Sistem Kelistrikan Remote Area Sistem Kelistrikan Daerah Perbatasan
607
Tabel B.6-3. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik Sulawesi Utara
Tahun Sales GWh
Produksi GWh
Beban Puncak MW
Pelanggan 2010
936,7 1.089,3
205,3 400.974
2011 1.024,9
1.190,8 222,6
415.558 2012
1.121,0 1.301,0
241,3 430.556
2013 1.225,8
1.418,6 261,0
446.015 2014
1.339,8 1.545,4
282,0 461.892
2015 1.464,1
1.682,2 304,5
478.241 2016
1.608,7 1.841,4
330,7 495.111
2017 1.767,1
2.015,2 359,1
512.430 2018
1.940,5 2.206,0
390,1 530.169
2019 2.131,7
2.415,5 423,9
549.629 Growth
9,6 9,3
8,4 3,6
B6.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan
Rencana pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan distribusi di provinsi Sulawesi Utara dilakukan dengan memperhatikan potensi energi primer setempat
sebagai berikut.
Potensi Energi Primer
Sulawesi Utara memiliki potensi sumber energi baru terbarukan EBT yang cukup besar berupa panas bumi hingga 450 MW yang tersebar di Lahendong,
Tompaso dan Kotamobagu gunung Ambang. Dari 450 MW potensi panas bumi tersebut, yang dieksploitasi baru sebesar 60 MW di Lahendong unit 1, 2 dan 3.
Selain itu terdapat potensi tenaga air sebesar 120 MW. Kendala yang dihadapi untuk mengembangkan potensi panas bumi dan tenaga
air tersebut adalah masalah status lahan, dimana sebagian besar potensi tersebut berada di kawasan cagar alam Kotamobagu gunung Ambang.
Namun demikian dengan terbitnya PP no. 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengusulan Pengalihan Fungsi Lahan, PLN beserta Dinas PU Subdinas Tata
Ruang Daerah, Dinas Kehutanan dan Kantor Lingkungan Hidup sedang menyusun materi usulan kepada Menteri Kehutanan untuk pengalihan status
sebagian cagar alam gunung Ambang menjadi Taman Wisata Alam. Perubahan status lahan ini akan membuka peluang bagi PLN untuk mengembangkan
potensi air di lokasi tersebut. Beberapa lokasi yang dapat dikembangkan potensinya adalah Poigar II 30 MW, Poigar III 20 MW, Poigar IV 14 MW.
608 Sumber EBT yang tersedia di pulau-pulau berupa tenaga angin dan sinar
matahari. Karakteristik tenaga angin yang cenderung tidak kontinu dan sinar matahari yang efektifitasnnya cukup rendah sekitar 20 menyulitkan
penerapan photo voltaic dan tenaga bayu, dan diprioritaskan menggunakan sistem hibrid interkoneksi dengan PLTD eksisting.
Tabel B.6-4. Potensi Energi Primer Panas Bumi dan Air
Potensi Jarak JTM
MW ke Lokasi
1 Poigar II
WulurmahatusModoinding 30,00
Sistem Minahasa On-going
2 Poigar III
WulurmahatusModoinding 20,00
Sistem Minahasa FS Tahun 2008
3 Sawangan
Sawangan Airmadidi 16,00
Sistem Minahasa FS Tahun 2008
4 Tincep I
Tincep Sonder 0,55
Sistem Minahasa 0,20
FS Tahun 2008 5
Tincep II Tincep Sonder
1,10 Sistem Minahasa
0,20 FS Tahun 2008
6 Tincep III
Tincep Sonder 2,20
Sistem Minahasa 0,20
FS Tahun 2008 7
Tincep IV Tincep Sonder
0,65 Sistem Minahasa
0,20 FS Tahun 2008
8 Woran
Woran Tombasian 0,55
Sistem Minahasa 0,10
SSI 9
Ranoketangtua Ranoketangtua Tombasian
1,17 Sistem Minahasa
3,00 SSI
10 Morea Morea Belang
0,60 Sistem Minahasa
1,00 SSI
11 Molobog Molobog Kotabunan
0,63 Sistem Minahasa
1,00 SSI
12 Lobong - I Lobong Passi
1,60 Sistem Kotamobagu
7,00 On-going
13 Mokobang - I Mokobang Modoinding
0,94 Sistem Kotamobagu
2,50 SSI
14 Mokobang - II Mokobang Modoinding
1,57 Sistem Kotamobagu
4,00 SSI
15 Lobong - II Bilalang IV Passi
0,47 Sistem Kotamobagu
4,00 SSI
16 Apado Bilalang IV Passi
0,28 Sistem Kotamobagu
0,55 SSI
17 Kinali Otam Passi
1,18 Sistem Kotamobagu
1,00 SSI
18 Bilalang Bilalang I Passi
0,29 Sistem Kotamobagu
0,40 SSI
19 Salongo Salongo Bolaang Uki
0,91 Sistem Kotamobagu
5,50 SSI
20 Tangangah Tangangah Bolaang Uki
1,15 Sistem Kotamobagu
1,20 SSI
21 Duminanga Duminanga Bolaang Uki
0,53 Sistem Molibagu
1,00 FS Tahun 2008
22 Milangodaa I Milangodaa Bolaang Uki
0,72 Sistem Molibagu
4,50 FS Tahun 2008
23 Milangodaa II Milangodaa Bolaang Uki
0,72 Sistem Molibagu
5,00 FS Tahun 2008
24 Pilolahunga Momalia Bolaang Uki
0,75 Sistem Molibagu
2,50 SSI
25 Ulung Peliang II Ulung Peliang Tamako
0,28 Sistem Tahuna
1,50 SSI
26 Belengan Belengan Manganitu
1,21 Sistem Tahuna
0,05 SSI
86,04 46,60
Sub Jumlah Potensi Tenaga Air di Prop. SULUT No.
Nama Proyek Lokasi
Interkoneksi dengan Sistem
Status
Potensi Jarak JTM
MW ke Lokasi
27 Lahendong II Pangolombian
20,00 Sistem Minahasa
On-going 28 Lahendong III
Kasuratan-Extended 20,00
Sistem Minahasa On-going
29 Lahendong IV Tompaso
20,00 Sistem Minahasa
Commited 30 Gunung Ambang
Kotamobagu 20,00
Sistem Minahasa PFS
31 Lainnya Kotamobagu
495,00 Sistem Minahasa
PFS 575,00
- 661,04
46,60 Sub Jumlah Potensi Tenaga Panasbumi di Prop. SULUT
Jumlah Potensi di Propinsi SULAWESI UTARA No.
Nama Proyek Lokasi
Interkoneksi dengan Sistem
Status
609
Pengembangan Pembangkit
Untuk memenuhi permintaan energi listrik sampai dengan tahun 2019 diperlukan tambahan 24 unit pembangkit baru dengan total kapasitas 458,2 MW. Jenis
pembangkit yang akan dibangun meliputi PLTP, PLTA, PLTMH, PLTU batubara, serta PLTG sebagai pembangkit peaking. Tabel B.6-5 berikut menampilkan
rincian rencana pengembangan pembangkit.
Tabel B.6-5. Pengembangan Pembangkit di Sulawesi Utara
No. PROYEK
PEMILIK JENIS
COD STATUS
1 Lobong
PLN PLTM
1 x 0,8 2010
On Going 2
Lahendong IV PLN
PLTP 1 x 20
2011 On Going
3 Sulut II FTP1
PLN PLTU
2 x 25 2011
On Going 4
Minahasa GT 1, 2, 3 PLN
PLTG 3 x 25
20121617 Rencana
5 Kotamobagu I FTP2
PLN PLTP
1 x 40 2014
Rencana 6
Kotamobagu II FTP2 PLN
PLTP 1 x 40
2014 Rencana
7 Talaud
PLN PLTU
2 x 3 2012
Rencana 8
Tahuna FTP2 Swasta
PLTU 2 x 4
2012 Rencana
9 Belengan
Swasta PLTM
1 x 1,2 2013
Rencana 10
Duminanga Swasta
PLTM 1 x 0,5
2013 Rencana
11 Milangodaa I
Swasta PLTM
1 x 0,7 2013
Rencana 12
Lahendong V FTP2 Swasta
PLTP 1 x 20
2013 Rencana
13 Lahendong VI FTP2
Swasta PLTP
1 x 20 2013
Rencana 14
Sulut I Kema Swasta
PLTU 2 x 25
2013 Proses lelang
15 Sawangan
Swasta PLTA
2 x 8 2015
Rencana 16
Minahasa PPP Swasta
PLTU 2 x 55
201819 Rencana
Total Kapasitas
Ket : FTP-2 Fast track program-2 program percepatan pembangkit 10.000 MW tahap 2
MW
458,2
Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk Pengembangan Transmisi
Kondisi beban sistem kelistrikan Sulut sudah cukup besar dan akan menjangkau daerah yang semakin jauh, sehingga pengembangan transmisi menggunakan
tegangan 150 kV. Mengacu pada proyeksi beban dan kondisi geografis di Sulawesi Utara, diperlukan pengembangan saluran transmisi 150 kV sepanjang
456 km sirkit dengan kebutuhan dana sekitar US 25,27 juta seperti ditampilkan dalam Tabel B.6-7.
610
Tabel B.6-7. Pembangunan Transmisi 150 kV
No. Dari
Ke Tegangan
Panjang kms
Anggaran Juta
USD COD
1 PLTU
Sulut II Pepres Lopana
150 kV
2cct, ACSR 2 x 240 mm2
36 1,99
2010 2
Lopana Teling
GIS 150
kV 2cct,
ACSR 1 x 240 mm2 96
5,32 2010
3 Isimu
Buroko 150
kV 2cct,
ACSR 1 x 240 mm2 152
8,42 2011
4 Teling
GIS Ranomut
Baru Paniki 150
kV 2cct,
ACSR 1 x 240 mm2 16
0,89 2011
5 Ranomut
Baru Paniki Bitung
Baru Kema 150
kV 2cct,
ACSR 1 x 240 mm2 60
3,32 2011
6 Bintauna
Tapping Lolak ‐ Buroko
150 kV
2cct, ACSR 1 x 240 mm2
4 0,22
2012 7
PLTU Sulut I Infrastructure
Kema 150
kV 2cct,
ACSR 1 x 240 mm2 20
1,11 2013
8 PLTP
Kotamobagu Otam
150 kV
2cct, ACSR 1 x 240 mm2
32 1,78
2014 9
PLTP Lahendong VVI
Kawangkoan 150
kV 2cct,
ACSR 1 x 240 mm2 20
1,11 2013
10 New PLTU Minahasa Kema
Kema 150
kV 2cct,
ACSR 1 x 240 mm2 20
1,11 2018
Jumlah 456
25,27
Conductor
Pengembangan Gardu Induk GI
Mengacu pada kebutuhan, pengembangan GI dilakukan menggunakan tegangan 150 kV dan menginterkoneksikannya dengan sistem 70 kV yang sudah ada
menggunakan trafo interbus IBT 15070 kV. Khusus kota Manado dimana harga tanah untuk membangun GI telah semakin mahal dan sulit didapat, pada masa
yang akan datang perlu menerapkan GI jenis gas insulated switchgear GIS seperti yang sedang dibangun di GI Teling Baru.
Sampai dengan tahun 2019 diperlukan pembangunan GI 150 kV tersebar di enam lokasi dengan total kapasitas trafo sampai dengan 2016 mencapai
500 MVA sebagaimana ditunjukkan pada Tabel B.6-8.
Tabel B.6-8. Pengembangan Gardu Induk
No.
Gardu Induk Tegangan
BaruExtension Daya
MVA
Anggaran Juta
USD
COD
1 Teling
GIS 15020
kV New
30 4,00
2010 2
Lolak 15020
kV New
20 3,15
2010 3
Tomohon IBT
15070 kV
Extension 60
2,10 2011
4 Otam
15020 kV
Extension 20
2,16 2011
5 Kema
15020 kV
New 30
2,58 2011
6 Paniki
15020 kV
New 30
3,49 2011
7 Isimu
15020 kV
New 30
5,86 2011
8 Buroko
15020 kV
New 20
3,31 2011
9 Teling
IBT 15070
kV New
60 2,10
2012 10
Bintauna Tap
15020 kV
New 10
1,66 2012
11
Teling 15020
kV Extension
30
1,90
2014
12
Lopana 15020
kV Extension
30
1,90
2014
13
Paniki 15020
kV Extension
30
1,90
2014
14
Tonsealama 7020
kV Extension
10
2,14
2015
15
Kawangkoan 15020
kV Extension
30
2,19
2015
16
Tomohon 7020
kV Extension
30
2,56
2016
17
Kema 15020
kV Extension
30
1,90
2016 Jumlah
500
48,74
611
Pengembangan Distribusi
Seiring dengan rencana pengembangan sistem transmisi dan gardu induk di atas, proyeksi kebutuhan pengembangan jaringan distribusi, termasuk listrik pedesaan,
ditunjukkan dalam Tabel B.6-9. Proyeksi tersebut diasumsikan untuk menambah 26 ribu pelanggan per tahun selama 10 tahun.
Tabel B.6-9. Rincian Pengembangan Distribusi JTM JTR
Trafo kms
kms MVA
2010 228,3
332,3 35,3
16.673 2011
144,4 232,3
26,0 21.609
2012 139,4
247,5 28,4
22.743 2013
147,1 270,7
31,1 23.955
2014 160,5
296,0 34,0
25.220 2015
175,2 306,1
37,2 26.565
2016 202,7
354,7 43,1
28.132 2017
218,6 389,6
47,3 29.625
2018 239,3
427,7 51,9
31.155 2019
263,8 473,0
57,4 34.269
2010-2019 1.919,3
3.329,9 391,7
259.948
Tahun Pelanggan
B6.4 Sistem Kelistrikan di Kepulauan Kondisi Geografis
Gugusan kepulauan di Sulawesi Utara merupakan bagian dari Sabuk Wallace, sebagian pulau memiliki gunung berapi dan sebagian lainnya tidak. Jarak antar
pulau cukup jauh dan transportasi laut yang dipergunakan masih sebatas kapal motor kapasitas kecil, kecuali pulau Sangihe, Talaud, dan Siau. Akses untuk
mendapatkan energi primer dari luar sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca terutama ketinggian gelombang air laut. Sebagian besar mata pencaharian dari
penduduk di kepulauan tersebut adalah nelayan tradisional dan hanya mengandalkan hasil laut.
Pengembangan Sistem Kelistrikan di Kepulauan Terdepan
Di Kabupaten Talaud terdapat 4 empat pulau terdepan dari wilayah NKRI yakni pulau Miangas, Marore, Marampit dan pulau Karatung. Mengingat letaknya yang
sangat strategis bagi NKRI, maka kecukupan dan keandalan pasokan listrik PLN yang telah ada disana perlu ditingkatkan. Dalam 5 tahun kedepan PLN
berencana untuk membuat beberapa pilot project EBT skala kecil.
612
B6.5 Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi adalah seperti tersebut dalam Tabel B.6-10.
Tabel B.6-10. Rangkuman
Energy Sales GWh
Produksi Energi GWh
Beban Puncak MW
Pembangkit MW
Gardu Induk MVA
Transmisi kms
2010 936,7
1.089,3 205,3
1,6 50
132 29,3
2011 1.024,9
1.190,8 222,6
50,0 190
228 113,3
2012 1.121,0
1.301,0 241,3
59,0 70
4 79,3
2013 1.225,8
1.418,6 261,0
91,6 40
160,6 2014
1.339,8 1.545,4
282,0 80,0
90 32
133,3 2015
1.464,1 1.682,2
304,5 16,0
40 98,8
2016 1.608,7
1.841,4 330,7
25,0 60
29,0 2017
1.767,1 2.015,2
359,1 25,0
25,5 2018
1.940,5 2.206,0
390,1 55,0
20 97,8
2019 2.131,7
2.415,5 423,9
55,0 98,2
458,2 500
456 865,2
Jumlah Tahun
Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan
Juta US
613
LAMPIRAN B.7 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN Persero
DI PROVINSI SULAWESI TENGAH
B7.1 Kondisi Kelistrikan Saat Ini Sistem Interkoneksi 70 kV Palu-Parigi
Sistem kelistrikan di Kota Palu dan sekitarnya dilayani oleh sistem interkoneksi Palu-Parigi melalui gardu induk Talise dan gardu induk Parigi, dipasok dari
pembangkit PLTU IPP Tawaeli, PLTD Silae Palu dan PLTD Parigi dengan total beban puncak tahun 2009 sekitar 45 MW. Permasalahan operasional seperti
pasokan batubara dan gangguan pada PLTU IPP Tawaeli Palu serta kerusakan PLTD mengakibatkan pada saat-saat tertentu mengalami kekurangan daya dan
energi terutama waktu beban puncak. Selain itu, tidak adanya tambahan pembangkit baru dan terus meningkatnya beban puncak, PLN setempat tidak
bisa melayani sambungan baru. Gambar sistem interkoneksi Palu-Parigi eksisting dan rencana pengembangan
sebagaimana terlihat pada gambar 1.
Sistem Isolated
Di Sulawesi Tengah juga terdapat sistem kelistrikan yang terinterkoneksi melalui jaringan 20 kV seperti di Tolitoli, sistem Poso dan sistem Luwuk yang bebannya
masing-masing sudah diatas 5 MW, dipasok dari PLTM dan PLTD. Selain itu, masih ada sistem isolated kecil tersebar lainnya, yang semuanya dipasok dari
PLTD PLN dan di beberapa lokasi dibantu PLTD oleh Pemkab setempat. Pada umumnya, sistem-sistem tersebut saat ini mengalami defisit daya dan pada
waktu-waktu tertentu terpaksa dilakukan pemadaman bergilir. Akibat kondisi tersebut, maka penyambungan pelanggan baru oleh PLN setempat dilakukan
secara selektif, menyesuaikan dengan kemampuan pembangkit yang ada. Rincian pembangkit di sistem Sulawesi tengah sampai dengan tahun 2009
sebagaimana terdapat pada Tabel B.7-1 dan B.7-2.
614
Gambar 1. Sistem Kelistrikan di Sulawesi Tengah Tabel B.7-1. Kapasitas Terpasang Pembangkit Sistem Palu-Parigi dalam MW
No Jenis Pembangkit
PLN IPP
Sewa Total
1 PLTD
51,5 -
- 51,5
2 PLTA
- -
- -
3 PLTM
- -
- -
4 PLTP
- -
- -
5 PLTU
- 27,0
- 27,0
6 PLTG
- -
- -
51,5 27,0
- 78,5
Total
Tabel B.7-2. Kapasitas Terpasang Pembangkit Sistem Kecil Tersebar per Sistem
No Sistem
PLTD PLN PLTM PLN
PLTM IPP Total
1 Poso
4.5 2.6
- 7.1
Tentena 1.7
- -
1.7 Kolonedale
3.1 -
- 3.1
Bungku 1.6
- -
1.6 Tolitoli
9.2 1.6
- 10.8
Leok 3.9
- -
3.9 Moutong - Ktraya - Palasa
6.3 -
- 6.3
Bangkir 1.8
- -
1.8 Luwuk - Moilong
12.7 1.6
3.8 18.1
Ampana 3.2
- -
3.2 Bunta
1.4 -
- 1.4
Banggai 2.3
- -
2.3 Sulteng Tersebar
10.1 -
- 10.1
615
B7.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik di Sulawesi Tengah.
Kebutuhan tenaga listrik di provinsi Sulawesi tengah akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada provinsi tersebut.
Asumsi
- Pertumbuhan ekonomi diasumsikan rata-rata sebesar 7,7 per tahun. - Pertumbuhan penduduk diproyeksikan 1,50 pertahun
- Susut distribusi ditargetkan turun menjadi 8,6 pada tahun 2012 - Elastisitas, rasio pertumbuhan listrik terhadap pertumbuhan ekonomi rata-
rata sebesar 1,60
Proyeksi Kebutuhan Listrik Sulawesi Tengah 2010-2019
Mempertimbangkan realisasi pengusahaan lima tahun sebelumnya dan dalam rangka mengakomodasi daftar tunggu yang masih tinggi, proyeksi kebutuhan
listrik 2010 – 2019 sebagaimana terdapat pada tabel B.7-3 berikut.
Tabel B.7-3. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Tahun Sales GWh
Produksi GWh
Beban Puncak MW
Pelanggan 2010
459,6 525,9
114,9 309.480
2011 513,3
587,6 127,8
331.113 2012
572,2 655,3
141,9 354.126
2013 636,9
728,3 156,9
378.602 2014
707,8 807,7
173,2 404.644
2015 785,4
894,1 190,8
432.348 2016
875,0 993,5
211,1 461.964
2017 973,5
1.102,4 233,1
493.474 2018
1.081,7 1.222,4
257,3 526.926
2019 1.201,8
1.355,2 283,9
563.765 Growth
11,3 11,1
10,6 6,9
B7.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan.
Rencana pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan distribusi di provinsi Sulawesi Tengah dilakukan dengan memperhatikan potensi energi primer
setempat sebagai berikut.
Potensi Energi Primer
Potensi energi primer yang tersedia di Sulawesi Tengah sangat besar dan berpeluang besar untuk dikembangkan terutama tenaga air dan gas alam yang
masing-masing bisa mencapai 600 MW PLTA dan 270 MW PLTGU. Selain itu, tenaga panas bumi juga banyak terdapat di Propinsi Sulawesi Tengah yang bisa
616 mencapai 366 MW PLTP. Pengembangan tenaga air dan gas alam dalam skala
besar, akan bisa memenuhi seluruh kebutuhan tenaga listrik di Sulawesi Tengah dan bahkan masih berlebih untuk dikirim ke Sulawesi Selatan.
Hambatan yang pernah ditemui terutama untuk skala mini hidro, adalah relatif jauh antara sumber energy dengan pusat-pusat beban yang ada.
Tabel B.7-4 merupakan data potensi energy primer yang ada di provinsi Sulawesi Tengah.
Tabel B.7-4. Potensi Energi Primer di Sulawesi Tengah TENAGA AIR
Potensi Jarak JTM
MW ke Lokasi
1 Palu Lindu
30.00 Sistem Palu
NA DD 2 Wuasa
Wuasa Lore Utara 2.39
Sistem Palu 46.00
SSI 3 Tongoa I
Tongoa Sigi Biromaru 0.86
Sistem Palu 1.00
SSI 4 Tongoa II
Tongoa Sigi Biromaru 0.69
Sistem Palu 1.20
SSI 5 Tomini I
Ambesia 0.47
Sistem Parigi 3.00
SSI 6 Tomini II
Tomini 1.50
Sistem Palasa - Moutong 2.50
SSI 7 Tindaki
Tindaki Parigi 0.67
Sistem Parigi 0.50
SSI 8 Lemusa
Gangga Parigi 0.80
Sistem Parigi 6.50
SSI 9 Solewana I
Poso 60.00
Sistem Poso -
On-Going 10 Solewana II
Poso 60.00
Sistem Poso -
On-Going 11 Solewana III
Poso 60.00
Sistem Poso -
On-Going 12 Kuku
Kuku Pamona Utara 1.56
Sistem Poso 5.00
SSI 13 Jelantik Sari
Kilosari Poso Pesisir 1.96
Sistem Poso 3.00
SSI 14 Pinedepa
Pinedepa Poso Pesisir 0.51
Sistem Poso 2.00
SSI 15 Bambalo II
Bambalo Poso Pesisir 1.89
Sistem Poso 0.80
SSI 16 Malaitojo
Maleitojo Tojo 0.74
Sistem Poso 1.00
SSI 17 Malewa I
Malewa Tojo 0.53
Sistem Poso 1.00
SSI 18 Malewa II
Malewa Tojo 1.55
Sistem Poso 1.50
SSI 19 Momo
Momo Petasia 1.10
Sistem Poso 16.00
SSI 20 Gandalari
Gandalari 1.60
Sistem Poso 0.25
SSI 21 Ue Kuli
Ue kuli Tojo 2.67
Sistem Poso 2.00
SSI 22 Podi
Podi Tojo 1.17
Sistem Poso 2.00
SSI 23 Bambalo
Bambalo Ampana 1.25
Sistem Poso 25.00
SSI 24 Sawidago II
Kamporosilo Pamona Utara 0.98
Sistem Pendolo Tentena 8.00
SSI 25 Sawidago III
Kelei Pamona Utara 1.74
Sistem Pendolo Tentena 0.20
SSI 26 Taripa I
Taripa Pamona Utara 0.66
Sistem Taripa 1.00
SSI 27 Taripa II
Taripa Pamona Utara 0.62
Sistem Taripa 2.50
SSI 28 Kamba
Kamba Pamona Utara 5.00
Sistem Tomata 5.00
SSI 29 Kota Raya
Mensung Tomini 0.75
Moutong + Kotaraya 2.50
SSI 30 Kolondom
Kolondom Lakatan Galang 1.60
Sistem Toli-Toli 5.50
Operation 31 Batubota
Batubota 5.00
Sistem Toli-Toli 5.50
SSI 32 Hanga hanga II
Hanga - hanga Luwuk 3.40
Sistem Luwuk 1.00
Operation 33 Kalumpang
Kalumpang Luwuk 1.70
Sistem Luwuk 1.00
Operation 34 Luwuk
Sungai Luwuk 3.00
Sistem Luwuk -
35 Doda Sungai Doda
1.00 Sistem Bunta
- 36 Hech
Sungai Hech 1.00
Sistem Bunta -
34 Sansarino Sansarino Ampana kota
0.80 Sistem Ampana
8.00 On-Going
35 Lalengan Lalengan Buko
0.22 Sistem Tataba - Bulagi
2.00 SSI
36 Mampueno Bungku
1.20 Sistem Bungku
- FS
37 Wawopada Kolonedale
3.60 Sistem Kolonedale
- FS
261.37 No.
Nama Proyek Lokasi
Interkoneksi dengan Sistem
Status
Sub Jumlah Potensi Tenaga Air di Prov. SULTENG
617
PANAS BUMI
Potensi Jarak JTM
MW ke Lokasi
38 Sulteng 14 Lokasi Sulteng 366.00
Sistem Sulteng -
366.00 Interkoneksi dengan
Sistem Status
Sub Jumlah Potensi Tenaga Gas di Prov. SULTENG No.
Nama Proyek Lokasi
GAS ALAM
No Nama Proyek
Lokasi Potensi
MW Interkoneksi
dengan sistem Jarak
TTTM Status
39 KintomBatui Batui
30 Sistem
Luwuk Pertamina
40 Donggi-Senoro
Kab. Luwuk 240
Sistem Sulselteng 200
Pertamina- Medco
Sub jumlah potensi Gas Alam 270
Jumlah potensi energi primer di Sulteng 531,37
Pengembangan Pembangkit.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2019, diperlukan tambahan kapasitas pembangkit sekitar 693,5 MW dengan perincian seperti
ditampilkan pada Tabel B.7-5. Sebanyak 389,8 MW atau 55 dari total tambahan kapasitas pembangkit akan dibangun oleh PLN dan sisanya sebesar
303,7 MW atau 45 direncanakan dibangun oleh swasta. PLTGU akan mendominasi jenis pembangkit yang akan dibagun, yaitu mencapai
240 MW atau 35, sementara PLTAM menempati urutan kedua dengan kapasitas 225 MW dan PLTG 110 MW.
Mempertimbangkan potensis beban yang ada di Sulawesi Tengah, maka pengembangan PLTGU Senoro selain untuk melayani kebutuhan masyarakat di
Provinsi Sulawesi Tengah sendiri, juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada di Sulawesi Selatan dan Kendari.
Untuk daerah-daerah yang masih isolated, selain dikembangkan pembangkit energi terbarukan setempat seperti PLTMH dan PLTP, juga dikembangkan PLTU
batubara skala kecil bagi daerah yang tidak mempunyai sumber energi terbarukan.
618
Tabel B.7-5. Pengembangan pembangkit Sulawesi Tengah
No. PROYEK
PEMILIK JENIS
COD STATUS
1 Sansarino
PLN PLTM
1 x 0,8 2010
On Going 2
Tomini II PLN
PLTM 2 x 1
2010 On Going
3 Sawidago II
PLN PLTM
1 x 1 2012
On Going 4
Ampana PLN
PLTU 2 x 3
2012 Rencana
5 Kolonodale
PLN PLTU
2 x 3 2012
Rencana 6
Leok PLN
PLTU 2 x 3
2012 Rencana
7 Toli-Toli
PLN PLTU
2 x 3 2012
Rencana 8
Bangkir PLN
PLTU 2 x 3
2012 Rencana
9 Tambu
PLN PLTU
2 x 3 2012
Rencana 10
Senoro FTP2 PLN
PLTGU 2 x 120
2014 Rencana
11 Luwuk Turbin Gas
PLN PLTG
2 x 10 201516
Rencana 12
Palu Turbin Gas PLN
PLTG 6 x 15
2016-2019 Rencana
13 Poso Energy
Swasta PLTA
3 x 65 2011
On Going 14
Hek Swasta
PLTM 2 x 1,25
2012 Rencana
15 Luwuk FTP2
Swasta PLTU
2 x 10 2012
Rencana 16
Moutong FTP2 Swasta
PLTU 2 x 4
2012 Rencana
17 Bambalo III
Swasta PLTM
1 x 2,25 2013
Rencana 18
Batubota Swasta
PLTM 2 x 1,25
2013 Rencana
19 Biak I
Swasta PLTM
2 x 0,75 2013
Rencana 20
Biak II Swasta
PLTM 1 x 1,3
2013 Rencana
21 Biak III
Swasta PLTM
1 x 1,2 2013
Rencana 22
Kotaraya Swasta
PLTM 1 x 0,75
2013 Rencana
23 Mampueno Sakita
Swasta PLTM
2 x 0,6 2013
Rencana 24
Pekasalo Swasta
PLTM 2 x 0,6
2013 Rencana
25 Tawaeli Ekspansi
Swasta PLTU
1 x 30 2013
Rencana 26
Wawopada Swasta
PLTM 2 x 1,8
2013 Rencana
27 Bora FTP2
Swasta PLTP
2 x 2,5 2014
Rencana 28
Bunta Swasta
PLTM 2 x 1,25
2014 Rencana
29 Lambangan
Swasta PLTM
2 x 1,6 2014
Rencana 30
MeranaMasaingi FTP2 Swasta
PLTP 2 x 10
2014 Rencana
31 Sawidago I
Swasta PLTM
2 x 1 2015
Rencana
Total Kapasitas
Ket : FTP-2 Fast track program-2 program percepatan pembangkit 10.000 MW tahap 2
MW
693,5
Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk
Pengembangan Transmisi
Kondisi geografis Propinsi Sulawesi Tengah yang memanjang dan mempunyai sebaran penduduk yang relatif jauh, maka untuk menjangkau daerah tersebut
memerlukan transmisi yang sangat panjang. Medan yang berbukit serta adanya hutan cagar alam, merupakan salah satu
hambatan dalam pengembangan transmisi 150 kV dan 275 kV di Sulawesi Tengah.
619 Selaras dengan pengembangan GI 150 kV dan dalam mengurangi penggunaan
BBM sekaligus untuk melistriki pelanggan yang tersebar cukup jauh, diperlukan pengembangan saluran tranmisi 150 kV sepanjang 1.752 km sirkit seperti
ditampilkan dalam Tabel B.7-6. Selain itu, untuk evakuasi daya dari PLTGU Senoro, perlu dibangun transmisi 275 kV sepanjang 360 kms, total transmisi
keseluruhan sepanjang 2.112 kms.
Tabel B.7-6. Pembanguan Transmisi di Sulawesi Tengah
No. Dari
Ke Tegangan
Panjang kms
Anggaran Juta
USD COD
1 PLTA
Poso Tentena Poso
150 kV
2cct, ACSR 1 x 240 mm2
80 4,43
2011 2
Poso Palu
Baru 150
kV 2cct,
ACSR 1 x 240 mm2 190
10,53 2011
3 Palu
Baru Silae
150 kV
2cct, ACSR 1 x 240 mm2
90 4,99
2011 4
Moutong Toli
‐toli 150
kV 2cct,
ACSR 1 x 240 mm2 270
14,96 2015
5 PLTG
Kintom Luwuk
150 kV
2cct, ACSR 1 x 240 mm2
90 4,99
2015 6
PLTG Kintom
Moilong 150
kV 2cct,
ACSR 1 x 240 mm2 120
6,65 2015
7 Toli
‐toli Leok
150 kV
2cct, ACSR 1 x 240 mm2
216 11,97
2017 8
Poso Ampana
150 kV
2cct, ACSR 1 x 240 mm2
248 13,74
2017 9
Palu Baru
Talise 70
kV 2cct,
ACSR 1 x 240 mm2 30
1,66 2018
10 Kolonedale
Inc Poso ‐ Ampana 1 pi
150 kV
2cct, ACSR 1 x 240 mm2
146 8,09
2019 11
Tentena PLTA Poso
Wotu 275
kV 2
cct, Zebra, 430 mm 272
61,22 2011
12 PLTGU
Senoro FTP 2 Tentena PLTA Poso 275
kV 2
cct, 2xZebra, 2x430 mm 360
81,03 2013
Jumlah 2112
224,24
Conductor
Pengembangan Gardu Induk
Sejalan dengan pengembangan pembangkit baru, perlu dilakukan penambahan gardu induk GI untuk menyalurkan listrik ke beban dengan memperhatikan
kapasitas terpasang eksisting dan rencana penambahan beban serta proyek yang sedang berjalan. Sampai dengan tahun 2019 total penambahan kapasitas
GI 150 kV sebesar 370 MVA sebagaimana terdapat pada Tabel B.7-7.
Tabel B.7-7. Pengembangan GI
No.
Gardu Induk Tegangan
BaruExtension Daya
MVA
Anggaran Juta
USD
COD
1 PLTA
Poso 15020
kV New
10 2,66
2011 2
Poso 15020
kV New
10 4,23
2011 3
Palu Baru
15020 kV
New 30
3,49 2011
4 Silae
15020 kV
New 30
2,58 2011
5 Moutong
15020 kV
New 30
3,39 2014
6 Talise
15020 kV
Extension 30
1,90 2014
7 Poso
15020 kV
Extension 30
1,90 2014
8 Toli
‐Toli 15020
kV New
30 3,39
2015 9
Palu Baru
15020 kV
Extension 30
1,90 2015
10 Luwuk
15020 kV
New 30
3,39 2015
11
Moilong 15020
kV New
20
3,39
2015
12
Leok 15020
kV New
20
3,15
2017
13
Silae 15020
kV Extension
30
1,90
2017
14
Ampana 15020
kV New
20
3,39
2017
15
Kolonedale 15020
kV New
20
3,15
2019 Jumlah
370
43,84
620
Pengembangan Distribusi.
Seiring dengan rencana pengembangan sistem transmisi dan gardu induk di atas, proyeksi kebutuhan pengembangan jaringan distribusi, termasuk listrik pedesaan
mencapai 1.009 kms JTM dan 2.075 kms JTR serta 244 MVA trafo distribusi, sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel B.7-8. Proyeksi tersebut diasumsikan
untuk menambah 19.700 pelanggan per tahun selama 10 tahun
Tabel B.7-8. Rincian Pengembangan Distribusi
JTM JTR Trafo
kms kms
MVA
2010 120,1
207,1 22,0
12.640 2011
76,0 144,8
16,2 16.382
2012 73,3
154,2 17,7
17.241 2013
77,4 168,7
19,4 18.160
2014 84,4
184,5 21,2
19.119 2015
92,1 190,8
23,2 20.139
2016 106,6
221,1 26,8
21.326 2017
115,0 242,8
29,5 22.458
2018 125,8
266,6 32,4
23.618 2019
138,8 294,8
35,8 25.979
2010-2019 1.009,5
2.075,4 244,2
197.061
Tahun Pelanggan
B7.4 Penyelesaian segera sistem di Sulawesi Tengah
Kondisi krisis daya pembangkit di sistem Palu-Parigi yang sudah berlangsung sejak tahun 2000 an, perlu penanganan yang serius untuk menyelesaikannya.
Perbaikan kontrak PLTU Palu IPP dengan PLN perlu segera dipercepat agar PLTU dapat beroperasi sesuai kontrak dan andal. Selain itu, penyelesaian PLTA
Poso beserta transmisi 150 kV terkait untuk memasok sebagian kebutuhan di Palu-Parigi sangat diperlukan.
Di Sulawesi Tengah banyak potensi PLTM dan perlu segera dimanfaatkan secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan beban di sistem isolated lainnya
yang terus berkembang.
B7.5 Ringkasan
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi adalah seperti tersebut dalam Tabel B.7-9.
621
Tabel B.7-9. Rangkuman
Energy Sales GWh
Produksi Energi GWh
Beban Puncak MW
Pembangkit MW
Gardu Induk MVA
Transmisi kms
2010 459,6
525,9 114,9
2,8 13,3
2011 513,3
587,6 127,8
195,0 80
632 391,6
2012 572,2
655,3 141,9
67,5 126,7
2013 636,9
728,3 156,9
45,5 360
181,6 2014
707,8 807,7
173,2 270,7
90 336,9
2015 785,4
894,1 190,8
12,0 110
480 54,9
2016 875,0
993,5 211,1
25,0 19,9
2017 973,5
1.102,4 233,1
30,0 70
464 57,2
2018 1.081,7
1.222,4 257,3
15,0 30
17,9 2019
1.201,8 1.355,2
283,9 30,0
20 146
36,9 693,5
370 2.112
1.236,8 Tahun
Proyeksi Kebutuhan Pembangunan Fasilitas Kelistrikan
Juta US
Jumlah Termasuk investasi pengembangan distribusi sekitar USD 69 Juta.
622
LAMPIRAN B.8 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN Persero
DI PROVINSI GORONTALO B8.1 Kondisi kelistrikan saat ini
Sistem kelistrikan di Provinsi Gorontalo dipasok dari PLTD dan yang terbesar ada adalah PLTD Telaga di kota Gorontalo. Beberapa PLTD yang lain relatif kecil,
seperti PLTD Buroko, Marisa, Tilamuta dan seterusnya. Total daya terpasang PLTD sebesar 58 MW, daya mampu 35,4 MW dan beban puncak sekitar 38 MW.
Adanya permasalahan penurunan daya mampu akibat kerusakan pembangkit, membuat sistem
pada saat tertentu mengalami defisit daya. Upaya mengatasi hal tersebut dalam jangka pendek dilakukan dengan merelokasi PLTD HSD
Sewa dari sistem Minahasa ke sistem Gorontalo sebesar 5 MW pada Triwulan III 2009, sehingga status sistem Gorontalo saat ini dalam kondisi siaga.
Gambaran lokasi pembangkit PLTD di Gorontalo sesuai peta pada gambar 1.
Gambar 1. Peta Lokasi Pembangkit di Gorontalo
Rincian kapasitas pembangkit sistem Gorontalo sampai dengan tahun 2009 berdasarkan jenis pembangkit dan pengelolaannya dapat dilihat pada Tabel B8-1.
PLTD Sumalata PLTD Buroko
PLTD Gorontalo PLTD Tilamuta
623
Tabel B.8-1 Kapasitas Terpasang Pembangkit Sistem Gorontalo MW
No Nama Pembangkit
Jenis Pembangkit
Jenis B. Bakar
Pemilik Kapasitas
Terpasang MW Daya Mapu
MW
1
PLTD Telaga
PLTD HSD
PLN 22,080
13,600
2
PLTD Sewa Telaga
PLTD HSD
Pemkab 22,960
14,500
3
PLTD Buroko
PLTD HSD
PLN 3,120
2,490
4
PLTD Marisa
PLTD HSD
PLN 5,105
2,900
5
PLTD Tilamuta
PLTD HSD
PLN 1,620
850
6
PLTD Pancakarsa
PLTD HSD
PLN 180
150
7
PLTD Lemito
PLTD HSD
PLN 2,131
645
8
PLTD Sumalata
PLTD HSD
PLN 400
320
9
PLTD Tolinggula
PLTD HSD
PLN 500
250
58,096 35,705
Jumlah
B8.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik di Gorontalo.
Provinsi Gorontalo termasuk relativ baru dan untuk mengejar ketertinggalan dari Provinsi induk, pembangunan proyek prasarana dan fasilitas umum terus dipacu.
Ekonomi didorong tumbuh lebih cepat mencapai rata-rata 7 pertahun dan tentu hal ini mengakibatkan peningkatan yang signifikan akan kebutuhan pasokan
listrik.
Asumsi
9 Pertumbuhan ekonomi diasumsikan rata-rata sebesar 7,3. 9 Pertumbuhan penduduk diproyeksikan 1,04 pertahun
9 Susut distribusi ditargetkan turun menjadi 8,4 pada tahun 2011 9 Elastisitas pertumbuhan listrik terhadap pertumbuhan ekonomi 1,55
Proyeksi Kebutuhan Listrik Gorontalo 2010-2019
Kondisi Gorontalo yang sudah lama mengalami defisit daya dan sering dilakukan pemadaman bergilir terutama pada waktu beban puncak. Akibat kondisi tersebut,
PLN setempat dalam melakukan penyambungan pelanggan baru terpaksa dilakukan secara selektif dan hingga saat ini masih banyak calon pelanggan yang
belum bisa dilayani. Memperhatikan data realisasi pengusahaan lima tahun sebelumnya, proyeksi
kebutuhan listrik 2010 – 2019 sebagaimana terdapat pada tabel B.8-2.
624
Tabel B.8-2. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Tahun Sales GWh
Produksi GWh
Beban Puncak MW
Pelanggan 2010
188,6 210,6
43,1 113.671
2011 209,6
234,2 47,7
121.628 2012
232,7 260,2
52,8 130.107
2013 258,0
288,1 58,2
139.141 2014
285,8 318,6
64,1 148.778
2015 316,3
351,7 70,4
159.029 2016
351,4 389,9
77,7 170.051
2017 390,1
431,8 85,7
181.781 2018
432,6 478,1
94,5 194.279
2019 479,8
529,3 104,1
208.031 Growth
10,9 10,8
10,3 6,9
B8.3 Pengembangan Sarana Kelistrikan.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan distribusi, dengan memperhatikan potensi sumber
energy primer setempat, sebagai berikut.
Potensi Energi Primer
Potensi energi primer yang tersedia di Gorontalo untuk membangkitkan energi listrik cukup besar dan mempunyai peluang untuk dikembangkan
baik itu tenaga air maupun tenaga panas bumi, sebagaimana terlihat pada Tabel B.8-3 dan B.8-4.
Tabel B.8-3. Potensi Tenaga Air di provinsi Gorontalo
Potensi Jarak JTM
MW ke Lokasi
1 Bone I Suwawa
10.50 Sistem Gorontalo
PFS 2 Bone II
Suwawa 5.50
Sistem Gorontalo PFS
3 Bone III Suwawa
1.40 Sistem Gorontalo
PFS 4 Bulawa
Suwawa 3.20
Sistem Gorontalo FS
5 Mongango I Atingola
1.20 Sistem Gorontalo
12.00 DD
6 Mongango II Mongango
1.20 Sistem Gorontalo
10.00 DD
7 Dulukapa Deme I Sumalata
2.40 Sistem Sumalata
27.00 DD
8 Bolango Suwawa
1.60 Sistem Gorontalo
FS 9 Limtutu
Bolontio Timur Sumalata 0.60
Sistem Sumalata 3.00
SSI 10 Bolontio
Bolontio Barat Sumalata 0.43
Sistem Sumalata 2.00
SSI 11 Maranti
Papualangi Sumalata 0.31
Sistem Tolinggula 23.00
SSI 12 Sinar Harapan
Papualangi Sumalata 0.39
Sistem Tolinggula 25.00
SSI