104 RUPTL 2010 - 2019
tersebut digunakan sebagai covenant dalam perjanjian pinjaman PLN dengan para lender dan bond holder. Selanjutnya pada bagian ini akan diberikan
gambaran mengenai biaya pokok produksi listrik.
Asumsi dasar makro ekonomi dan asumsi korporasi yang digunakan dalam membuat proyeksi keuangan ini adalah sebagai berikut: i Tingkat bunga
pinjaman baru 8 untuk pinjaman dalam nominasi valuta asing US dan 12 untuk pinjaman dalam mata uang Rupiah, ii Terjadi kenaikan listrik sebesar
10 pada semester 2 Tahun 2010 dan 10 lagi pada tahun 2011, iii Kurs Rp 9,200US tahun 2010, Rp 9,750US tahun 2011 dan Rp 10,000US sampai
dengan 2015, iv Marjin usaha 5
28
pada tahun 2009 dan marjin 8 pada tahun 2010-2013, untuk tahun selanjutnya sebesar 5.
5.5.3 Hasil Proyeksi Keuangan a. Harga Listrik dan Subsidi PSO, public service obligation
Harga rata-rata listrik pada tahun 2009 adalah Rp 665kWh, dan
direncanakan akan meningkat sebesar 10 per Juli 2010 menjadi rata-rata Rp 703kWh pada tahun 2010. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah
subsidi pemerintah dan meningkatkan laba bersih perusahaan tahun 2010 menjadi Rp 11 trilyun. Peningkatan laba tahun 2010 akan digunakan oleh
PLN untuk membayar deviden kepada pemerintah dan memperkuat pendanaan internal anggaran PLN atau APLN untuk pembiayaan proyek-
proyek kelistrikan seperti proyek pembangkit, proyek transmisi dan fasilitas trafo distribusi untuk melayani pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik dan
peningkatan keandalan pasokan listrik. Pada tahun-tahun selanjutnya kenaikan tarif dilakukan untuk dapat
mengurangi subsidi pemerintah
29
seperti diperlihatkan pada tabel 5.6. Selain itu laba bersih juga digunakan untuk meningkatkan kemampuan pendanaan
internal perusahaan untuk berinvestasi sehingga dapat mengurangi kebutuhan dana eksternal pinjaman.
28
Marjin terhadap biaya pokok produksi
29
Untuk menutupi selisih dari tarif dan Biaya Pokok Produksi BPP
RUPTL 2010 - 2019 105
Tabel 5.6 Proyeksi Kebutuhan Subsidi dan LabaRugi PLN 2010-2015 Tahun 2010
2011 2012
2013 2014
2015 Subsidi T Rp
68,0 52,1
43,3 40,3 40,2 44,7
Tarif Rata-rata RpKWh
703 805
885 910 935 960
BPP RpKWh
1,187 1,145
1,111 1,088 1,078 1,103
LabaRugi Bersih Rp. T 11,2
4,2 10,2
15,5 15,2 17,7 Kenaikan terjadi pada semester 2.
Tidak ada kenaikan tarif hanya adjustment sebesar setengah dari inflasi dalam negeri.
Kenaikan TDL ini diproyeksikan akan meningkatan laba bersih yang pada tahun 2013 - 2014 akan menjadi 15 trilyun rupiah per tahun. Laba
tersebut akan menghasilkan pendanaan internal yang sangat dibutuhkan untuk pembiayaan investasi, yaitu mencapai 19 dari total kebutuhan
investasi Rp 80 trilyun pada tahun 2013. Apabila APBN hanya dapat disediakan Pemerintah sebanyak Rp 10 trilyun, atau sekitar 13, maka
PLN harus mencari pinjaman hingga 65 - 70 dari total kebutuhan investasi.
b. Kemampuan Pendanaan Sendiri APLN
Kemampuan pendanaan internal PLN sesungguhnya sangat rendah karena sebelum tahun 2009 PLN tidak memperoleh marjin operasi,
sehingga tidak ada investasi PLN yang didanai dari pendanaan internal seluruh investasi didanai dengan hutang. Rasio hutang terhadap aset
PLN sebelum program percepatan pembangkit 10.000 MW tahap 1 fast track 1 adalah sekitar 30, namun kemudian meningkat menjadi 53
pada tahun 2010 akibat seluruh pendaanaan proyek fast track 1 berasal dari pinjaman komersial dan obligasi.
Peningkatan tarif PLN dan marjin operasi akan sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan PLN dalam melakukan investasi untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan listrik. Dana internal untuk investasi diperkirakan akan meningkat dari 10 pada tahun 2010 menjadi sekitar
19 pada tahun 2013 - 2014.
c. Rasio Keuangan Perusahaan dan Covenant Pinjaman
Dari proyeksi kenaikan tarif seperti pada tabel 5.6, dihasilkan ratio keuangan seperti diperlihatkan pada tabel 5.7.
106 RUPTL 2010 - 2019
Tabel 5.7 Proyeksi Rasio Keuangan 2010-2015
Unit 2010
2011 2012
2013 2014
2015 Operating Ratio
87.94 86.31
85.36 84.11
84.17 83.89
Total Debt Total Asset 53.40
58.23 61.35
61.57 61.72
62.06
Rasio operasi menunjukkan trend yang membaik dengan adanya marjin operasi, sedangkan rasio hutang terhadap aset terus meningkat karena
peningkatan hutang lebih besar daripada peningkatan dana internal.
d. Komposisi Sumber Pendanaan untuk Investasi
Sumber pendanaan investasi PLN berasal dari 3 sumber : i ekuitas pemerintah dari APBN ii dana internal yang berasal dari laba operasi
dan iii pinjaman. APLN dana internal perusahaan berasal dari laba operasi yang sangat
terbatas karena BPP lebih tinggi dari tarif rata-rata. APLN hanya didapat dari selisih antara marjin PSO + depresiasi aset dan pembayaran cicilan
pokok. PLN hanya dapat meminjam dalam jumlah yang sangat terbatas karena
dibatasi oleh covenant pinjaman yang disyaratkan oleh lender dan bond holder. Kapasitas PLN dalam membuat pinjaman-baru dapat
ditingkatkan jika revenue PLN meningkat, baik dari tarif maupun marjin PSO.
Dengan melihat kemampuan pendanaan iinternal PLN dan kemampuan meminjam PLN yang sangat terbatas seperti dijelaskan di atas, maka
peran APBN setiap tahun menjadi sangat penting untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik yang diperlukan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan oleh Pemerintah. Hal ini menjadi semakin penting karena secara politis sangat sulit menaikkan tarif ke
tingkat yang lebih tinggi daripada BPP dalam waktu dekat. Untuk memenuhi kebutuhan investasi sekitar Rp 80 trilyun
30
per tahun untuk memenuhi pertumbuhan listrik 9.2 per tahun, maka kebutuhan
30
Termasuk pajak dan biaya bunga selama konstruksi