307
Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk GI Pengembangan GI
Guna menyalurkan energi listrik yang berasal dari pembangkit yang masuk ke sistem interkoneksi 150 kV, hingga tahun 2019 diperlukan pengembangan 59 buah
GI 150 kV seperti diperlihatkan pada Tabel-3.3.
Tabel-3.3. Pengembangan Gardu Induk di Provinsi Riau
No Tegangan Kap
Biaya M USD
COD
1 Garuda
Sakti 15020
kV 60
2.10 2010
2 Bagan
Batu 15020
kV 20
1.15 2010
3 Pasir
Pangarayan 15020
kV 20
1.15 2011
4 Bangkinang
Ext LB 15020
kV 2
LB 1.23
2011 5
Rengat 15020
kV 30
2.62 2011
6 Teluk
Kuantan Ext LB 15020
kV 3
LB 1.85
2011 7
Pasir Putih
15020 kV
60 4.00
2012 8
Garuda Sakti Ext LB
15020 kV
2 LB
1.23 2012
9 New
Garuda Sakti 15020
kV 60
3.34 2012
10 Bangkinang
15020 kV
30 1.39
2012 11
Tenayan 15020
kV 30
2.62 2012
12 Tembilahan
15020 kV
30 2.62
2012 13
Rengat Ext LB
15020 kV
2 LB
1.23 2012
14 Bagan
Siapiapi 15020
kV 20
2.38 2012
15 Dumai
Ext LB 15020
kV 2
LB 1.23
2012 16
Duri 15020
kV 30
1.39 2013
17 Dumai
15020 kV
30 1.39
2013 18
Teluk Kuantan
15020 kV
30 1.39
2013 19
Pangkalan Kerinci
15020 kV
30 2.62
2013 20
Pasir Putih Ext LB
15020 kV
2 LB
1.23 2013
21 Rengat
15020 kV
30 1.39
2014 22
Perawang 15020
kV 30
2.62 2014
23 Siak
Sri Indra Pura 15020
kV 30
2.62 2014
24 Tenayan
Ext LB 15020
kV 2
LB 1.23
2014 25
Tenayan Ext LB
15020 kV
2 LB
1.23 2014
26 Pasir
Pangarayan 15020
kV 30
1.39 2015
27 Duri
15020 kV
60 2.10
2016 28
Pasir Putih
15020 kV
60 2.10
2016 29
Bagan Batu
15020 kV
30 1.39
2016 30
KID Dumai
15020 kV
30 2.62
2016 31
Dumai Ext LB
15020 kV
2 LB
1.23 2016
32 Tenayan
15020 kV
30 1.39
2017 33
Dumai 15020
kV 60
2.10 2018
34 Teluk
Kuantan 15020
kV 30
1.39 2018
35 Tembilahan
15020 kV
30 1.39
2018 36
Bagan Siapi‐api
15020 kV
20 1.15
2018 37
Kandis 15020
kV 30
2.62 2018
38 Bangkinang
15020 kV
60 2.10
2019 39
New Garuda Sakti
15020 kV
30 1.39
2019 40
New Garuda Sakti
275150 kV
500 26.54
2012 41
Rengat 275150
kV 500
26.81 2015
42 New
Garuda Sakti 500275
kV 1000
36.22 2018
43 Garuda
Sakti HVDC Stasion Converter 250
kV DC 600
72.92 2015
jumlah 3670
234.08
Nama Gardu Induk
308 Pada tabel-3.3 dapat dilihat adanya rencana pembangunan GI dengan tegangan
ekstra tinggi 275 kV dan 500 kV, serta konverter transmisi HVDC 250 kVDC yang merupakan bagian dari link interkoneksi Sumatra - Malaysia.
Pengembangan Transmisi
Pengembangan transmisi 150 kV di provinsi Riau direncanakan sepanjang 4.054 kms hingga tahun 2019 dengan kebutuhan dana UD 539 juta seperti ditampilkan
dalam Tabel-3.4.
Tabel-3.4. Pembanguan SUTT 150 kV, 275 kV, 500 kV dan Transmisi HVDC ± 250 kV
No. Dari
Ke Tegangan
kms COD
Biaya M
USD
1 Teluk
Kuantan Rengat
150 kV
2 cct, 1 HAWK
194 2011
10.7 2
Bangkinang Pasir
Pangarayan 150
kV 2 cct,
1 HAWK 220
2011 12.2
3 Dumai
Bagan Siapi api
150 kV
2 cct, 1 HAWK
134 2012
7.4 4
Rengat Tembilahan
150 kV
2 cct, 1 HAWK
220 2012
12.2 5
Garuda Sakti
New Garuda Sakti
150 kV
2 cct, 2 Zebra
50 2012
4.9 6
New Garuda Sakti
Pasir Putih
150 kV
2 cct, 2 HAWK
50 2012
3.8 7
Pasir Putih
Pangkalan Kerinci
150 kV
2 cct, 2 HAWK
150 2013
11.4 8
Tenayan PLTU Riau
Siak Sri Indra Pura
150 kV
2 cct, 1 HAWK
40 2014
2.2 9
Tenayan PLTU Riau
Perawang 150
kV 2 cct,
1 HAWK 50
2014 2.8
10 Tenayan
PLTU Riau Pasir
Putih 150
kV 2 cct,
2 HAWK 40
2014 3.1
11 Dumai
KID Dumai
150 kV
2 cct, 1 HAWK
56 2016
3.1 12
Rengat Pangkalan
Kerinci 150
kV 2 cct,
2 HAWK 220
2015 16.8
13 Kandis
Incomer G.Sakti ‐ Duri
150 kV
2 cct, 1 HAWK
10 2018
0.6 14
Payakumbuh New
Garuda Sakti 275
kV 2 cct,
2 Zebra 300
2012 67.5
15 Rengat
New Garuda Sakti
275 kV
2 cct, 4 Dove
440 2015
136.0 16
Rengat Cirenti
PLTU Riau MT 275
kV 2 cct,
2 Zebra 110
2016 24.8
17 New
Garuda Sakti Rantau
Prapat 500
kV 2 cct,
4 Dove 670
2018 207.0
18 P.
Rupat Selatan Sumatra
250 kV DC
2 Cable MI with IRC
10 2015
9.8 19
Sumatera Garuda
Sakti 250
kV DC 2 cct
2 Falcon 340
2015 14.9
jumlah 3304
551.2
Conductor
Dapat dilihat pada tabel-3.4 akan dibangun transmisi bertegangan 500 kV yang cukup panjang di provinsi Riau pada tahun 2018. Transmisi ini merupakan tulang
punggung interkoneksi Sumatra yang berkapasitas jauh lebih besar dari pada sistem transmisi 275 kV untuk meningkatkan keandalan dan keekonomian sistem
kelistrikan Sumatra. Pada tahap awal akan dibangun transmisi 500 kV dari Aur Duri - Rengat – New Garuda Sakti – Rantau Parapat dengan jenis konduktor 4 Dove.
309
Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan tambahan pelanggan baru sekitar 729 ribu pelanggan sampai dengan 2019 atau rata-rata 73 ribu
pelanggan per tahun. Selaras dengan penambahan pelanggan tersebut, diperlukan pembangunan Jaringan Tegangan Menengah JTM 6,502 kms,
Jaringan Tegangan Rendah JTR sekitar 7,818 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi sekitar 819 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel-3.5.
Tabel-3.5. Pengembangan Distribusi Propinsi Riau
JTM JTR Trafo
kms kms
MVA
2010 391.9
451.7 47.3
45,716 2011
408.4 493.3
51.7 49,187
2012 446.6
539.2 56.5
53,028 2013
493.9 596.2
62.5 57,892
2014 579.9
699.3 73.3
66,798 2015
657.4 792.5
83.0 74,851
2016 744.2
896.9 94.0
83,877 2017
834.2 1,005.3
105.3 90,643
2018 927.5
1,117.7 117.1
99,859 2019
1,018.4 1,227.0
128.5 106,987
2010-2019 6,502.3
7,818.9 819.1
728,838
Tahun Pelanggan
A5.4. SISTEM DISTRIBUSI PULAU RUPAT Profil Pulau Rupat
Pulau Rupat di kabupaten Bengkalis, provinsi Riau, memiliki luas 1.500 km2 dan dihuni sekitar 30.000 jiwa, dengan distribusi penduduk di Rupat dan Rupat Utara.
Penduduk di Rupat Utara lebih banyak dibandingkan di Rupat. Secara geografis pulau Rupat sangat dekat dengan Malaka dan Port Dickson
Malaysia. Pulau Rupat apat menjadi tujuan wisata yang akan sangat diminati, karena pulau ini sangat indah, mempunyai bentangan pantai pasir putih hingga 17 kilometer.
Pengembangan pulau Rupat juga diharapkan dapat menjadi perangsang aktivitas ekonomi dan bisnis di Riau yang mencanangkan dirinya sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi, seni dan budaya Melayu. Secara geografis letaknya tepat menghadap Selat Malaka, hanya dipisahkan oleh selat sempit pantai Kota Dumai yang telah dirancang
310 sebagai pelabuhan distribusi barang dan jasa untuk Riau daratan dan Pulau
Sumatera. Pulau ini dapat dijangkau dari Pekanbaru, Dumai atau Bengkalis. Jalur utama
pengangkutan dari dan ke pulau ini adalah melalui laut dan telah direncanakan pembangunan jembatan sepanjang 8 km dari kota Dumai menuju pulau Rupat. Peta
Pulau Rupat ditampilkan pada gambar-2.
Gambar-2. Peta Pulau Rupat Provinsi Riau Pengembangan Sistem Distribusi Pulau Rupat
Saat ini listrik di pulau Rupat dipasok dari 5 sentral PLTD dengan kapasitas terpasang 3.600 kW namun mempunyai daya mampu hanya 1.195 kW dengan beban
puncak 841 kW. Sistem distribusi listrik berupa JTM sepanjang 69 kms, JTR 92 kms, gardu distribusi 36 unit, 878 kVA.
Pelanggan di pulau Rupat terdiri dari 60 pelanggan sosial 49,9 kVA, 2,132 pelanggan residensial 1.693.3 kVA, 18 pelanggan bisnis 30,9 kVA, dan 12
pelanggan publik 14,4 kVA. Rencana pengembangan kelistrikan di Pulau Rupat adalah menginter-koneksikan
kelima sub-sistem tersebut sehingga akan meningkatkan keandalan dan kinerja pembangkit secara keseluruhan.
311
A5.5. RINGKASAN
Ringkasan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, pembangunan fasilitas kelistrikan dan kebutuhan investasi adalah seperti tersebut dalam Tabel-5.1.
Tabel-5.1. Rangkuman
Energy Sales GWh
Produksi Energi GWh
Beban Puncak MW
Pembangkit MW
Gardu Induk MVA
Transmisi kms
2010 2.053,8
2.219,3 382,7
80 24,7
2011 2.247,3
2.424,0 418,2
34,0 50
414 108,9
2012 2.488,6
2.677,1 462,2
116,4 730
704 362,9
2013 2.780,7
2.992,0 516,9
128,0 120
150 286,7
2014 3.170,4
3.413,4 590,0
7,4 90
130 73,7
2015 3.609,9
3.889,1 672,5
5,0 1.130
1.010 337,0
2016 4.097,3
4.416,2 763,7
304,0 180
166 502,0
2017 4.604,8
4.964,6 858,6
304,0 30
468,1 2018
5.133,3 5.535,2
957,2 1.170
680 301,6
2019 5.649,6
6.161,2 1.065,4
90 76,9
Jumlah 35.835,5
38.692,1 6.687,4
898,8 3.670
3.254 2.542,4
Tahun Proyeksi Kebutuhan
Pembangunan Fasilitas Kelistrikan Juta US
312
LAMPIRAN A.6 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PT PLN Persero
DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU tanpa BATAM
A6.1. KONDISI SAAT INI
Provinsi Kepulauan Riau yang letak geografisnya sangat strategis karena berada pada pintu masuk Selat Malaka dari sebelah Timur juga berbatasan dengan pusat
bisnis dan keuangan di Asia Pasifik yakni Singapura. Disamping itu Provinsi ini juga berbatasan langsung dengan Malaysia.
Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 merupakan Provinsi ke-32 yang mencakup Kota Tanjungpinang, Batam,
Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga. Secara keseluruhan Wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 4 Kabupaten dan 2 Kota, 42
Kecamatan dan 256 KelurahanDesa dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil dimana 40 belum bernama dan berpenduduk. Luas wilayah provinsi Kepri 252.601
km2, di mana 95 - nya merupakan lautan dan hanya 5 merupakan wilayah darat, dengan batas wilayah sebagai berikut:
Utara dengan Vietnam dan Kamboja Selatan dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi
Barat dengan Singapura, Malaysia, dan Provinsi Riau Timur dengan Malaysia, Brunei, dan Provinsi Kalimantan Barat
Dengan letak geografis yang strategis, yaitu berada diantara Laut Cina Selatan, Selat Malaka dengan Selat Karimata, serta didukung potensi alam yang sangat potensial,
provinsi Kepulauan Riau dimungkinkan untuk menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi bagi Republik Indonesia dimasa depan. Apalagi saat ini pada beberapa
daerah di Kepulauan Riau Batam, Bintan, dan Karimun tengah diupayakan sebagai pilot project pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus KEK melalui kerjasama
dengan Pemerintah Singapura.
313
Gambar-1. Wilayah Propinsi Kepulauan Riau
Penerapan kebijakan KEK di Batam-Bintan-Karimun, merupakan bentuk kerjasama yang erat antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan partisipasi dunia
usaha. KEK ini nantinya merupakan simpul-simpul dari pusat kegiatan ekonomi unggulan, yang didukung baik fasilitas pelayanan prima maupun kapasitas prasarana
yang berdaya saing internasional. Setiap pelaku usaha yang berlokasi di dalamnya, akan memperoleh pelayanan dan fasilitas yang mutunya dapat bersaing dengan
praktik-praktik terbaik dari kawasan sejenis di Asia-Pasifik. Kepulauan Riau memerlukan dukungan pasokan tenaga listrik yang kontinu dan
andal terutama di Kota Tanjung Pinang yang merupakan ibu kota Provinsi Kepulauan Riau.
Pasokan listrik untuk kota Tanjung Pinang dipasok melalui system Tanjung Pinang yang melayani 3 daerah administrasi, yaitu Provinsi Kepulauan Riau oleh Gubernur,
Kotamadya Tanjung Pinang oleh walikota Tanjung Pinang serta kabupaten oleh Bupati.
314 Sistem Tanjung Pinang merupakan sistem kelistrikan isolated 20 kV yang dipasok
dari pembangkit PLTD Air Raja dan PLTD Sukaberenang. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan kelistrikan di Sistem Tanjung Pinang yang
melampaui kapasitas pembangkit yang ada saat ini telah menyebabkan beban puncak lebih tinggi dari daya mampu, sehingga terjadi pemadaman bergilir.
Pertambahan pelanggan tidak dilakukan sehingga banyak pelanggan yang melakukan penyambungan kepada tetangganya sehingga menambah banyaknya
pemadaman. Pada sistem isolated, jumlah pasokan energi untuk keseluruhan sistem isolated di
Provinsi Kepulauan Riau diperoleh dari 142 unit pembangkit kecil tersebar dengan total kapasitas terpasang sebesar 90,668 MW dan daya mampu 65.46 MW.
Tabel-1.1, Kondisi Pembangkit Isolated
Pemilik Jumlah Unit
Daya Terpasang
MW Daya
Mampu MW
Beban Puncak
MW PLN 136
80,868 55,304 53,373
Pemda 5 0.800
0.600 0,735 Sewa 3
9,000 10,000 11,350
Sebagain besar kondisi kelistrikan pada sistem isolated mengalami krisis kelistrikan dan ini telah berlangsung beberapa tahun terakhir. Kondisi krisis kelistrikan defisit
pasokan pada sistem isolated pada umumnya disebabkan oleh keterbatasan jumlah daya mampu mesin pembangkit, baik karena gangguan mesin pembangkit maupun
meningkatnya pertumbuhan pemakaian tenaga listrik alami.
A6.2. PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK
Ekonomi Riau dan Kepulauan Riau telah mengalami pertumbuhan cukup pesat yaitu sekitar 5.65 pada tahun 2008 termasuk migas dan selalu mengalami kenaikan
selama beberapa tahun kedepan. Kondisi ini diperkirakan masih akan terus berlanjut dalam beberapa tahun kedepan seiring dengan era otonomi daerah, dimana
percepatan pembangunan ekonomi lebih diarahkan pada upaya pemerataan dengan
315 memberikan kesempatan yang lebih besar kepada golongan masyarakat menengah
kebawah. Namun demikian, target pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih tetap menjadi perhatian Pemerintah Daerah dengan memberikan kemudahan kepada
investor untuk menanamkan modalnya di Kepulauan Riau. Semua rencana tersebut akan bisa dicapai apabila dukungan ketersediaan tenaga listrik di Provinsi Kepulauan
Riau bisa dipenuhi. Provinsi Kepulauan Riau dalam perekonomian diperkirakan makin meningkat,
ditandai dengan akan dibangunnya kawasan-kawasan industri dan pada beberapa Kabupaten telah dicanangkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus.
a. Asumsi
9 Pertumbuhan ekonomi di asumsikan rata-rata sebesar 5,65 per tahun dan tidak dipengaruhi oleh gejolak yang bersifat jangka pendek seperti krisis
finansial global. 9 Pertumbuhan penduduk diproyeksikan 3,03 pertahun
9 Susut distribusi ditargetkan turun menjadi 6,78 pada tahun 2010 dan pada tahun 2019 dengan target 6.81
9 Rasio elektrifikasi akan mencapai pada tahun 2019 baru mencapai 92,32 9 Elastisitas, rasio pertumbuhan listrik terhadap pertumbuhan ekonomi rata-rata
sebesar 1,24
b. Proyeksi Kebutuhan Listrik Provinsi Kepulauan Riau 2010-2019
Dari realisasi pengusahaan lima tahun sebelumnya dan dengan menggunakan asumsi tersebut diatas, kebutuhan listrik dihitung dengan software DKL 3.01,
diperoleh proyeksi kebutuhan listrik 2010 – 2019 seperti pada tabel-2.1.
316
Tabel-2.1. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
Tahun Energy
Produksi Beban
Pelanggan Sales
Energi Puncak
GWh GWh
MW 2010 465.0
502.6 87.4
130785.4 2011 503.5
547.3 93.7
139799.6 2012 545.0
595.1 100.4
149568.8 2013 594.8
650.5 108.1
161704.5 2014 660.6
723.8 118.6
178348.2 2015 737.5
809.5 130.8
197409.9 2016 821.8
903.5 143.9
218227.0 2017 906.3
997.8 156.8
238877.6 2018 989.8
1091.2 169.1
259288.3 2019 1067.0
1191.0 182.1
277918.6 Growth
9.9 9.9
8.5 8.9
A6.3. Pengembangan Sarana Kelistrikan
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik diperlukan pembangunan sarana pembangkit, transmisi dan distribusi sebagai berikut.
Potensi Energi Primer
Sumber energi primer yang tersedia di Provinsi Kepulauan Riau untuk membangkitkan energi listrik terbatas pada sumber-sumber gas alam di Pulau
Natuna dengan kapasitas sebesar 55,3 TSCF dan air yang tersebar 4 lokasi dengan potensi sebesar 300 kW.
Pengembangan Pembangkit
Kebutuhan tenaga listrik sampai dengan tahun 2019 dipenuhi dengan mengembangkan kapasitas pembangkit di sistem Interkoneksi 150 kV dan sistem
Isolated. Rencana pengembangan pembangkit ditampilkan pada Tabel-3.1.
317
Tabel-3.1. Pengembangan Pembangkit di Provinsi Kepulauan Riau
Tahun Kapasitas
Operasi MW
1 Tj. Balai Karimum
PLTU PLN
On Going 2010
7.0 2
Tanjung Batu PLTD
PLN Rencana
2011 3.0
3 Tj. Balai Karimum
PLTU PLN
On Going 2011
7.0 4
Dabo Singkep PLTU
PLN Rencana
2012 3.0
5 Dabo Singkep
PLTU PLN
Rencana 2012
3.0 6
Natuna PLTU
PLN Rencana
2012 7.0
7 Natuna
PLTU PLN
Rencana 2012
7.0 8
Tanjung Batu PLTU
Swasta Rencana
2012 4.0
9 Tanjung Batu
PLTU Swasta
Rencana 2012
4.0 10
Tanjung Pinang I PLTU
Swasta PPA Terkendala
2013 10.8
11 Tanjung Pinang I
PLTU Swasta
PPA Terkendala 2013
10.8 12
Tj. Balai Karimum PLTU
Swasta PPA Terkendala
2013 6.0
13 Tj. Balai Karimum
PLTU Swasta
PPA Terkendala 2013
6.0 14
Dabo Singkep PLTD
PLN Rencana
2014 2.0
15 Tj. Balai Karimun II
PLTU Swasta
Rencana 2014
10.0 16
Tj. Balai Karimun II PLTU
Swasta Rencana
2014 10.0
17 Tanjung Pinang II FTP2
PLTU Swasta
Rencana 2014
15.0 18
Tanjung Pinang II FTP2 PLTU
Swasta Rencana
2014 15.0
19 Tanjung Batu
PLTD PLN
Rencana 2017
3.0 20
Tj. Balai Karimun PLTD
PLN Rencana
2018 4.0
21 Tj. Balai Karimun III
PLTU Swasta
Rencana 2019
10.0
No Nama Proyek
Jenis Pemilik
Status
Pengembangan Transmisi dan Gardu Induk GI Pengembangan GI
Sampai dengan tahun 2019 diperlukan pengembangan GI 150 kV di 5 lokasi seperti diperlihatkan pada Tabel-3.2
Tabel-3.2. Pengembangan Gardu Induk Baru di Provinsi Kepulauan Riau
No Nama
Tegangan COD
Sumber Kap.
Dana Dana
MVA M
USD 1
Tanjung Pinang Air Raja
15020 kV
2014 Unallocated
60 3.34
2 Sri
Bintan Tj Uban 15020
kV 2014
Unallocated 30
2.62 3
Dompak 15020
kV 2017
Unallocated 30
2.62 Jumlah
120 8.58
318 Selain itu diperlukan juga extension banyak GI eksisting dengan menambah unit
trafo 15020 kV hingga tambahan kapasitas seluruhnya mencapai 90 MVA dengan kebutuhan dana sekitar USD 3.49 juta sebagaimana diperlihatkan pada tabel-3.3
Tabel-3.3. Pengembangan Extension Gardu Induk di Provinsi Kepulauan Riau
No Nama
Tegangan COD
Sumber Kap.
Dana Dana
MVA M
USD 1
Tanjung Pinang Air Raja
15020 kV
2019 Unlocated
60 2.10
2 Sri
Bintan Tj Uban 15020
kV 2020
Unlocated 30
1.39 Jumlah
90 3.49
Pengembangan Transmisi
Selaras dengan pengembangan GI 150 kV, diperlukan pengembangan Saluran Udara Tegangan Tinggi SUTT 150 kV sepanjang 330 kms dengan kebutuhan
dana sekitar 71,9 juta seperti ditampilkan dalam Tabel-3.4
Tabel-3.4. Pembanguan SUTT 150-250 kV
No. Dari
Ke Tegangan
kms Biaya
M USD
COD 1
Tanjung Kasang
Tanjung Sauh
150 kV
2 cct, 3 x 300 mm2
6 2.4
2014 2
Tanjung Sauh
Pulau Ngenang
150 kV
2 cct, 1 HAWK
10 0.6
2014 3
Pulau Ngenang
Tanjung Taluk
150 kV
2 cct, 3 x 300 mm2
12 4.8
2014 4
Tanjung Taluk
Tanjung Uban Sri Bintan
150 kV
2 cct, 1 HAWK
60 3.3
2014 5
Tanjung Uban Sri Bintan Tanjung Pinang Air Raja
150 kV
2 cct, 1 HAWK
70 3.9
2014 6
Tanjung Pinang Air Raja
Dompak 150
kV 2 cct,
1 HAWK 60
3.3 2017
7 Border
Pulau Rupat
250 kV DC
2 Cable MI with IRC
52 51.0
2015 8
Pulau Rupat Utara
Pulau Rupat Selatan
250 kV DC
2 Falcon 60
2.6 2015
Jumlah 330
71.9 Conductor
Dengan selesainya pembangunan GI SUTT tersebut di atas, maka akan meningkatkan keandalan pasokan system kelistrikan Kepulauan Riau.
Pengembangan Distribusi
Sesuai dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik, diperlukan tambahan pelanggan baru sekitar 149,628 ribu pelanggan sampai dengan 2019 atau rata-rata 14.962
319 pelanggan setiap tahunnya. Selaras dengan penambahan pelanggan tersebut,
diperlukan pembangunan Jaringan Tegangan Menengah JTM 1,507 kms, Jaringan Tegangan Rendah JTR sekitar 1.784 kms dan tambahan kapasitas trafo distribusi
sekitar 187 MVA, seperti ditampilkan dalam Tabel-3.5 berikut.
Tabel-3.5. Pengembangan Sistem Distribusi di Provinsi Kepulauan Riau
JTM JTR Trafo
kms kms
MVA
2010 90.8
103.1 10.8
9,385 2011
94.6 112.6
11.8 10,098
2012 103.5
123.0 12.9
10,886 2013
114.5 136.0
14.3 11,885
2014 134.4
159.6 16.7
13,713 2015
152.3 180.8
18.9 15,367
2016 172.4
204.7 21.4
17,220 2017
193.3 229.4
24.0 18,609
2018 214.9
255.0 26.7
20,501 2019
236.0 280.0
29.3 21,964
2010-2019 1,506.8
1,784.1 186.9
149,628
Tahun Pelanggan
A6.4. SISTEM DISTRIBUSI KE NATUNA Profil Natuna
Kabupaten Natuna, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Natuna terletak paling utara Indonesia. Di sebelah utara, Natuna
berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, di selatan berbatasan dengan Sumatera Selatan dan Jambi, di bagian barat dengan Singapura, Malaysia, Riau, dan di bagian
timur dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat seperti terlihat pada gambar-2.