KEBUTUHAN INVESTASI KELISTRIKAN PLN DAN IPP

106 RUPTL 2010 - 2019 Tabel 5.7 Proyeksi Rasio Keuangan 2010-2015 Unit 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Operating Ratio 87.94 86.31 85.36 84.11 84.17 83.89 Total Debt Total Asset 53.40 58.23 61.35 61.57 61.72 62.06 Rasio operasi menunjukkan trend yang membaik dengan adanya marjin operasi, sedangkan rasio hutang terhadap aset terus meningkat karena peningkatan hutang lebih besar daripada peningkatan dana internal.

d. Komposisi Sumber Pendanaan untuk Investasi

Sumber pendanaan investasi PLN berasal dari 3 sumber : i ekuitas pemerintah dari APBN ii dana internal yang berasal dari laba operasi dan iii pinjaman. APLN dana internal perusahaan berasal dari laba operasi yang sangat terbatas karena BPP lebih tinggi dari tarif rata-rata. APLN hanya didapat dari selisih antara marjin PSO + depresiasi aset dan pembayaran cicilan pokok. PLN hanya dapat meminjam dalam jumlah yang sangat terbatas karena dibatasi oleh covenant pinjaman yang disyaratkan oleh lender dan bond holder. Kapasitas PLN dalam membuat pinjaman-baru dapat ditingkatkan jika revenue PLN meningkat, baik dari tarif maupun marjin PSO. Dengan melihat kemampuan pendanaan iinternal PLN dan kemampuan meminjam PLN yang sangat terbatas seperti dijelaskan di atas, maka peran APBN setiap tahun menjadi sangat penting untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan oleh Pemerintah. Hal ini menjadi semakin penting karena secara politis sangat sulit menaikkan tarif ke tingkat yang lebih tinggi daripada BPP dalam waktu dekat. Untuk memenuhi kebutuhan investasi sekitar Rp 80 trilyun 30 per tahun untuk memenuhi pertumbuhan listrik 9.2 per tahun, maka kebutuhan 30 Termasuk pajak dan biaya bunga selama konstruksi RUPTL 2010 - 2019 107 APBN harus meningkat dari sekitar Rp 2 trilyun per tahun 31 menjadi Rp 30 - 40 trilyun per tahun 32 . Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjaga kemampuan PLN dalam melayani pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan oleh Pemerintah, maka harus dilakukan perbaikan sebagai berikut: - Peningkatan pendapatan PLN baik dari peningkatan tarif maupun peningkatan marjin PSO. - Peningkatan APBN hingga Rp 30 - 40 trilyun per tahun. - Peningkatan pinjaman murah SLA dimana pemerintah sebagai penjamin pinjaman. Tabel 5.8 Sumber Dana Investasi Milyar Rp Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 APBN 2.632 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 Internal Fund 10.198 6.301 33.254 17.967 13.726 11.015 Pinjaman 60.182 61.147 55.128 52.410 51.086 67.066 Total Kebutuhan dana 73.012 77.447 98.382 80.377 74.812 88.081

5.5.4 Kendala Pendanaan Dalam Pelaksanaan RUPTL

Seperti ditunjukkan pada butir 5.1, pelaksanaan proyek-proyek kelistrikan yang akan dilaksanakan oleh PLN sesuai RUPTL 2010-2019 mencapai US 60,6 miliar atau rata-rata US 6,1 miliar per tahun. Penyediaan dana investasi sebesar US 6,1 miliar per tahun adalah diluar kemampuan PLN apabila model ekonomi kelistrikan tetap seperti yang terjadi pada saat ini, yaitu subsidi hanya diberikan untuk menutup biaya operasi, dan tanpa diberikan margin yang cukup 33 untuk membuat PLN mampu menggalang dana investasi yang lebih besar. Namun demikian RUPTL 2010-2019 tetap disusun untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dengan melayani pertumbuhan demand 31 Rp 2 trilyun adalah rata-rata APBN untuk PLN selama beberapa tahun terakhir 32 Dengan melihat kemampuan dana internal APLN rata-rata Rp 15 – 20 trilyun dan kemampuan pinjaman untuk menjaga covenant hanya Rp 20 – 30 trilyun. 33 Sebelum tahun 2009 PLN hanya diberi margin 0, setelah itu PLN diperkenankan memperoleh margin 5 pada tahun 2009 dan 2010. Margin ini hanya menghasilkan ROA 2 pada tahun 2009, sedangkan benchmarking dengan utility yang regulated di negara lain pada umumnya ROA berkisar 8. Untuk mencapai ROA pada tingkat ini diperlukan kenaikan tarif dan tingkat margin yang sesuai.