PEMETAAN RISIKO ANALISIS RISIKO RUPTL 2010-2019

RUPTL 2010 - 2019 121 DAFTAR PUSTAKA 1. Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional RUKN 2008 – 2027, Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral, November 2008 2. Proyeksi Penduduk Indonesia 2000 – 2025, Bappenas, BPS, UN Population Fund, 2005 3. Pendapatan Nasional Indonesia 2001 – 2005, BPS, 2008 dan update dari website BPS 4. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN Persero 2007 – 2016 Perubahan, PT PLN Persero, 2007 5. Rencana Penyediaan Tenaga Listrik 2008 – 2017 dari beberapa Unit Bisnis PLN, PLN Wilayah, Distribusi, P3B , 2008 6. Draft Energy Outlook 2008, Pusdatin Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral, 2008 7. Statistik 2007, PT PLN Persero, 2008 8. Statistik 2008, PT PLN Persero, 2009 9. Indonesia Energy Outlook Statistics 2006, Pengkajian Energi UI, 2006 10. Berita Resmi Statistik, BPS, Februari 2008 11. Proyeksi Keuangan 2008-2015 PT PLN Persero, Direktorat Perencanaan dan Teknologi, 2008 12. Rencana Jangka Panjang Perusahaan 2007 – 2011, PT PLN Persero, 2007 13. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN Persero 2009 – 2018, PT PLN Persero, 2009 122 LAMPIRAN A WILAYAH OPERASI INDONESIA BARAT Lampiran A ini menjelaskan rencana pengembangan sistem kelistrikan di Wilayah Operasi Indonesia Barat, yang terdiri dari Sistem Interkoneksi Sumatera Lampiran A1, Sistem Kalimantan Barat A2, Pengembangan Kelistrikan Provinsi NAD A3 sampai dengan Provinsi Lampung A13 serta Neraca Daya Sistem- Sistem Isolated Indonesia Barat A14. 123 LAMPIRAN A1 SISTEM INTERKONEKSI SUMATERA A1.1 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik Produksi listrik pada sistem Sumatera diperkirakan meningkat rata-rata 10,9 per tahun antara tahun 2010 dan 2019, yaitu meningkat dari 21.533 GWh pada tahun 2010 menjadi 54.807 GWh pada tahun 2019. Sekitar 43 dari produksi tersebut adalah untuk memenuhi demand di sistem Sumatera bagian utara Sumbagut dan selebihnya nya untuk Sumatera bagian Selatan Sumbagsel. Faktor beban diperkirakan antara 65.4 sampai 66.9. Beban puncak sistem Sumatera pada tahun 2010 adalah 3.743 MW dan akan tumbuh rata-rata 10.7 per tahun, sehingga menjadi 9.355 MW pada tahun 2019. Proyeksi kebutuhan listrik sistem Sumatera tahun 2010 – 2019 ditunjukkan pada Lampiran A1.1. A1.2 Neraca Daya Sistem interkoneksi masih lemah Walaupun telah dibangun transmisi 150 kV Baganbatu – Rantauprapat yang menghubungkan sistem Sumbagut dan Sumbagselteng, namun kedua sistem tersebut pada dasarnya secara elektris masih terpisah. Kedua sistem ini belum dapat dioperasikan sebagai satu sistem interkoneksi karena terkendala oleh masalah stabilitas, yaitu adanya osilasi inter-area pada frekuensi rendah dengan damping sangat rendah antara kelompok generator di Sumbagut dan kelompok generator di Sumbagselteng. Interkoneksi kedua sistem melalui transmisi 275 kV Payakumbuh – Padangsidempuan pada tahun 2012 diharapkan akan dapat mewujudkan sistem interkoneksi Sumatra 1 . Dengan beroperasinya interkoneksi Sumatra, maka sistem Sumbagsel yang memiliki sumber energi primer yang banyak dan murah akan dapat memasok sebagian kebutuhan sistem Sumbagut, walaupun besarnya daya yang dapat ditransfer akan dibatasi oleh limit stabilitas sistem interkoneksi.. 1 Untuk memastikan hal tersebut diperlukan studi small signal stability.