Batubara POTENSI SUMBER ENERGI PRIMER

114 RUPTL 2010 - 2019 tersedia. Besarnya potensi dan pemanfaatan energi terbarukan dapat dilihat pada Tabel 6.3. Kendala yang dihadapi dalam mengembangkan PLTP dan PLTA adalah kesulitan dana investasi dan kenyataan bahwa banyak dari potensi PLTP dan PLTA berlokasi di hutan lindung dan bahkan hutan konservasi. Tabel 6.3 Potensi dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan Jenis Satuan Potensi Developed PLTP MW 27.140 827 3.047 PLTA MW 75.000 4.125 5.500 PLT Surya GW 1.200 0.001 PLT Angin MW 9.290 1 0.006 Biomassa MW 49.810 445 0.9 Biogas MW 680 Gambut 106 BoE 16.880 Tidal MW 240.000

6.2.4 Nuklir

Dalam RUPTL ini belum terdapat program pengembangan tenaga nuklir. Hal ini terjadi karena dalam proses optimisasi pemilihan kandidat pembangkit, ternyata pembangkit listrik tenaga nuklir PLTN tidak dapat bersaing dengan jenis pembangkit lainnya, seperti PLTU batubara kelas 1.000 MW supercritical. Kesulitan terbesar dalam perencanaan PLTN adalah tidak jelasnya biaya kapital dan biaya OM yang terkait dengan spent fuel disposal, dan biaya decommisioning. Untuk biaya kapital misalnya, sebuah studi bersama antara PLN dan sebuah perusahaan listrik dari luar negeri mengindikasikan biaya pembangunan PLTN sebesar 1.700kW EPC saja atau 2.300kW setelah memperhitungkan biaya bunga pinjaman selama konstruksi. Angka tersebut kini dipandang terlalu rendah, karena menurut laporan mutakhir tahun 2009, biaya pembangunan PLTN pada beberapa negara telah mencapai US 3.500 hingga US 5.500 kW. Selain itu harga uranium dunia juga terus naik sejalan dengan kebangkitan program tenaga nuklir pada banyak negara di dunia. Harga uranium yang pada tahun 2006 adalah sekitar US 30 per lb, saat ini telah mencapai US 130lb. Kenaikan harga uranium ini sebetulnya tidak banyak mempengaruhi keekonomian PLTN mengingat beroperasinya PLTN hanya memerlukan RUPTL 2010 - 2019 115 uranium dalam jumlah sedikit, namun tetap saja kenaikan harga uranium dunia ini perlu terus dipantau. Namun demikian dengan semakin mahalnya harga BBM yang juga diikuti oleh kenaikan harga energi primer lainnya seperti batubara dan gas alam, telah membuat PLTN menjadi salah satu opsi sumber energi yang sangat menarik untuk ikut memenuhi kebutuhan listrik Indonesia apabila biaya EPC, biaya pengelolaan spent fuel dan biaya decomisioning telah menjadi semakin jelas. Disadari bahwa pengambilan keputusan untuk membangun PLTN tidak semata-mata didasarkan pada pertimbangan keekonomian dan keenergian, namun juga pertimbangan lain seperti aspek politik, keselamatan, sosial, budaya dan lingkungan. Dengan adanya berbagai aspek yang multi dimensional tersebut, program pembangunan PLTN hanya dapat diputuskan oleh Pemerintah. 116 RUPTL 2010 - 2019

BAB VII ANALISIS RISIKO RUPTL 2010-2019

Analisis risiko RUPTL 2010-2019 ini dibuat untuk mengidentifikasi potensi kerawanan atau kelemahan yang dapat terjadi sebagai akibat adanya exposure atas peristiwa tertentu yang mungkin terjadi di masa yang akan datang yang dapat berpengaruh kepada implementasi RUPTL. Analisis risiko mencakup identifikasi risiko, pemetaan risiko, dan rekomendasi program mitigasi untuk risiko-risiko tersebut. Bab ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama menjelaskan hasil identifikasi dan pemetaan risiko dominan yang dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan implementasi RUPTL. Bagian kedua menjelaskan hasil pemetaan risiko. Bagian ketiga menjelaskan berbagai program mitigasi risiko yang perlu dijalankan dalam rangka mengelola risiko tersebut. Sejalan dengan struktur RUPTL itu sendiri, uraian analisis risiko pada bab ini akan dilakukan berdasarkan issue-issue utama RUPTL, yaitu proyeksi kebutuhanpermintaan tenaga listrik, pengembangan pembangkit, transmisi dan distribusi, serta proyeksi kebutuhan energi primer dan kebutuhan investasi, baik oleh PLN maupun oleh swasta.

7.1 IDENTIFIKASI RISIKO

Risiko yang diidentifikasi dapat mempengaruhi implementasi RUPTL meliputi aspek sebagai berikut :

A. Risiko pengembangan ketenagalistrikan

1. Risiko keterlambatan proyek-proyek PLN Berupa risiko-risiko perijinan dan persetujuan, pendanaan pembangunan, keterlambatan penyelesaian pembangunan proyek, cost over-run, kesalahan desain, keselamatan ketenagalistrikan, performance instalasi, dampak lingkungan dan sosial. 2. Risiko keterlambatan proyek-proyek IPP, termasuk PLTP Sama seperti pada risiko keterlambatan proyek-proyek PLN.