Pengendalian Lingkungan Perilaku dan upaya menurunkan risiko penularan TB

115 Respirator – mempunyai pori halus yang dapat menyaring droplet infeksius dan mempunyai seal udara yang ketat sekali sepanjang pinggirnya. Masker kainkertas – mempunyai pori yang besar dan tidak mempunyai seal udara yang ketat di sepanjang pinggirnya.

E. KECELAKAAN KERJA DAN TATALAKSANA PAJANAN DI TEMPAT KERJA

1. Kecelakaan kerja

Keselamatan petugas adalah hal yang sangat penting dan kecelakaan kerja harus dicegah. Apabila terjadi kecelakaan harus dilaporkan kepada atasan dan didokumentasikan sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya. Kecelakaan kerja dapat terjadi ketika ada pajanan dari darah atau cairan tubuh pasien kepada petugas melalui: a. Parenteral berupa tusukan, luka dll. b. Percikan pada mukosa mata, hidung atau mulut. c. Percikan pada kulit yang tidak utuh pecah-pecah, lecet.

2. Tatalaksana pajanan di tempat kerja

Jika terjadi pajanan maka perlu dilakukan langkah berikut:

a. Segera setelah terjadi pajanan

Jika terjadi luka tusukan jarum suntik atau luka iris, segera cuci dengan sabun dan air • mengalir. 116 Jika jari tertusuk, segera cuci dengan sabun dan air mengalir, tidak boleh dihisap dengan mulut • seperti kebanyakan tindakan releks untuk menghisap darah atau ditekan-tekan. Jika terjadi percikan pada mukosa hidung, segera hembuskan udara sekuat tenaga. • Jika terkena mulut, ludahkan segera dan kumur dengan air bersih. • Jika terkena kulit, segera bilas dengan guyuran air yang mengalir. • Jika terkena mata, segera lakukan irigasi dengan air bersih, larutan garam isiologis atau air • steril.

b. Laporan pajanan

Setiap pajanan harus diperlakukan sebagai keadaan darurat oleh karena petugas yang terpajan segera melaporkan kepada atasan langsung dan bagian pengendalian infeksi Nosokomial atau bagian keselamatan dan kesehatan kerja K3. Laporan sangat diperlukan agar pemberian proilaksis pasca pajanan dapat dimulai secepat mungkin dalam waktu kurang dari 4 jam dan tidak lebih dari 72 jam. Semakin cepat pemberian proilaksis pasca pajanan, semakin bermanfaat dan sebaliknya.

c. Konseling dan tes HIV

Bila terjadi kecelakaan kerja, pada petugas yang terpajan dilakukan penilaian apakah mempunyai potensi tertular atau tidak. Jika di tempat layanan tidak ada dokterpetugas yang dapat melakukan penilaian tersebut maka petugas yang terpajan tadi dirujuk. Apabila pada hasil penilaian terdapat potensi tertular maka dilakukan konseling dan tes HIV baik pada petugas maupun pasien yang menjadi sumber pajanan jika belum diketahui status HIV-nya.

d. Proilaksis Pasca Pajanan PPP

Petugas yang terpajan harus dinilai apakah perlu mendapat proilaksis pasca pajanan dengan ARV atau tidak sehingga setiap Fasyankes harus tahu di mana tempat rujukan ARV agar bila terjadi kecelakaan kerja dapat segera dirujuk. Keputusan untuk memberikan proilaksis pasca pajanan didasarkan atas derajat pajanan, status HIV dari sumber pajanan dan ketersediaan ARV.