RUPTL 2010 - 2019 15
Untuk sistem Jawa-Bali, dalam RUPTL ini PLN akan mulai menggunakan PLTU batubara dengan kapasitas unit 1,000 MW dengan teknologi boiler supercritical
untuk memperoleh efisiensi dan tingkat emisi yang lebih baik, termasuk untuk proyek IPP. Penggunaan ukuran unit sebesar ini juga didorong oleh semakin
sulitnya memperoleh lahan untuk membangun pusat pembangkit skala besar di pulau Jawa. Pertimbangan lainnya adalah pada tahun 2012 diperkirakan beban
puncak sistem Jawa Bali telah mencapai lebih dari 25 GW. Secara umum pemilihan lokasi pembangkit harus diupayakan memenuhi prinsip
regional balance. Regional balance adalah situasi dimana kebutuhan listrik suatu region dipenuhi sebagian besar oleh pembangkit yang berada di region
tersebut dan tidak banyak tergantung pada pasokan daya dari region lain melalui saluran transmisi interkoneksi. Dengan prinsip ini, kebutuhan transmisi
akan minimal. Namun demikian kebijakan regional balance ini tidak membatasi PLN dalam
mengembangkan pembangkit di lokasi yang jauh dan mengirim energinya ke pusat beban melalui transmisi, sepanjang hal tersebut layak secara teknis dan
ekonomis. Hal ini tercermin dari adanya rencana untuk mengembangkan PLTU mulut tambang skala besar di Sumatra Selatan dan menyalurkan sebagian
besar listriknya ke pulau Jawa melalui transmisi arus searah tegangan tinggi high voltage direct current transmissionHVDC. Rencana ini hanya akan
dilaksanakan apabila kebutuhan listrik di seluruh wilayah Sumatera telah terpenuhi dengan cukup. Situasi yang sama juga terjadi di sistem Sumatera,
dimana sumber energi batubara, panas bumi dan gas lebih banyak tersedia di Sumbagsel, sehingga di wilayah ini banyak dikembangkan PLTU batubara dan
PLTP yang energinya akan ditransfer ke Sumbagut.
2.3 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TRANSMISI
Pengembangan saluran transmisi secara umum diarahkan kepada tercapainya keseimbangan antara kapasitas pembangkitan di sisi hulu dan permintaan daya
pada distribusi di sisi hilir secara efisien dengan kriteria keandalan tertentu. Disamping itu pengembangan saluran transmisi juga dimaksudkan sebagai
usaha untuk mengatasi bottleneck penyaluran, perbaikan tegangan pelayanan dan fleksibilitas operasi.
16 RUPTL 2010 - 2019
Sejalan dengan kebijakan pengembangan pembangkitan untuk mentransfer energi listrik dari wilayah yang mempunyai sumber energi primer tinggi ke
wilayah lain yang mempunyai sumber energi primer terbatas, maka sistem Sumatera yang pada saat ini tengah berkembang pesat memerlukan jaringan
interkoneksi utama backbone yang kuat mengingat jarak geografis yang sangat luas. Sebagai dampak dari kebijakan tersebut dalam RUPTL ini
direncanakan pembangunan jaringan interkoneksi dengan tegangan 275 kV AC pada tahap awal dan tegangan 500 kV AC pada saat diperlukan, yaitu mulai
tahun 2018. Kebijakan utama lainnya adalah pembangunan sistem transmisi dilaksanakan
dengan mempertimbangkan pertumbuhan beban sampai dengan 10 tahun ke depan.
Pada jaringan yang memasok ibukota negara direncanakan looping antar sub- sistem dengan pola operasi terpisah untuk meningkatkan keandalan pasokan.
Pada saluran transmisi yang tidak memenuhi kriteria keandalan N-1 akan dilaksanakan reconductoring dan uprating.
Perluasan jaringan transmisi dari grid yang telah ada untuk menjangkau sistem isolated yang masih dilayani PLTD BBM grid extension dilaksanakan dengan
mempertimbangkan aspek ekonomi dan teknis.
Penentuan lokasi GI dilakukan atas pertimbangan keekonomian biaya pembangunan fasilitas sistem transmisi tegangan tinggi, biaya pembebasan
tanah, biaya pembangunan fasilitas sistem distribusi tegangan menengah dan harus disepakati bersama antara unit pengelola sistem distribusi dan unit
pengelola sistem transmisi. Pemilihan teknologi seperti jenis menara transmisi, penggunaan tiang, jenis
saluran saluran udara, kabel bawah tanah dan perlengkapan pemutus, pengukuran dan proteksi dilakukan oleh manajemen unit melalui analisis dan
pertimbangan keekonomian jangka panjang, dan pencapaian tingkat mutu pelayanan yang lebih baik, dengan tetap memenuhi standar SNI, SPLN atau
standar internasional yang berlaku. Kebijakan lebih rinci mengenai pengembangan transmisi adalah sebagai
berikut: