Manajemen Efek Samping Pengobatan OAT MDR dan ART

106 Gejala dan Tanda Penatalaksanaan Ikterus Hentikan sementara semua pengobatan dan lakukan pemeriksaan • fungsi hati SGOT, SGPT, Bilirubin. Ikterus bisa disebabkan oleh EFV, NVP, Pirasinamid dan etionamid. • Obat lain juga bisa menimbulkan gangguan pada hati tetapi kemungkinannya tidak sebesar 4 obat di atas. Singkirkan terlebih dahulu penyebab yang lain. Ikuti panduan mengenai bagaimana memulai kembali pengobatan • setelah masalah terkendali. Anemia Anemia mungkin disebabkan oleh IO yang tidak terdiagnosis, • kurangnya asupan nutrisi maupun efek dari pengobatan. Lakukan pemeriksaan Hb sesuai dengan jadual pemeriksaan atau • pada saat pasien tampak pucat dan anemia. AZT bisa menimbulkan anemia, biasanya terjadi pada enam minggu • pertama pengobatan. Bila Hb 8gdl maka ganti AZT dengan d4T TDF. Neuropati perifer Bisa disebabkan oleh ART ddI, d4T dan OAT sikloserin dan obat • injeksi. ART yang paling sering menimbulkan neuropati perifer adalah d4T, • ganti dengan AZT. Pemberian amitriptilin 25 mg pada malam hari akan sangat • membantu bagi pasien yang keluhannya tidak berkurang setelah penggantian ART. Bila penyebabnya adalah OAT maka tingkatkan dosis vitamin B6 yang • diberikan menjadi 200 mghari sampai gejala hilang. Kejang otot Kemungkinan disebabkan oleh electrolyte wasting terutama kalium. • Cek kadar kalium segera. Penggantian kalium dengan pemberian makanan kaya kalium • seperti pisang ambon atau pemberian suplemen kalium. 107 Gejala dan Tanda Penatalaksanaan Nyeri kepala Berikan parasetamol. • Lakukan assessment mengenai kemungkinan meningitis. • Bila pasien mendapatkan AZT EFV yakinkan kembali bahwa hal • tersebut adalah efek samping yang biasa dan biasanya akan sembuh dengan sendirinya. Bila disebabkan oleh sikloserin biasanya kronik. • Gangguan ginjal gagal ginjal, edema, retensi urin, hipertensi Lakukan pemeriksaan ureum, kreatinin. • Lakukan penatalaksanaan bersama dengan ahli nefrologi. • Bila berat pengobatan yang bersifat nefrotoksik seperti obat-obat • injeksi, kuinolon dan TDF dihentikan sementara. Pengobatan dimulai sesuai dengan kondisi ginjal pasien, dilakukan • dengan pengaturan dosis dan frekuensi pemberian. Demam Bisa disebabkan penyakit lain yang umum, IO, IRIS dan efek samping • obat. Bila terjadi setelah pasien menjalani terapi ART kemungkinan terjadi • IRIS. Berikan parasetamol, hindari dosis yang berlebihan. • Berikan cairan untuk menghindari dehidrasi. • 108 BAB VII PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI DAN KEWASPADAAN STANDAR DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN Kewaspadaan standar merupakan salah satu upaya dalam mengendalikan infeksi di Fasyankes terutama terkait penyakit TB, HIV dan infeksi nosokomial. Pencegahan Pengendalian infeksi TB perlu diperhatikan karena TB merupakan IO terbanyak pada ODHA. Selain itu usaha pengendalian IO juga penting karena dapat memberikan perlindungan kepada pasien lain dan petugas kesehatan di Fasyankes. Infeksi Nosokomial dapat menyebar dari pasien kepada petugas, pasien lain, pengunjung atau sebaliknya, melalui kontak langsung atau tidak langsung baik melalui udara maupun dari bahan yang sudah terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya. Strategi pencegahan infeksi HIV menitikberatkan pada upaya pencegahan infeksi melalui darah dan cairan tubuh Blood and Body Fluid Precautions tanpa memandang status infeksi pasien. Strategi tersebut juga menekankan pada pengelolaan limbah yang tepat termasuk limbah tajam. Sementara strategi pengendalian infeksi TB ditekankan pada pencegahan infeksi melalui udara. Kedua strategi ini merupakan bagian dari strategi pengendalian infeksi secara umum. Keberhasilan pencegahan pengendalian infeksi di Fasyankes sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan perilaku petugas kesehatan sehingga dalam upaya pencegahan penularan perlu ditekankan untuk merubah perilaku petugas dalam memberikan pelayanan. Untuk informasi yang lebih lengkap, dapat merujuk ke pedoman pengendalian infeksi TB dan kewaspadaan standar yang sudah ada. 109

A. PENULARAN HIV DI FASYANKES

Petugas kesehatan dalam melayani pasien TB dengan HIV dapat terpajan HIV. Beberapa hal yang dapat menyebabkan petugas TB tertular HIV di Fasyankes yaitu melalui perlukaan di kulit, tusukan jarum dan alat tajam lainnya yang telah tercemar dengan darah atau cairan tubuh terinfeksi HIV, percikan darah atau cairan tubuh terinfeksi HIV yang mengenai selaput mukosa, mulut, hidung atau mata. Pasien TB juga berisiko tertular HIV di Fasyankes melalui alat kesehatan yang tercemar yang dipakai ulang tanpa didisinfeksi atau disterilisasi, melalui tranfusi darah, cangkok kulit, cangkok organ dan kontak dengan darahcairan tubuh lainnya yang terinfeksi HIV.

B. PENULARAN TB DI FASYANKES

Penularan TB di Fasyankes dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: Konsentrasi • droplet infeksius di udara yang dikeluarkan oleh pasien TB Paru dan ventilasi udara di area pajanan yang tidak sesuai standar PPI. Lamanya • pajanan dengan droplet infeksius. Seorang pasien TB paru lebih mungkin menularkan TB tergantung pada keadaan di bawah ini: Lokasi penyakitnya di paru, saluran napas atau laring. • Dahak mengandung kuman TB. • Ada kavitas pada paru. • Tidak menutup mulut dan hidung pada waktu batuk atau bersin. • Petugas kesehatan dapat juga berperan pada penularan TB apabila: Terlambat mendiagnosis dan memulai pengobatan pada pasien TB. • Tidak memberikan paduan OAT yang standar. • Tidak memperhatikan standar prosedur pengamanan perorangan ketika melakukan pemeriksaan • pasien TB misalnya bronkoskopi atau induksi sputum. Faktor sarana dan lingkungan yang dapat meningkatkan penularan, adalah: Paparan terjadi di ruangan yang relatif kecil dan tertutup. • Kurangnya ventilasi untuk mengalirkan udara. • Laboratorium yang tidak memenuhi syarat misalnya tidak tersedia air mengalir, kurangnya cahaya • matahari yang masuk, dll. 110

C. PRINSIP KEWASPADAAN STANDAR DAN PENGENDALIAN INFEKSI TB DI FASYANKES

1. Prinsip utama Prosedur Kewaspadaan Standar di Fasyankes

Prinsip utama Prosedur Kewaspadaan standar pelayanan kesehatan adalah menjaga kebersihan individu, kebersihan ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 lima kegiatan pokok yaitu: a. Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir. b. Pemakaian alat pelindung misal: pemakaian sarung tangan. c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai. d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan. e. Pengelolaan limbah dan kebersihan ruangan. Fasyankes yang memiliki sumber daya terbatas harus lebih menitikberatkan pada upaya perbaikan sarana cuci tangan dengan deterjen cair dan lap kertas.

2. Prinsip PPI TB di Fasyankes

Prinsip pengendalian infeksi TB terdiri dari 4 pilar, yaitu: Dukungan Manajerial • Komitmen, kepemimpinan dan dukungan manajemen yang efektif dalam kegiatan PPI TB Fasyankes berupa pembuatan rencana kerja, SOP, pelaksanaan sosialisasi, surveilans dan monitoring evaluasi. Pengendalian Administratif • Perilaku kerja yang baik dan penerapan kebijakan yang efektif dengan tujuan mengurangi droplet nuclei di udara berupa pemisahan kasus potensi infeksius, etika batuk dan mempersingkat waktu pasien di Fasyankes. Pengendalian Lingkungan • Upaya pengendalian lingkungan dengan mengutamakan pengaturan ventilasi dan pengkondisian udara yang menyalurkan droplet nuclei kearah udara terbuka yang bebas dari lalu lintas orang. Penggunaan Perlindungan Diri • Perlindungan diri bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan yang harus bekerja di lingkungan dengan kontaminasi droplet nuclei di udara yang tidak dapat dihilangkan seluruhnya dengan pengendalian administrasi dan lingkungan. Dari keempat pilar PPI TB di atas, upaya pengendalian administratif yang di dalamnya termasuk 111 perilaku kerja merupakan prioritas pertama dalam implementasi PPI TB karena mempunyai dampak yang paling besar dalam pencegahan penularan TB di Fasyankes dan tidak tergantung dengan sarana yang ada. Upaya ini dapat mencegah terjadinya penyebaran droplet infeksius sehingga dapat menurunkan pajanan kuman TB pada pasien dan petugas. Namun demikian, jika dengan upaya pengendalian administratif tidak mungkin untuk menghilangkan semua pajanan maka upaya pengendalian lingkungan harus dilakukan untuk menurunkan konsentrasi droplet infeksius dalam ruang pelayanan. Upaya pengendalian lingkungan adalah memaksimalkan ventilasi alami dan mengaturmengendalikan arah angin. Meskipun beberapa upaya pengendalian lingkungan ini memerlukan sumber daya tetapi sebagian upaya dapat dilaksanakan di Fasyankes dengan sarana terbatas, misalnya membuka jendela untuk meningkatkan ventilasi alami dan penggunaan kipas angin untuk mengendalikan arah angin.

D. UPAYA MENURUNKAN RISIKO PENULARAN HIV DAN TB DI FASYANKES

Untuk menurunkan risiko penularan di Fasyankes, semua petugas kesehatan harus selalu waspada serta menerapkan perilaku dan upaya yang dapat menurunkan risiko tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan:

1. Perilaku dan upaya menurunkan risiko penularan HIV

Risiko terbesar petugas TB tertular HIV adalah saat mengambil darah untuk tes HIV. Untuk menguranginya dilakukan upaya kewaspadaan universal berupa: a. Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah mengambil darah. b. Menggunakan sarung tangan bersih yang sekali pakai disposable. Bekas sarung tangan dibuang ke tempat sampah infeksius. c. Saat penggunaan jarum untuk pengambilan darah, petugas jangan sampai melukai dirinya. Jarum dan alat tajam yang telah dipakai dibuang ke dalam wadah tahan tusukan tanpa menutupnya kembali atau jika harus ditutup kembali gunakan metode satu tangan. d. Jika terjadi tumpahanpercikan darah di meja atau lantai bersihkan dengan tisu kemudian tuang atau semprotkan bekas tumpahan tersebut dengan hipoklorit 0,5, diamkan selama 10 menit kemudian bilas dengan lap basah. e. Limbah infeksius jarum dan sarung tangan bekas pakai dimusnahkan dengan cara dimasukkan ke dalam insinerator. Jika tidak ada fasilitas insinerator, limbah dikumpulkan pada wadah tahan tusukan dan dikirim ke tempat yang memiliki fasilitas insinerator.

2. Perilaku dan upaya menurunkan risiko penularan TB

Seperti dijelaskan di atas bahwa upaya penurunan risiko penularan TB ada 4 pilar yaitu dukungan