KONDISI SISTEM PEMBANGKITAN KONDISI KELISTRIKAN SAAT INI

28 RUPTL 2010 - 2019 Tabel 3.9 Perkembangan Saluran Transmisi Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur kms Region 2005 2006 2007 2008 2009 Sumatra 275 kV - - 781 781 1.011 150 kV 4.361 8.521 7.739 8.423 8.221 70 kV 310 310 334 334 334 Kalimantan 150 kV 1.120 1.264 1.305 1.429 1.429 70 kV 123 123 123 123 123 Sulawesi 150 kV 1.044 1.769 1.839 1.957 1.957 70 kV 420 505 505 505 519 Sub-Total 275 kV - - 781 781 1.011 150 kV 6.525 11.554 10.884 11.509 11.657 70 kV 853 938 962 962 976 Total 7.378 12.492 12.627 13.252 13.594 Tabel 3.9 menunjukkan bahwa pembangunan sarana transmisi meningkat 84,3 per tahun dimana panjang saluran transmisi pada tahun 2005 sekitar 7.378 kms meningkat menjadi 13.594 kms pada tahun 2009. Sistem Transmisi Jawa Bali Perkembangan kapasitas trafo gardu induk dan sarana penyaluran sistem Jawa Bali untuk 5 tahun terakhir ditunjukkan pada Tabel 3.10 dan Tabel 3.11. Tabel 3.10 Perkembangan Kapasitas Trafo GI Sistem Jawa-Bali x1.000 Level Tegangan Unit 2005 2006 2007 2008 2009 15020 kV MVA 24,47 25,30 26,07 26,15 27,08 7020 kV MVA 2,79 2,88 2,80 2,75 2,74 Jumlah MVA 27,26 28,18 28,87 28,90 29,82 B.Puncak MW 15,35 15,95 16,26 16,31 17,21 Tabel 3.11 Perkembangan Saluran Transmisi Sistem Jawa Bali Level Tegangan Unit x1.000 2005 2006 2007 2008 2009 500 kV kms 3,58 5,05 5,05 5,09 5,11 150 kV kms 11,23 11,27 11,61 11,85 11,97 70 kV kms 3,77 3,66 3,58 3,61 3,61 RUPTL 2010 - 2019 29 Dari Tabel 3.11 dapat dilihat bahwa panjang saluran transmisi 70 kV terus berkurang karena ditingkatkan uprated menjadi 150 kV guna meningkatkan kapasitas, keandalan dan perbaikan kualitas pelayanan ke konsumen. Keseimbangan kapasitas pembangkit dengan kapasitas trafo interbus IBT dan trafo GI per sistem tegangan 500 kV, 150 kV dan 70 kV dalam kurun waktu 5 tahun terakhir diperlihatkan oleh Tabel 3.12. Tabel 3.12 Kapasitas Pembangkit dan Interbus Transformer IBT Level Tegangan Satuan x1.000 2005 2006 2007 2008 2009 Kit.Sistem 500 kV MW 11,65 12,97 12,97 12,97 12,97 Trf. 500150 kV MVA 15,50 17,00 17,00 17,00 17,50 Kit. Sistem 150 kV MW 7,55 8,89 8,99 9,01 10,11 Trf. 15070 kV MVA 3,58 3,58 3,58 3,58 3,82 Kit. Sistem 70 kV MW 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 Trf. 15020 kV MVA 24,47 25,30 26,07 26,15 26,33 Trf. 7020 kV MVA 2,79 2,88 2,80 2,75 2,74 Bottleneck Transmisi di Sistem Jawa Bali Sebagaimana telah disebutkan pada butir 3.2, selama tahun 2009 telah terjadi kondisi krisis kelistrikan di Jakarta dan Bali sebagai akibat dari adanya bottleneck pada sistem transmisi yang memasok Jakarta metropolitan dan pulau Bali. Beban listrik di metropolitan Jakarta sekitar 5.000 MW dilayani oleh pembangkit di Muara Karang dan Tanjung Priok yang terhubung ke sistem jaringan tegangan tinggi 150 kV. Sistem 150 kV Jakarta ini juga dipasok oleh sistem transmisi tegangan ekstra tinggi 500 kV melalui interbus transformer 500150 kV di GITET Bekasi, Cawang, Gandul, Depok dan Kembangan. Pembebanan trafo IBT di GITET-GITET tersebut telah sangat tinggi mendekati 100, sehingga pada saat terjadi gangguan pada trafo IBT di GITET Kembangan dan Cawang pada bulan Oktober 2009, sistem Jakarta menjadi defisit sekitar 1.000 MW yang tidak dapat dilayani karena tidak tersedia trafo IBT cadangan, atau terjadi kondisi bottleneck. Hal ini telah menyebabkan terjadinya pemadaman di sebagian kawasan Jakarta dari awal Oktober 2009 sampai dengan minggu kedua Desember 2009, setelah pembangunan GITET 30 RUPTL 2010 - 2019 Balaraja dapat dipercepat dan kerusakan trafo IBT di GITET Cawang selesai diganti. Belajar dari pengalaman tersebut, PLN telah membuat rencana perkuatan pasokan listrik Jakarta dan kota-kota besar lainnya dalam RUPTL ini.

3.4 KONDISI SISTEM DISTRIBUSI

Beberapa tahun belakangan ini investasi di jaringan distribusi sangat terbatas, sementara permintaan sambung baru dan tambah daya seluruh Indonesia cenderung naik dari tahun ke tahun sehingga tahun 2009 daftar tunggu mencapai 6.000 MVA, dimana untuk metropolitan Jakarta saja jumlahnya mencapai 4.000 MVA. Melihat kondisi ini PLN terpaksa menerapkan partisipasi dari pelanggancalon pelanggan untuk membiayai investasi penyambungan.

3.4.1 Susut Jaringan Distribusi

Realisasi rugi jaringan distribusi PLN mulai tahun 2004 cenderung menurun ke tingkat 10,55 pada tahun 2008 sejalan dengan usaha-usaha menekan susut jaringan seperti terlihat pada Tabel 3.13. Tabel 3.13 Rugi Jaringan Distribusi 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Susut Distribusi 8,96 9,28 9,18 8,84 8,29 7,93

3.4.2 Keandalan Pasokan

Realisasi keandalan pasokan listrik kepada konsumen yang diukur dengan indikator SAIDI dan SAIFI 8 jaringan PLN pada lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.14. 8 SAIDI adalah System Average Interruption Duration Index, SAIFI adalah System Average Interruption Frequency Index RUPTL 2010 - 2019 31 Tabel 3.14 SAIDI dan SAIFI PLN 2004 2005 2006 2007 2008 2009 SAIDI jampelanggantahun 9,43 15,77 27,01 28,94 80,90 16,70 SAIFI kalipelanggantahun 11,78 12,68 13,85 12,77 13,33 10,78 Gambaran mengenai kondisi kelistrikan saat ini yang lebih detail dapat dilihat pada Lampiran A, B dan C yang menampilkan kondisi kelistrikan per provinsi. 3.5 MASALAH-MASALAH YANG MENDESAK 3.5.1 Daerah Krisis Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur Banyak sistem kelistrikan di Indonesia Barat dan Indonesia Timur, baik pada sistem interkoneksi yang cukup besar maupun sistem isolated yang kecil, mengalami krisis pada tahun 2010. Krisis tersebut disebabkan oleh keterbatasan kemampuan pembangkit PLN dan IPP dalam memenuhi kebutuhan. Hal ini ditandai oleh adanya pemadaman bergilir yang cukup parah dan upaya jangka pendek yang dilakukan PLN adalah sewa pembangkit dan pembelian excess power dari captive. Sistem kelistrikan yang mengalami kondisi krisis per bulan Maret 2010 sesuai Permen ESDM No. 89-1220600.12010 adalah : Untuk sistem dengan beban puncak ≥ 10 MW : • Sumatera : Takengon, Subulussalam, Meulaboh, Merawang, Belitung • Kalselteng : Barito • Papua dan Papua Barat : Jayapura, Timika, Sorong Untuk sistem dengan beban puncak 10 MW : • Aceh : Kutacane • Sumut : Nias, Nias Selatan • Bengkulu : Muko-muko • Bangka Belitung : Mentok, Koba, Toboali • Suluttenggo : Talaud, Moutong • Sulselrabar : Raha, Wangi-wangi, Kolaka Utara, Buton Utara, Selayar • Maluku dan Maluku Utara : Tual, Masohi, Saumlaki, Sanana, Bacan