PENGOBATAN PENCEGAHAN KOTRIMOKSASOL PPK

81 Desensitisasi Kotrimoksasol Dalam keadaan terjadi reaksi hipersensitivitas terhadap Kotrimoksasol dan kemudian akan memulai lagi maka perlu dilakukan desensitisasi obat. Angka keberhasilan desensitisasi kotrimoksasol cukup tinggi yaitu 70 ODHA yang pernah mengalami reaksi alergi yang ringan hingga sedang. Desensitisasi jangan dicobakan pada ODHA dengan riwayat mengalami reaksi alergi yang berat derajat hipersensitivitas 3 atau 4, berarti ODHA tidak memperoleh terapi proilaksis. Untuk itu perlu pengawasan ketat sebelum timbul infeksi oportunistik terkait dan mulai pemberian ARV untuk mencegah pasien masuk dalam fase lanjut. Tabel 17. Protokol desensitisasi kotrimoksasol Langkah Dosis Hari 1 80 mg SMX + 16 mg TMP 2 ml sirup Hari 2 160 mg SMX + 32 mg TMP 4 ml sirup Hari 3 240 mg SMX + 48 mg TMP 6 ml sirup Hari 4 320 mg SMX + 64 mg TMP 8 ml sirup Hari 5 1 tablet dewasa SMX - TMP 400 mg SMX + 80 mg TMP Hari 6 2 tablet dewasa SMX - TMP atau 1 tablet forte 800 mg SMX + 160 mg TMP Keterangan: Setiap 5 ml sirup Kotrimoksasol mengandung 200 mg SMX + 40 mg TMP Selain protokol desensitisasi tersebut, terdapat desensitisasi cepat kotrimoksasol yang dapat dilakukan dalam waktu 5 jam dilakukan pada pasien rawat jalan dengan protokol sebagai berikut: Tabel 18. Protokol desensitisasi cepat kotrimoksasol. Waktu jam Dosis TMPSMX Dilusi Pengenceran 0,0040,02mg 1:10.000 5mL 1 0,040,2mg 1:1.000 5 mL 2 0,42mg 1:100 5mL 3 420mg 1:10 5 mL 4 40200mg Tidak diencerkan 5mL 5 160800mg 1 tablet forte 82

C. EFEK SAMPING DAN INTERAKSI OBAT OAT DAN ARV

1. Mengenal dan Menangani Efek Samping OAT

Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan TB tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh karena itu, pemantuan kemungkinan terjadinya efek- samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Petugas kesehatan dapat mengenal efek samping obat melalui: Penjelasan kepada pasien gejala efek samping sehingga pasien dapat segera melapor bila terjadi • efek samping OAT. Melihat dan menanyakan terdapatnya tanda dan gejala efek samping pada waktu pasien • mengambil OAT.

2. Efek samping OAT Efek samping ringan

• yaitu efek samping yang menyebabkan perasaan tidak nyaman. Gejala ini sering dapat ditanggulangi dengan obat simptomatik atau obat sederhana tetapi kadang menetap untuk beberapa waktu selama pengobatan. Dalam hal ini, pemberian OAT diteruskan. Efek samping berat • yaitu efek samping yang dapat mengancam jiwa pasien sampai fatal. Pada pasien dengan efek samping berat, pemberian OAT harus dihentikan. Tabel di bawah ini menjelaskan tatalaksana efek samping dengan pendekatan gejala untuk pasien TB yang tidak dalam pengobatan ARV. Tabel 19. Tatalaksana efek samping ringan untuk pasien TB yang tidak dalam pengobatan ARV Efek Samping Penyebab Penanganan Tidak ada nafsu makan, mual, sakit perut INH, Rifampisin Obat diminum malam sebelum tidur, atau sesudah makan Nyeri sendi Pirasinamid Beri aspirin atau parasetamol Kesemutan sampai rasa terbakar di kaki INH Beri vitamin B6 piridoksin 100mg per hari Warna kemerahan pada air seni urine Rifampisin Jelaskan ke pasien bahwa itu tidak berbahaya hanya warna dari obat. 83 Tabel 20. Tatalaksana efek samping berat untuk pasien TB yang tidak dalam pengobatan ARV Efek Samping Penyebab Penanganan Gatal dan kemerahan kulit Semua jenis OAT Ikuti petunjuk penatalaksanaan di bawah Tuligangguan pendengaran, Gangguan keseimbangan Streptomisin Hentikan streptomisin Ikterus tanpa penyebab lain Hampir semua OAT Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang Muntah berulang permulaan ikterus karena obat Hampir semua obat Hentikan semua OAT, segera lakukan tes fungsi hati Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan Etambutol Purpura dan renjatan syok Rifampisin Hentikan Rifampisin Catatan: Penatalaksanaan pasien dengan efek samping “gatal dan kemerahan kulit”: Jika seorang pasien dalam pengobatan OAT mulai mengeluh gatal singkirkan dulu kemungkinan penyebab lain. Berikan antihistamin sambil meneruskan OAT dengan pengawasan ketat. Gatal tersebut pada sebagian pasien hilang namun pada sebagian pasien terjadi kemerahan kulit. Bila terjadi keadaan seperti ini maka hentikan semua OAT dan tunggu sampai kemerahan kulit hilang. Jika gejala efek samping ini bertambah berat maka pasien perlu dirujuk Muntah berulang harus segara dirujuk ke RS spesialistik. Muntah dengan gangguan kesadaran merupakan masalah serius karena itu adalah tanda dari gagal hati liver failure. Di Fasyankes rujukan RS spesialistik penanganan pasien efek samping obat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Bila jenis obat penyebab efek samping itu belum diketahui maka pemberian kembali OAT harus • dengan cara drug challenging yaitu dengan menggunakan obat lepas. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan obat yang merupakan penyebab efek samping tersebut. Bila jenis obat penyebab efek samping diketahui, misalnya pirasinamid atau etambutol atau • streptomisin maka pengobatan TB dapat dilanjutkan tanpa obat tersebut. Lamanya pengobatan perlu diperpanjang untuk menurunkan risiko terjadinya kambuh. Kadang-kadang, pada pasien terjadi reaksi hipersensitivitas kepekaan terhadap INH atau Rifampisin. Kedua obat ini merupakan jenis OAT utama dalam pengobatan TB jangka pendek. Bila pasien dengan reaksi hipersensitivitas terhadap INH atau Rifampisin tersebut HIV negatif, dapat dilakukan desensitisasi. 84 Namun, jangan lakukan desensitisasi pada pasien TB dengan HIV positif sebab mempunyai risiko besar terjadi keracunan yang berat. Desensitisasi tidak dianjurkan dilakukan di Puskesmas. Efek samping utama Streptomisin adalah: Kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Kerusakan • alat keseimbangan biasanya terjadi pada 2 bulan pertama dengan gejala telinga berdenging tinitus, pusing dan kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan. Jika pengobatan diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap kehilangan keseimbangan dan tuli. Risiko ini lebih meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Streptomisin dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada wanita hamil sebab dapat merusak saraf pendengaran janin. Reaksi hipersensitivitas kadang terjadi, berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai dengan • sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Hentikan pengobatan dan segera rujuk pasien ke RS spesialistik. Pada pasien yang menerima pengobatan ko-infeksi TB-HIV, penanganan efek samping obat dijelaskan pada tabel di bawah ini: Tabel 21. Tatalaksana Efek Samping Obat pada pasien dengan pengobatan ko-infeksi TB-HIV Tanda Gejala Tatalaksana Anoreksia, mual dan nyeri perut Telan obat setelah makan. Jika paduan obat ARV mengandung ZDV, jelaskan kepada pasien bahwa gejala ini akan hilang sendiri. Atasi keluhan secara simptomatis. Tablet INH dapat diberikan malam sebelum tidur. Makanan yang dianjurkan adalah makanan lunak, porsi kecil dan frekuensinya sering. Nyeri sendi Beri analgetik, misalnya aspirin atau parasetamol. Rasa kesemutan pada kaki Efek ini jeIas dijumpai bila INH diberi bersama ddI atau d4T, substitusi ddl atau d4T sesuai pedoman. Berikan tambahan tablet vitamin B6 piridoksin 100 mg per hari. Jika tidak berhasil, gunakan amitriptilin atau rujuk ke RS spesialistik. Kencing warna kemerahan oranye Jelaskan pada pasien bahwa itu adalah warna obat, jadi tidak berbahaya.