PENULARAN HIV DI FASYANKES PENULARAN TB DI FASYANKES

111 perilaku kerja merupakan prioritas pertama dalam implementasi PPI TB karena mempunyai dampak yang paling besar dalam pencegahan penularan TB di Fasyankes dan tidak tergantung dengan sarana yang ada. Upaya ini dapat mencegah terjadinya penyebaran droplet infeksius sehingga dapat menurunkan pajanan kuman TB pada pasien dan petugas. Namun demikian, jika dengan upaya pengendalian administratif tidak mungkin untuk menghilangkan semua pajanan maka upaya pengendalian lingkungan harus dilakukan untuk menurunkan konsentrasi droplet infeksius dalam ruang pelayanan. Upaya pengendalian lingkungan adalah memaksimalkan ventilasi alami dan mengaturmengendalikan arah angin. Meskipun beberapa upaya pengendalian lingkungan ini memerlukan sumber daya tetapi sebagian upaya dapat dilaksanakan di Fasyankes dengan sarana terbatas, misalnya membuka jendela untuk meningkatkan ventilasi alami dan penggunaan kipas angin untuk mengendalikan arah angin.

D. UPAYA MENURUNKAN RISIKO PENULARAN HIV DAN TB DI FASYANKES

Untuk menurunkan risiko penularan di Fasyankes, semua petugas kesehatan harus selalu waspada serta menerapkan perilaku dan upaya yang dapat menurunkan risiko tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan:

1. Perilaku dan upaya menurunkan risiko penularan HIV

Risiko terbesar petugas TB tertular HIV adalah saat mengambil darah untuk tes HIV. Untuk menguranginya dilakukan upaya kewaspadaan universal berupa: a. Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah mengambil darah. b. Menggunakan sarung tangan bersih yang sekali pakai disposable. Bekas sarung tangan dibuang ke tempat sampah infeksius. c. Saat penggunaan jarum untuk pengambilan darah, petugas jangan sampai melukai dirinya. Jarum dan alat tajam yang telah dipakai dibuang ke dalam wadah tahan tusukan tanpa menutupnya kembali atau jika harus ditutup kembali gunakan metode satu tangan. d. Jika terjadi tumpahanpercikan darah di meja atau lantai bersihkan dengan tisu kemudian tuang atau semprotkan bekas tumpahan tersebut dengan hipoklorit 0,5, diamkan selama 10 menit kemudian bilas dengan lap basah. e. Limbah infeksius jarum dan sarung tangan bekas pakai dimusnahkan dengan cara dimasukkan ke dalam insinerator. Jika tidak ada fasilitas insinerator, limbah dikumpulkan pada wadah tahan tusukan dan dikirim ke tempat yang memiliki fasilitas insinerator.

2. Perilaku dan upaya menurunkan risiko penularan TB

Seperti dijelaskan di atas bahwa upaya penurunan risiko penularan TB ada 4 pilar yaitu dukungan 112 manajerial, pengendalian administratif, pengendalian lingkungan dan penggunaan perlindungan diri.

a. Dukungan Manajerial

Dukungan manajerial dimulai dengan membangun komitmen seluruh petugas Fasyankes dalam menjalankan PPI TB. Membangun komitmen dapat dilakukan melalui sosialisasi PPI TB pada petugas Fasyankes sehingga petugas dapat meningkatkan pelaksanaan PPI TB. Untuk melaksanakan dukungan manajerial, kepala Fasyankes perlu membentuk tim pelaksana PPI di mana salah satu tugasnya melaksanakan PPI TB. Tim ini terdiri dari ketua dan anggota sekurang-kurangnya 1 orang dari tiap unit. Tim ini mempunyai tugas pokok dan fungsi: 1. Membuat rencana kerja terpadu PPI termasuk PPI TB di Fasyankes. 2. Membuat SOP PPI termasuk PPI TB di Fasyankes mengacu pada standar. 3. Mensosialisasikan kegiatan PPI termasuk PPI TB di Fasyankes. 4. Melaksanakan kegiatan surveilans. 5. Melakukan monitoring dan evaluasi.

b. Pengendalian administratif

Upaya pengendalian administratif merupakan prioritas pertama dalam implementasi PPI TB karena mempunyai dampak yang paling besar dalam pencegahan penularan TB di Fasyankes dan tidak tergantung dengan sarana yang ada. Upaya ini dapat mencegah terjadinya penyebaran droplet infeksius, dengan demikian akan menurunkan pajanan kuman TB pada pasien dan petugas. Upaya ini mencakup: Melaksanakan triase dan pemisahan kasus berpotensi infeksius. • Menerapkan etika batuk untuk mencegah penyebaran kuman patogen. • Mempersingkat waktu pasien berada di Fasyankes dengan mensegerakan pelayanan terhadap • pasien yang batuk.