Elastisitas ASUMSI DALAM PRAKIRAAN KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK

RUPTL 2010 - 2019 51 Tahun Indonesia Jawa - Bali Luar Jawa 2010 1,12 0,87 1,49 2011 1,14 0,85 1,57 2012 1,09 0,82 1,48 2013 1,06 0,79 1,45 2014 1,05 0,80 1,43 2015 0,98 0,73 1,33 2016 0,99 0,73 1,36 2017 0,96 0,70 1,33 2018 0,92 0,66 1,29 2019 0,89 0,63 1,26 Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2000 – 2025” [1]

4.3 PRAKIRAAN KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK 2010 - 2019

Menunjuk asumsi-asumsi pada butir 4.2, kebutuhan tenaga listrik selanjutnya diproyeksikan dan hasilnya diberikan pada Tabel 4.6. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kebutuhan energi listrik pada tahun 2019 akan menjadi 334,4 TWh, atau tumbuh rata-rata 9,3 per tahun. Sedangkan beban puncak pada tahun 2019 akan menjadi 59.863 MW atau tumbuh rata-rata sebesar 9,5 per tahun. Tabel 4.6 Pertumbuhan Ekonomi, Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik dan Beban Puncak Periode 2010 – 2019 Tahun Pertumbuhan Sales Jumlah Beban Ekonomi TWh Puncak non-coincident MW 2010 5,9 147,8 26.246 2011 6,2 161,1 28.796 2012 6,2 176,4 31.692 2013 6.2 193,6 34.813 2014 6,2 212,7 38.206 2015 6,2 233,7 41.916 2016 6,1 256,3 45.938 2017 6,1 280,7 50.270 2018 6,1 306,9 54.896 2019 6,1 334,4 59.863 Proyeksi jumlah pelanggan pada tahun 2010 adalah sebesar 42,1 juta dan akan bertambah menjadi 66,0 juta pada tahun 2019 atau bertambah rata-rata 2,6 juta per tahun. Penambahan pelanggan tersebut akan meningkatkan rasio elektrifikasi dari 66,1 pada tahun 2009 menjadi 90,9 pada tahun 2019. 52 RUPTL 2010 - 2019 Proyeksi jumlah penduduk, pertumbuhan pelanggan dan rasio elektrifikasi diperlihatkan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Proyeksi Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Pelanggan dan Rasio Elektrifikasi Periode 2010 – 2019 Tahun Penduduk Pelanggan Rasio Elek. Rasio Elek RUKN Juta Juta 2010 235,5 42,1 66,1 67,2 2011 238,2 44,3 68,5 2012 240,8 46,7 71,1 2013 243,3 49,1 73,7 2014 245,9 51.7 76,5 2015 248,3 54,5 79,5 79,2 2016 250,7 57,3 82,5 2017 253,1 60,3 85,5 2018 255,5 63,3 88,5 2019 257,7 66,0 90,9 Dibandingkan dengan sasaran yang ingin dicapai oleh Pemerintah dalam RUKN tahun 2008-2027, rasio elektrifikasi dalam RUPTL ini pada tahun 2015 diproyeksikan akan sedikit lebih tinggi daripada RUKN 0,3 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.8 Prakiraan Kebutuhan Listrik, Angka Pertumbuhan dan Rasio Elektrifikasi Unit 2010 2011 2013 2015 2017 2019 1.Energy Demand - Indonesia - Jawa-Bali - Indonesia Timur - Indonesia Barat 2.Pertumbuhan - Indonesia - Jawa-Bali - Indonesia Timur - Indonesia Barat 3.Rasio Elektrifikasi - Indonesia - Jawa-Bali - Indonesia Timur - Indonesia Barat TWh 147,1 115,1 11,3 21,4 8,1 7,6 15,9 5,1 66,1 72,2 48,5 64,3 160,5 125,2 12,6 23,3 9,1 8,8 13,3 8,9 68,5 74,8 50,5 66,3 192,7 149,6 15,8 28,1 9,6 9,4 13,1 10,4 73,7 80,5 55,1 71,3 230,8 179,0 19,1 35,5 9,4 9,4 10,5 12,5 79,5 86,9 60,2 80.5 275,3 213,0 23,2 44,5 9,2 9,1 10,6 11,4 85,5 93,3 66,0 90,4 327,3 252,5 28,1 53,8

9,0 8,8

8,5 9,3 90,9 98,2 72,6 98.0 Proyeksi prakiraan kebutuhan listrik periode 2010–2019 ditunjukkan pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.2. Pada periode 2010-2019 kebutuhan listrik sistem Jawa Bali diperkirakan akan meningkat dari 115,1 TWh pada tahun 2010 menjadi RUPTL 2010 - 2019 53 252,5 TWh pada tahun 2019, atau tumbuh rata-rata 8,97 per tahun. Untuk Indonesia Timur pada periode yang sama kebutuhan listrik akan meningkat dari 11,3 TWh menjadi 20,1 TWh atau tumbuh rata-rata 10,6 per tahun. Wilayah Indonesia Barat tumbuh dari 21,4 TWh pada tahun 2010 menjadi 54,8 TWh pada tahun 2019 atau tumbuh rata-rata 10,2 per tahun. Gambar 4.2 Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN Tahun 2010 dan 2019 Proyeksi penjualan tenaga listrik per kelompok pelanggan dapat dilihat pada Gambar 4.2. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa pada sistem Jawa Bali kelompok pelanggan industri mempunyai porsi yang sangat besar, yaitu 43 dari total penjualan. Sedangkan di Indonesia Timur dan Indonesia Barat porsi pelanggan industri adalah cukup kecil, yaitu masing-masing hanya 14 dan 19. Pelanggan residensial masih mendominasi penjualan hingga tahun 2019, yaitu 50 untuk Indonesia Timur dan 52 untuk Indonesia Barat. 54 RUPTL 2010 - 2019 Rumah Tangga Bisnis Publik Industri 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Indonesia Rumah Tangga Bisnis Publik Industri 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Jawa ‐Bali Rumah Tangga Bisnis Publik Industri 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Indonesia Barat Rumah Tangga Bisnis Publik Industri 0.00 5,000.00 10,000.00 15,000.00 20,000.00 25,000.00 30,000.00 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Indonesia Timur Gambar 4.3 Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN Tahun 2010-2019 4.4 RENCANA PENGEMBANGAN PEMBANGKIT 4.4.1 Kategorisasi Kandidat Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur Kandidat pembangkit yang digunakan pada simulasi penambahan pembangkit di Indonesia Barat dan Timur cukup bervariasi tergantung kepada kapasitas sistem. Untuk sistem Sumatera misalnya, kandidat PLTU batubara adalah 100 MW, 200 MW dan 300 MW, PLTG pemikul beban puncak 100 MW. Untuk sistem Kalimantan, kandidat PLTU batubara adalah 25 MW, 50 MW dan 100 MW dengan PLTG pemikul beban puncak 30 MW dan 50 MW. Sistem lainnya menggunakan kandidat pembangkit yang lebih kecil. Sistem Jawa-Bali Pada sistem Jawa-Bali, kandidat pembangkit yang dipertimbangkan untuk rencana pengembangan adalah PLTU batubara supercritical kelas 1.000 MW dan 600 MW, PLTU batubara kelas 400 MW subcritical, PLTGU LNGgas alam 750 MW, PLTG BBM pemikul beban puncak 200 MW dan PLTA Pumped