan ARV. Keputusan
untuk memulai pengobatan ARV pada pasien dengan pengobatan TB sebaiknya dilakukan oleh dokter yang telah mendapat pelatihan tatalaksana
pasien TB-HIV.
2. Pengobatan TB pada ODHA sedang dalam pengobatan ARV Bila pasien sedang dalam pengobatan ARV, sebaiknya pengobatan TB
dimulai minimal di RS yang petugasnya telah dilatih TB-HIV, untuk diatur rencana pengobatan TB bersama dengan pengobatan ARV pengobatan
ko-infeksi TB-HIV. Hal ini penting karena ada banyak kemungkinan masalah yang harus dipertimbangkan, antara lain: interaksi obat Rifampisin dengan
beberapa jenis obat ARV, gagal pengobatan ARV, IRIS atau perlu substitusi obat ARV.