ix Tabel 4.9
Asumsi Harga Bahan Bakar 55
Tabel 4.10 Daftar Proyek Percepatan Pembangkit 10.000 MW Peraturan Presiden No. 712006
57 Tabel 4.11 Daftar Proyek Percepatan Pembangkit Tahap 2
58 Tabel 4.12 Kebutuhan Tambahan Pembangkit Total Indonesia MW
60 Tabel 4.13 Kebutuhan Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Barat MW 62
Tabel 4.14 Kebutuhan Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Timur MW 62 Tabel 4.15 Kebutuhan Pembangkit Sistem Jawa Bali MW
64 Tabel 4.16 Neraca Daya Sistem Jawa Bali
65 Tabel 4.17 Regional Balance Sistem Jawa Bali Tahun 2009
68 Tabel 4.18 Daftar Proyek IPP di Wilayah Operasi Indonesia Barat dan
Indonesia Timur
70 Tabel 4.19 Daftar Proyek IPP di Jawa Bali
71 Tabel 4.20 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan
Jenis Bahan Bakar Total Indonesia GWh 72
Tabel 4.21 Kebutuhan Bahan Bakar Indonesia 73
Tabel 4.22 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Total Sistem Jawa Bali
74 Tabel 4.23 Kebutuhan Bahan Bakar Sistem Jawa Bali
75 Tabel 4.24 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan
Jenis Bahan Bakar Total Wilayah Operasi Indonesia Barat 75
Tabel 4.25 Kebutuhan Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia Barat 76
Tabel 4.26 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Total Wilayah Operasi Indonesia Timur
77 Tabel 4.27 Kebutuhan Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia Timur
78 Tabel 4.28 Variasi Harga Bahan Bakar Dalam Analisis Sensitivitas
79 Tabel 4.29 Hasil Analisis Sensitivitas Terhadap Perubahan
Harga Bahan Bakar 79
Tabel 4.30 Bauran Energi Sistem Jawa Bali Pada Skenario Baseline GWh82 Tabel 4.31 Bauran Energi Sistem Sumatera Pada Skenario Baseline
84 Tabel 4.32 Kebutuhan Fasilitas Penyaluran Wilayah Operasi Indonesia
Barat 89
Tabel 4.33 Kebutuhan Fasilitas Penyaluran Wilayah Operasi Indonesia Timur
90
x Tabel 4.34 Kebutuhan Fasilitas Penyaluran Sistem Jawa Bali
90 Tabel 4.35 Kebutuhan Fasilitas Distribusi Wilayah Operasi Indonesia
Barat 92
Tabel 4.36 Kebutuhan Fasilitas Distribusi Wilayah Operasi Indonesia Timur
92 Tabel 4.37 Kebutuhan Fasilitas Distribusi Sistem Jawa Bali
92 Tabel 4.38 Rekap Program Listrik Perdesaan Indonesia 2010-2014
93 Tabel 4.39 Rencana Pengembangan Pembangkit EBT Skala Kecil
95 Tabel 4.40 Biaya Pengembangan Pembangkit EBT Skala Kecil
95 Tabel 4.41 Proyek Pembangkit PLTU Skala Kecil Tersebar
Wilayah Operasi Indonesia Barat 96
Tabel 4.42 Proyek Pembangkit PLTU Skala Kecil Tersebar Wilayah Operasi Indonesia Timur
97 Tabel 5.1
Kebutuhan Dana Investasi PLN Indonesia Tidak Termasuk IPP
98 Tabel 5.2
Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Sistem Jawa Bali 99
Tabel 5.3 Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Operasi
Indonesia Barat
101 Tabel 5.4
Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Operasi Indonesia
Timur 101
Tabel 5.5 Total Kebutuhan Dana Investasi Indonesia, PLN+IPP
102 Tabel 5.6
Proyeksi Kebutuhan Subsidi dan LabaRugi PLN 2010-2015 105
Tabel 5.7 Proyeksi Rasio Keuangan 2010-2015
106 Tabel 5.8
Sumber Dana Investasi Milyar Rp 107
Tabel 6.1 Pemakaian Energi Primer Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
109 Tabel 6.2
Sasaran Komposisi Produksi Listrik Tahun 2019 Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
110 Tabel 6.3
Potensi dan Pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan 114
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A. WILAYAH OPERASI INDONESIA BARAT 122
A1. SISTEM INTERKONEKSI SUMATERA 123
A1.1. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
138 A1.2.
Neraca Daya 140
A1.3. Proyek-Proyek IPP Terkendala
144 A1.4.
Neraca Energi 146
A1.5. Capacity Balance Gardu Induk
149 A1.6.
Rencana Pengembangan Penyaluran 170
A1.7. Peta Pengembangan Penyaluran
186 A1.8.
Analisis Aliran Daya 196
A1.9. Kebutuhan Fisik Pengembangan Distribusi
206 A1.10. Program Listrik Perdesaan
218 A1.11. Program Energi Baru dan Terbarukan
229 A1.12. Proyeksi Kebutuhan Investasi
230
A2. SISTEM KALIMANTAN BARAT 232
A2.1. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
241 A2.2.
Neraca Daya 243
A2.3. Proyek-Proyek IPP Terkendala
246 A2.4.
Neraca Energi 248
A2.5. Capacity Balance Gardu Induk
251 A2.6.
Rencana Pengembangan Penyaluran 254
A2.7. Peta Pengembangan Penyaluran
259 A2.8.
Analisis Aliran Daya 261
A2.9. Kebutuhan Fisik Pengembangan Distribusi
265 A2.10. Program Listrik Perdesaan
267 A2.11. Program Energi Baru dan Terbarukan
269 A2.12. Proyeksi Kebutuhan Investasi
270
xii
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PER PROVINSI WILAYAH OPERASI INDONESIA BARAT
272 A3. PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
273
A4. PROVINSI SUMATERA UTARA 286
A5. PROVINSI RIAU 299
A6. PROVINSI KEPULAUAN RIAU 312
A7. PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 323 A8. PROVINSI SUMATERA BARAT
332
A9. PROVINSI JAMBI 346
A10. PROVINSI SUMATERA SELATAN 354
A11. PROVINSI BENGKULU 365
A12. PROVINSI LAMPUNG 373
A13. PROVINSI KALIMANTAN BARAT 385
A14. NERACA DAYA SISTEM-SISTEM ISOLATED WILAYAH OPERASI INDONESIA BARAT
401 A14.1. Sistem Isolated Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 402
A14.2. Sistem Isolated Provinsi Sumatera Utara 412
A14.3. Sistem Isolated Provinsi Riau 414
A14.4. Sistem Isolated Provinsi Kepulauan Riau 422
A14.5. Sistem Isolated Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 430 A14.6. Sistem Isolated Provinsi Kalimantan Barat
433
LAMPIRAN B. WILAYAH OPERASI INDONESIA TIMUR 443
B1. SISTEM INTERKONEKSI KALIMANTAN SELATAN, TENGAH DAN TIMUR KALSELTENGTIM
454
B1.1. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
454 B1.2.
Neraca Daya 456
B1.3. Proyek-Proyek IPP Terkendala
459 B1.4.
Neraca Energi 461
B1.5. Capacity Balance Gardu Induk
464 B1.6.
Rencana Pengembangan Penyaluran 471
B1.7. Peta Pengembangan
Penyaluran 477
B1.8. Analisis Aliran Daya
480
xiii B1.9.
Kebutuhan Fisik Pengembangan Distribusi 487
B1.10. Program Listrik Perdesaan 492
B1.11. Program Energi Baru dan Terbarukan 497
B1.12. Proyeksi Kebutuhan Investasi 498
B2. SISTEM INTERKONEKSI SULAWESI UTARA, SULAWESI TENGAH DAN GORONTALO SULUTTENGGO DAN SISTEM
INTERKONEKSI SULAWESI SELATAN, SULAWESI TENGGARA DAN SULAWESI BARAT SULSELRABAR
500
B2.1. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
514 B2.2.
Neraca Daya 517
B2.3. Proyek-Proyek IPP Terkendala
522 B2.4.
Neraca Energi 524
B2.5. Capacity Balance Gardu Induk
529 B2.6.
Rencana Pengembangan Penyaluran 543
B2.7. Peta Pengembangan Penyaluran
553 B2.8.
Analisis Aliran Daya 562
B2.9. Kebutuhan Fisik Pengembangan Distribusi
569 B2.10. Program Listrik Perdesaan
571 B2.11. Program Energi Baru dan Terbarukan
573 B2.12. Proyeksi Kebutuhan Investasi
574
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PER PROVINSI WILAYAH OPERASI INDONESIA TIMUR
577 B3. PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
578
B4. PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 587
B5. PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 597
B6. PROVINSI SULAWESI UTARA 604
B7. PROVINSI SULAWESI TENGAH 613
B8. PROVINSI GORONTALO 622
B9. PROVINSI SULAWESI SELATAN 628
B10. PROVINSI SULAWESI TENGGARA
636
B11. PROVINSI SULAWESI BARAT 643
B12. PROVINSI MALUKU 650
xiv
B13. PROVINSI MALUKU UTARA 657
B14. PROVINSI PAPUA
664 B15. PROVINSI PAPUA BARAT
673 B16. PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NTB
679 B17. PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NTT
688 B18. NERACA DAYA SISTEM-SISTEM ISOLATED WILAYAH
OPERASI INDONESIA TIMUR 697
B18.1. Sistem Isolated Provinsi Kalimantan Selatan 698
B18.2. Sistem Isolated Provinsi Kalimantan Tengah 701
B18.3. Sistem Isolated Provinsi Kalimantan Timur 709
B18.4. Sistem Isolated Provinsi Sulawesi Utara 720
B18.5. Sistem Isolated Provinsi Sulawesi Tengah 725
B18.6. Sistem Isolated Provinsi Sulawesi Selatan 739
B18.7. Sistem Isolated Provinsi Sulawesi Tenggara 741
B18.8. Sistem Isolated Provinsi Maluku 747
B18.9. Sistem Isolated Provinsi Maluku Utara 753
B18.10. Sistem Isolated Provinsi Papua 759
B18.11. Sistem Isolated Provinsi Papua Barat 767
B18.12. Neraca Daya Sistem Isolated Provinsi NTB 771
B18.13. Neraca Daya Sistem Isolated Provinsi NTT 775
LAMPIRAN C. SISTEM JAWA BALI 791
C1. SISTEM JAWA BALI 791
C1.1. Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik
820 C1.2. Neraca
Daya 827
C1.3. Proyek-Proyek IPP Terkendala
837 C1.4.
Neraca Energi 838
C1.5. Capacity Balance Gardu Induk
842 C1.6.
Rencana Pengembangan Penyaluran 866
C1.7. Peta Pengembangan Penyaluran
898 C1.8.
Analisis Aliran Daya 913
C1.9. Kebutuhan Fisik Pengembangan Distribusi
924
xv C1.10. Program Listrik Pedesaan
926 C1.11. Program Energi Baru dan Terbarukan
933 C1.12. Proyeksi Kebutuhan Investasi
934
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN PER PROVINSI WILAYAH OPERASI JAWA BALI
942 C2. PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
943
C3. PROVINSI BANTEN 954
C4. PROVINSI JAWA BARAT
960
C5. PROVINSI JAWA TENGAH 971
C6. PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 978
C7. PROVINSI JAWA TIMUR 982
C8. PROVINSI BALI 990
LAMPIRAN D. ANALISIS RISIKO 995
RUPTL 2010 - 2019 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
PT PLN Persero selanjutnya disebut PLN sebagai sebuah perusahaan listrik
merencanakan dan melaksanakan proyek-proyek kelistrikan yang lead time-nya relatif panjang, sehingga PLN secara alamiah perlu mempunyai sebuah
rencana pengembangan sistem kelistrikan yang berjangka panjang. Sebagai contoh, diperlukan waktu sekitar 7 tahun untuk mewujudkan sebuah PLTU
batubara skala besar mulai dari rencana awal hingga beroperasi. Dengan demikian rencana pengembangan sistem yang diperlukan PLN harus berjangka
cukup panjang, yaitu 10 tahun, agar dapat mengakomodasi lead time yang panjang dari proyek-proyek kelistrikan.
Perlunya PLN mempunyai rencana pengembangan sistem kelistrikan jangka panjang juga didorong oleh keinginan PLN untuk mempunyai rencana investasi
yang efisien, dalam arti PLN tidak sembarang melakukan proyek kelistrikan tanpa didasarkan pada perencanaan yang baik. Hal ini penting dilakukan
karena keputusan investasi di industri kelistrikan akan dituntut manfaatnya dalam jangka panjang. Untuk mencapai hal tersebut PLN telah menyusun
sebuah dokumen perencanaan sepuluh tahunan yang disebut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, atau RUPTL.
RUPTL merupakan sebuah pedoman pengembangan sistem kelistrikan bagi PLN sepuluh tahun mendatang yang optimal, disusun untuk mencapai tujuan
tertentu serta berdasarkan pada kriteria perencanaan dan kebijakan tertentu. Dengan demikian pelaksanaan proyek-proyek kelistrikan di luar RUPTL yang
dapat menurunkan efisiensi investasi perusahaan dapat dihindarkan. Didorong oleh kebutuhan internal PLN sendiri untuk mempunyai RUPTL,
dokumen perencanaan ini juga dibuat oleh PLN untuk memenuhi peraturan dan perundangan yang ada di sekor ketenagalistrikan.
Penyusunan RUPTL tahun 2010-2019 ini sebagai amanat Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan
2 RUPTL 2010 - 2019
Pemanfaatan Tenaga Listrik sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006 dan didorong oleh
timbulnya kebutuhan untuk memperbaharui RUPTL 2009-2018 setelah memperhatikan adanya penurunan kebutuhan tenaga listrik akibat krisis
finansial global yang terutama sangat terasa di sistem Jawa Bali, dan keterlambatan banyak proyek pembangkit tenaga listrik, baik proyek PLN
maupun proyek listrik swasta IPP. Hal lain yang mendorong disusunnya RUPTL 2010-2019 ini adalah adanya keinginan PLN yang kuat untuk
mencukupi kebutuhan tenaga listrik pada banyak daerah di Indonesia yang telah lama menderita kekurangan pasokan. Tiga hal tersebut membuat PLN
merasa perlu untuk memutakhirkan RUPTL yang ada. Selanjutnya sejalan dengan UU No.302009 dimana pemerintah provinsi dan
juga pemerintah kabupatenkota wajib membuat Rencana Umum Kelistrikan Daerah atau RUKD, maka perencanaan sistem kelistrikan per provinsi juga
akan ditunjukkan dalam RUPTL 2010-2019 ini. Namun demikian proses optimisasi perencanaan tetap dilakukan per sistem tenaga listrik apabila telah
ada jaringan interkoneksi untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya. RUPTL per provinsi tersebut akan bermanfaat bagi setiap provinsi untuk
melihat apa yang telah direncanakan oleh PLN pada daerahnya. Dalam RUPTL ini diindikasikan proyek-proyek pengembangan sistem kelistrikan
yang akan dilakukan oleh PLN sendiri dan proyek-proyek pembangkit yang akan ditawarkan kepada sektor swasta sebagai independent power producer
IPP. Pada dasarnya semua proyek transmisi dan distribusi akan dilaksanakan oleh PLN, sedangkan proyek pembangkit akan terbagi menjadi proyek milik
PLN dan proyek milik swasta yang akan menjual listriknya ke PLN. Beberapa ruas transmisi yang dedicated dengan suatu pembangkit IPP dapat dibangun
oleh pengembang.
RUPTL akan selalu ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan perubahan parameter-parameter penting yang menjadi dasar penyusunan rencana
pengembangan sistem kelistrikan, sehingga selalu dapat memberikan rencana pengembangan sistem yang mutakhir dan dapat dijadikan pegangan dalam
implementasinya. RUPTL yang merupakan gabungan dari rencana pengembangan sistem Unit-
unit Bisnis PLN ini disusun melalui optimasi pengembangan pembangkit dan
RUPTL 2010 - 2019 3
transmisi, dengan mempertimbangkan pemanfaatan sumber energi setempat dan sumber energi terbarukan.
1.2 LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan 2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Listrik sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006, khususnya Pasal 5
ayat 1 dan ayat 2 : 1
RUPTL disusun berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional.
2 RUPTL digunakan sebagai pedoman pelaksanaan penyediaan tenaga listrik bagi Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan
Umum. 3 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2682
K21MEM2008 tanggal 13 November 2008 tentang Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional.
1.3 VISI DAN MISI PERUSAHAAN
Pada Anggaran Dasar PLN Nomor 38 Tahun 1998 Pasal 3 disebutkan bahwa tujuan dan lapangan usaha PLN adalah menyelenggarakan usaha penyediaan
tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di
bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas.
Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas, maka visi PLN adalah sebagai berikut: “Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh-kembang,
Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.” Selain visi tersebut, saat ini PLN tengah bercita-cita untuk berubah menjadi
perusahaan kelas dunia, bebas subsidi, menguntungkan, ramah lingkungan dan dicintai pelanggan, melalui serangkaian program yang diberi nama
Metamorfosa PLN.
4 RUPTL 2010 - 2019
Untuk melaksanakan penugasan Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan mengacu kepada visi tersebut maka PLN akan :
• Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham.
• Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
• Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. • Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
1.4 TUJUAN DAN SASARAN PENYUSUNAN RUPTL
Pada dasarnya tujuan penyusunan RUPTL adalah memberikan pedoman dan acuan pengembangan sarana kelistrikan PLN dalam memenuhi kebutuhan
tenaga listrik di wilayah usahanya secara lebih efisien dan lebih baik, sehingga dapat dihindari ketidak-efisienan perusahaan sejak tahap perencanaan.
Sasaran RUPTL yang ingin dicapai sepuluh tahun ke depan secara nasional adalah pemenuhan kebutuhan kapasitas dan energi listrik, peningkatan efisiensi
dan kinerja sistem kelistrikan, mulai dari tahap perencanaan yang meliputi: • Mengatasi krisis kelistrikan yang terjadi di beberapa daerah.
• Tercapainya pemenuhan kebutuhan kapasitas dan energi listrik setiap tahun dengan tingkat keandalan dicerminkan oleh tingkat cadangan atau
reserve margin yang diinginkan secara least-cost. • Tercapainya bauran bahan bakar fuel-mix yang lebih baik untuk
menurunkan Biaya Pokok Produksi BPP, dicerminkan oleh pengurangan penggunaan bahan bakar minyak hingga kontribusi produksi pembangkit
berbahan bakar minyak menjadi 2,54 persen terhadap total produksi energi listrik pada tahun 2019.
• Tercapainya pemanfaatan energi baru dan terbarukan utamanya panas bumi sesuai dengan program pemerintah.
• Tercapainya rasio elektrifikasi yang digariskan oleh RUKN. • Tercapainya keandalan dan kualitas listrik yang makin membaik.
• Tercapainya angka rugi jaringan transmisi dan distribusi sebesar 7 – 8.
RUPTL 2010 - 2019 5
1.5 PROSES PENYUSUNAN RUPTL DAN PENANGGUNG-JAWABNYA
Penyusunan RUPTL 2010-2019 ini dibuat dengan proses sebagai berikut: • RUKN 2008-2027 digunakan sebagai pedoman dan rujukan, khususnya
mengenai kebijakan Pemerintah tentang perencanaan ketenagalistrikan, kebijakan pemanfaatan energi primer untuk pembangkit tenaga listrik,
kebijakan perlindungan lingkungan, kebijakan tingkat cadangan reserve margin, asumsi pertumbuhan ekonomi dan prakiraan kebutuhan tenaga
listrik. • PLN Kantor Pusat menetapkan kebijakan dan asumsi dasar sebagai
penjabaran dari RUKN dan kebijakan Pemerintah lainnya, seperti pengembangan panasbumi yang semakin besar.
• Dilakukan evaluasi terhadap asumsi dasar tersebut dan realisasinya dalam RUPTL perioda sebelumnya dalam Pra-Forum Perencanaan, yaitu sebuah
forum pertemuan antara Unit-Unit PLN dan PLN Pusat untuk membahas dan menyepakati parameter kunci untuk prakiraan pertumbuhan kebutuhan
tenaga listrik. • Dengan memperhatikan asumsi-asumsi dasar seperti pertumbuhan
ekonomi dan elastisitas pertumbuhan listrik, selanjutnya disusun prakiraan beban demand forecast, rencana pembangkitan, rencana transmisi dan
gardu induk GI, rencana distribusi dan rencana daerah yang isolated. Penyusunan ini dilakukan oleh Unit-unit Bisnis dan PLN Pusat sesuai
tanggung-jawab masing-masing dengan memperhatikan kondisi kelistrikan yang ada. Demand forecast, perencanaan gardu induk dan perencanaan
distribusi dibuat oleh PLN DistribusiWilayah, perencanaan transmisi oleh PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban P3B dan PLN Wilayah yang
mempunyai transmisi, serta rencana pembangkitan pada sistem-sistem besar dilakukan oleh PLN Pusat.
• Forum Perencanaan yang melibatkan Unit-Unit PLN dan PLN Kantor Pusat dilaksanakan minimal 1 kali dalam setahun, dimaksudkan untuk mem-
verifikasi dan menyepakati produk perencanaan pengembangan sistem kelistrikan yang dihasilkan oleh Unit-unit Bisnis PLN.
• Penggabungan produk perencanaan sistem dari masing-masing Unit Bisnis PLN dan pengesahannya dilakukan oleh PLN Pusat, dan RUPTL ini
selanjutnya akan menjadi acuan pembuatan Rencana Jangka Panjang Perusahaan RJPP lima tahunan.