Pengembangan Sistem Penyaluran Wilayah Operasi Indonesia Timur

RUPTL 2010 - 2019 93 Dalam kurun waktu 10 tahun mendatang dari tahun 2010 sampai dengan 2019 untuk sistem Jawa Bali diperlukan tambahan jaringan tegangan menengah sebanyak 80.063 kms, jaringan tegangan rendah 141.566 kms, kapasitas trafo distribusi 20.638 MVA dan jumlah pelanggan 15,8 juta.

4.10 PENGEMBANGAN LISTRIK PERDESAAN

Untuk saat ini pembangunan listrik desa di seluruh Indonesia dilaksanakan oleh 28 Satuan Kerja Listrik Desa Satker Lisdes, dimana untuk 24 Satker Lisdes tersebut berada pada masing-masing propinsi, kecuali untuk 4 Satker Lisdes merupakan gabungan dua propinsi seperti : Satker Lisdes Riau Riau Kepulauan, Jawa Tengah Yogyakarta, Sulawesi Selatan Sulawesi Barat, serta Papua Papua Barat. Sasaran kuantitatif pembangunan listrik desa adalah bertujuan meningkatkan rasio elektrifikasi dan rasio desa berlistrik, dengan mengacu pada sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM tahun 2010-2014, yaitu untuk rasio elektrifikasi dari 67,2 tahun 2010 menjadi sebesar 80 di tahun 2014, dan untuk rasio desa berlistrik 94,6 tahun 2010 menjadi sebesar 98,9 di tahun 2014. Tujuan pembangunan listrik desa seperti yang disebutkan diatas, juga bertujuan untuk : • Mendorong peningkatan ekonomi masyarakat pedesaan • Meningkatkan kualitas bidang pendidikan dan kesehatan • Mendorong produktivitas ekonomi, sosial dan budaya masyarakat pedesaan • Memudahkan dan mempercepat masyarakat pedesaan memperoleh informasi dari media elektronik serta media komunikasi lainnya. • Meningkatkan keamanan dan ketertiban yang selanjutnya diharapkan juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Tabel 4.38 Rekap Program Listrik Perdesaan Indonesia 2010-2014 JTM JTR kms kms MVA Unit 250 kW 500 kW 2010 1.431,8 4.243,6 45,7 850 27 19 29.403 2011 7.891,5 7.082,6 245,7 3.690 31 38 333.050 2012 11.396,2 9.866,4 296,1 3.900 - - 343.788 2013 11.228,4 9.927,9 297,3 3.948 - - 333.296 2014 11.019,2 10.138,3 328,6 4.058 - - 379.790 Tahun Trafo Genset Unit Jm l Pelanggan 94 RUPTL 2010 - 2019

4.11 PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

Energi baru dan terbarukan EBT skala besar seperti panas bumi dan PLTA telah dibahas dalam pengembangan kapasitas pembangkit pada butir 4.4. Butir ini hanya membahas pengembangan EBT skala kecil. Dengan pertimbangan wilayah usaha PLN yang sangat luas, keterbatasan infrastruktur transportasi untuk membawa energi primer ke lokasi terpencil khususnya di wilayah Indonesia Timur serta penyebaran penduduk yang tidak merata, maka pengembangan EBT oleh PLN dibagi dalam 2 tahap, yaitu : Tahap I 2010 – 2014 : diutamakan untuk wilayah Indonesia Timur dengan menerapkan sistem hybrid gabungan PLTD BBM dengan EBT. Pada perioda ini kemampuan keuangan PLN masih terbatas, dan pembangunan EBT dimaksudkan untuk dapat mengurangi penggunaan BBM sehingga dapat mengurangi biaya pokok produksi, terutama untuk daerah-daerah tertinggal, pulau-pulau terdepan dekat perbatasan dan pulau-pulau terluar. EBT yang akan dikembangkan adalah PLTMH, PLTS, PLTB, biofuel dan PLT biomass. Selain itu di wilayah Indonesia Barat akan dikembangkan PLT biomass dan PLTMH. Tahap II 2015 – 2019 : sejalan dengan membaiknya kondisi keuangan PLN pada perioda ini pembangunan EBT dapat ditingkatkan kapasitasnya di seluruh Indonesia, terutama untuk PLTS dan PLTB di daerah tertinggal, pulau terdepan dan pulau terluar atau terpencil, termasuk juga daerah yang belum dilistriki oleh PLN. Untuk dapat melaksanakan program tersebut sangat diperlukan dukungan dan kerjasama semua pihak terutama PLN, pemerintah pusat, daerah, swasta dan masyarakat. Rencana pengembangan pembangkit EBT skala kecil dan perkiraan biayanya ditunjukkan pada Tabel 4.39 dan Tabel 4.40.