TB Formulir Pencatatan dan Pelaporan di Fasyankes

122 Formulir skrining gejala dan tanda TB • Adalah formulir yang digunakan untuk menilai gejala dan tanda TB pada ODHA di layanan PDP. Formulir Penilaian faktor risiko HIV • Adalah formulir yang digunakan untuk menilai faktor risiko HIV pada pasien TB di layanan DOTS. Buku bantu kolaborasi TB-HIV • Adalah buku yang digunakan untuk mencatat hasil pemeriksaan dan pengobatan TB pada ODHA di layanan PDP. Buku bantu ini berisi data yang digunakan untuk membantu pengisian laporan dalam rangka kegiatan kolaborasi TB-HIV di bagian HIV. Untuk memudahkan proses pembuatan laporan pencapaian kegiatan kolaborasi TB-HIV di bagian HIV sudah disediakan dalam bentuk elektronik beserta petunjuk penggunaannya. Laporan triwulan pencapaian kegiatan kolaborasi TB-HIV • Adalah laporan berisikan variabel yang berkaitan dengan capaian kegiatan kolaborasi TB-HIV dalam rangka menurunkan beban TB pada ODHA dan beban HIV pada TB.

B. MEKANISME PENCATATAN DAN PELAPORAN PASIEN TB-HIV

1. Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan TB-HIV di Fasyankes a. Model layanan Terintegrasi

Pada model ini, layanan TB dan HIV terpadu dalam satu unit di satu Fasyankes. 1 Pasien ODHA Semua ODHA dinilai apakah menunjukkan gejala dan tanda TB dengan menggunakan formulir 9 skrining gejala dan tanda TB. Hasilnya dicatat di kolom status TB pada Iktisar Perawatan HIV dan ART follow-up. Mereka yang menunjukkan gejala dan tanda TB dicatat di buku daftar suspek TB TB.06 untuk 9 kemudian dilakukan penegakan diagnosis TB pemeriksaan mikroskopis dahak, dll. Jika hasil pemeriksaan positif TB, pengobatan diberikan di unit layanan terintegrasi ini dengan 9 menggunakan OAT sesuai dengan program TB dan dicatat di kartu pengobatan pasien TB TB.01, TB03 UPK serta di Iktisar Perawatan HIV dan ART. Bila bukan TB, petugas tetap melakukan skrining gejala dan tanda TB secara berkala pada 9 setiap kunjungan. Pengobatan ART dan 9 follow up pasien juga diberikan di unit ini dan dicatat di Iktisar Perawatan HIV dan ART follow-up. 2 Pasien TB Semua pasien TB dinilai apakah memiliki faktor risiko HIV tinggal di daerah dengan epidemi 9 HIV meluas, mempunyai perilaku berisiko, mempunyai gejala klinis terkait HIV dengan 123 menggunakan formulir penilaian faktor risiko HIV. Pasien TB yang memiliki faktor risiko ditawarkan KT HIV oleh petugas. Jika pasien tidak menolak, petugas memberikan informasi mengenai HIV atau melakukan pra-test HIV kemudian mengisiformulir KTSKTIPK dan TB.01 di bagian layanan KT HIV sukarela pada kolom tanggal dianjurkan dan tanggal pra-tes konseling. Sebelum merujuk ke laboratorium untuk pemeriksaan HIV, petugas mengisi formulir rujukan 9 ke laboratorium. Setelah mendapatkan hasil tes HIV pasien TB, petugas mengisi hasil tes HIV di formulir KTIPK 9 KTS dan TB.01 di kolom tempat tes, tanggal tes, hasil tes serta tanggal pasca tes konseling. Jika hasil tes HIV positif, petugas mulai mengisi di iktisar perawatan HIV dan ART kemudian 9 diisikan ke register pra-ART. Petugas melakukan tatalaksana TB dan HIV sesuai dengan pedoman. Pasien dengan hasil tes HIV negatif dipantau terus faktor risiko HIV. Dengan mengingat 9 terdapatnya window period, pertimbangkan untuk konseling dan tes HIV ulang. Petugas melakukan tatalaksana TB sesuai dengan pedoman.

b. Model Layanan Paralel

Pada model ini,layanan TB dan layanan HIV berdiri sendiri-sendiri di Fasyankes yang sama atau berbeda. Masing-masing layanan melaksanakan kolaborasi melalui sistem rujukan yang disepakati. 1 Pasien TB di Unit DOTS Semua pasien TB di Unit DOTS dinilai apakah menunjukkan faktor risiko HIV tinggal di daerah 9 dengan epidemi HIV meluas, mempunyai perilaku berisiko, mempunyai gejala klinis terkait HIV dengan menggunakan formulir penilaian faktor risiko HIV. Pasien TB yang menunjukkan faktor risiko ditawarkan KT HIV oleh petugas TB atau dirujuk ke layanan KT HIV mengunakan formulir rujukan kolaborasi TB-HIV. Jika pasien TB dirujuk ke KT HIV maka KT HIV harus