KONDISI SISTEM TRANSMISI KONDISI KELISTRIKAN SAAT INI

RUPTL 2010 - 2019 31 Tabel 3.14 SAIDI dan SAIFI PLN 2004 2005 2006 2007 2008 2009 SAIDI jampelanggantahun 9,43 15,77 27,01 28,94 80,90 16,70 SAIFI kalipelanggantahun 11,78 12,68 13,85 12,77 13,33 10,78 Gambaran mengenai kondisi kelistrikan saat ini yang lebih detail dapat dilihat pada Lampiran A, B dan C yang menampilkan kondisi kelistrikan per provinsi. 3.5 MASALAH-MASALAH YANG MENDESAK 3.5.1 Daerah Krisis Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur Banyak sistem kelistrikan di Indonesia Barat dan Indonesia Timur, baik pada sistem interkoneksi yang cukup besar maupun sistem isolated yang kecil, mengalami krisis pada tahun 2010. Krisis tersebut disebabkan oleh keterbatasan kemampuan pembangkit PLN dan IPP dalam memenuhi kebutuhan. Hal ini ditandai oleh adanya pemadaman bergilir yang cukup parah dan upaya jangka pendek yang dilakukan PLN adalah sewa pembangkit dan pembelian excess power dari captive. Sistem kelistrikan yang mengalami kondisi krisis per bulan Maret 2010 sesuai Permen ESDM No. 89-1220600.12010 adalah : Untuk sistem dengan beban puncak ≥ 10 MW : • Sumatera : Takengon, Subulussalam, Meulaboh, Merawang, Belitung • Kalselteng : Barito • Papua dan Papua Barat : Jayapura, Timika, Sorong Untuk sistem dengan beban puncak 10 MW : • Aceh : Kutacane • Sumut : Nias, Nias Selatan • Bengkulu : Muko-muko • Bangka Belitung : Mentok, Koba, Toboali • Suluttenggo : Talaud, Moutong • Sulselrabar : Raha, Wangi-wangi, Kolaka Utara, Buton Utara, Selayar • Maluku dan Maluku Utara : Tual, Masohi, Saumlaki, Sanana, Bacan 32 RUPTL 2010 - 2019 Wilayah Operasi Jawa Bali Krisis di wilayah operasi Jawa Bali terjadi di Jakarta dan Bali. Krisis kelistrikan di metropolitan Jakarta terjadi karena adanya bottleneck di sistem transmisi 500 kV, yaitu khususnya kapasitas trafo IBT 500150 kV yang terbatas, sebagaimana dijelaskan pada butir 3.3. Sedangkan krisis yang terjadi di Bali disebabkan oleh terbatasnya kemampuan pembangkit di Bali, khususnya selama PLTG unit terbesar menjalani pemeliharaan, dan keterbatasan kabel laut yang menyalurkan listrik dari pulau Jawa.

3.5.2 Penanggulangan Daerah Krisis

Wilayah Operasi Indonesia Timur dan Indonesia Barat Kondisi krisis penyediaan tenaga listrik di wilayah operasi Indonesia Barat dan Timur pada dasarnya terjadi karena keterlambatan penyelesaian proyek pembangkit tenaga listrik, baik proyek PLN maupun IPP. Penyebab keterlambatan ada berbagai hal, antara lain kesulitan pendanaan dan kendala pembangunan di lapangan, sehingga proyek yang sudah dijadwalkan tidak dapat beroperasi tepat waktu. Upaya jangka pendek yang telah diambil pemerintah dan PLN untuk menanggulangi daerah krisis meliputi sewa pembangkit, pembelian PLTG crash program, pembelian energi listrik dari pembangkit skala kecil, bermitrakerjasama operasi pembangkit dengan Pemda setempat, pembelian excess power, percepatan pembangunan PLTU batubara PerPres 712006, membangun saluran transmisi interkoneksi, dan mengamankan kontinuitas pasokan energi primer. Kondisi krisis pada sistem besarmenengah ditanggulangi dengan menyewa atau membeli pembangkit seperti PLTD MFO atau HSD, PLTG gas, PLTMG gas engine yang dapat tersedia dalam waktu relatif singkat untuk secepatnya mengurangi terjadinya pemadaman. Selain itu juga dilakukan usaha membangun jaringan 150 kV seperti yang dilakukan di Sulawesi, yaitu menarik jaringan 150 kV dari sistem Minahasa ke sistem Gorontalo, dan juga sistem Kalselteng ke sistem Pangkalanbun sehingga dapat saling membantu dalam mengatasi kondisi krisis. RUPTL 2010 - 2019 33 Pada sistem-sistem isolated yang mengalami kondisi krisis, PLN mengupayakan penanggulangannya dengan menyewa PLTD dan mempercepat interkoneksi dengan sistem besar. Selain itu diupayakan penerapan Demand Side Management, dan membatasi jumlah pelanggan barutambah daya. Wilayah Operasi Jawa Bali Karena krisis di Jawa Bali khususnya Jakarta dan Bali disebabkan oleh bottleneck transmisi maka krisis tersebut diatasi dengan memperkuat sistem transmisi yang memasok Jakarta metropolitan dan pulau Bali. Perkuatan pasokan Jakarta dilakukan dengan : - Menambah IBT 500150 kV 500 MVA di GITET Gandul, Bekasi, Cibatu, Balaraja, Depok dan Cawang, total kapasitas 3.000 MVA sampai dengan 2013. - Membangun GITET 500kV baru di Duri Kosambi 2 x 500 MVA, GI 150 kV Muara Tawar dan IBT-1 x 500 MVA, total kapasitas 1.500 MVA sampai dengan 2013. - Menambah spare IBT 500150 kV 166 MVA di Cawang, Kembangan, Gandul. - Looping SKTT 150 kV yang dipasok radial diantaranya : Gedung Pola, Manggarai, Dukuh Atas, Mangga Besar, Duren Tiga, Kebon Sirih dan Gambir Lama. - Reconductoring transmisi 150 kV di Gandul – Serpong, Serpong – Bintaro – Petukangan, Angke – Ancol, Box Semanggi Barat – Semanggi Timur, Semanggi Barat – Karet Lama dan Cikupa – Balaraja. Perkuatan pasokan Bali dilakukan dengan : - Membangun kabel laut Jawa – Bali sirkit ke 3 dan ke 4. - Reconductoring Kapal – Padang Sambian – Pesanggaran. - Membangun overhead linekabel laut 500 kV Java Bali crossing.

3.5.3 Masalah Mendesak Wilayah Operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur

Hal – hal yang mendesak pada wilayah operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur meliputi antara lain : 34 RUPTL 2010 - 2019 Pembangkitan • Mempercepat pembangunan proyek percepatan PLTU batubara 10.000 MW tahap 1, termasuk tambahan proyek PLTU Riau 2x100 MW dan PLTU Teluk Balikpapan 2x100 MW. • Mempercepat pembangunan proyek pembangkit milik PLN lainnya, seperti PLTA Asahan 3 – 174 MW, PLTA Peusangan 86 MW, PLTU Sumut Baru 2x200 MW, Kalselteng Baru 2x100 MW, Kalteng Baru 50 MW. • Mempercepat interkoneksi Kalbar-Serawak melalui transmisi 275 kV untuk energy exchange dan menjadi contingency untuk keterlambatan proyek pembangkit di Kalbar. • Mempercepat pengadaan gas LNG dengan floating terminal di Sumut untuk memasok PLTGU Belawan 2x400 MW dan tambahan PLTG task force 100 MW tahun 2012. • Mempercepat penyelesaian kontrak gas PLTGU Sengkang 180 MW. • Mempercepat pembangunan proyek pembangkit milik IPP, seperti PLTA Poso 195 MW, PLTU Jeneponto 2x100 MW, PLTU Takalar 2x100 MW, PLTU Kalbar 2x25 MW, PLTU Kaltim Baru 2x100 MW dan 50 MW, PLTU Kalsel Baru 2x100 MW, PLTG Senipah 80 MW. • Mempercepat pembangunan proyek PLTP di Sumatera dalam program percepatan pembangkit 10.000 MW Tahap 2 hingga 1.770 MW sampai dengan tahun 2014, antara lain PLTP Sarulla 1 330 MW, Ulubelu 3 dan 4 110 MW, Lumut Balai 220 MW, Sungai Penuh 110 MW, Hululais 110 MW, Rajabasa 220 MW, Rantau Dadap 220 MW, Muara Laboh 220 MW, Seulawah 55 MW, Sarulla 2 110 MW, Sorik Merapi 55 MW. • Pembangunan PLTP Lahendong 4 20 MW. • Pengadaan gas untuk PLTG 40 MW di Semberah, Kalimantan Timur. • Pembangunan PLTGU IPP Bangkanai 120 MW untuk memanfaatkan gas yang sudah dialokasikan untuk PLN di Bangkanai, Kalteng. • Amandemen kontrak gas Jambi Merang dan sewa pembangkit 400 MW di Aur Duri. • Penyelesaian kontrak dengan PT Palu Power menyesuaikan komponen C.