Partisipasi Listrik Swasta Ongoing Project

RUPTL 2010 - 2019 73 Pada tahun 2010 konsumsi BBM masih sebesar 16, dan direncanakan menurun menjadi 6,7 pada 2012 dan 2,54 pada 2019. Sementara itu kontribusi batubara akan meningkat dari 46 pada tahun 2010 menjadi 58 pada tahun 2019. Sedangkan porsi gas alam yang pada tahun 2010 adalah 25, akan menurun menjadi 18 pada tahun 2019, sedangkan LNG mulai tahun 2012 sebesar 3 dan meningkat menjadi 4 pada 2019. - 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 GW h Hydro Geothermal Nuklir Batubara Gas LNG MFO HSD Pumped Storage Gambar 4.4 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Total Indonesia GWh Hal lain yang dapat dilihat adalah adanya peningkatan tenaga panas bumi dalam penyediaan listrik yang semakin besar secara signifikan, dimana kontribusinya sebesar 6 pada 2010 dan akan meningkat menjadi 13 pada 2019. Untuk memproduksi energi listrik pada Tabel 4.20 diperlukan bahan bakar dengan volume yang diperlihatkan pada Tabel 4.21. Tabel 4.21 Kebutuhan Bahan Bakar Indonesia No. FUEL TYPE 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 1 HSD x 103 kL 6,068.5 3,694.2 3,155.5 1,872.8 1,810.6 1,612.2 1,711.2 1,823.3 2,224.1 2,462.7 2 MFO x 103 kL 1,486.4 1,407.0 1,114.7 481.2 314.0 274.0 302.7 278.1 282.1 276.4 3 Gas bcf 461.7 411.9 493.6 561.9 548.7 553.0 557.7 531.9 581.1 579.3 4 LNG bcf - - 41.0 41.8 42.3 42.8 43.4 82.4 103.1 103.3 5 Batubara 103 TON 38,233.7 48,912.4 51,507.9 55,612.1 61,598.4 69,586.0 78,469.9 88,159.9 94,987.7 106,261.0

4.5.1 Sistem Jawa-Bali

74 RUPTL 2010 - 2019 Rencana penyediaan energi dan kebutuhan bahan bakar untuk periode tahun 2010-2019 berdasarkan jenis bahan bakarnya diberikan pada Tabel 4.22 dan Gambar 4.5. Dalam kurun waktu 2010-2019, kebutuhan batubara meningkat 2,4 kali dan kebutuhan gas alam meningkat 1,68 kali, sedangkan kebutuhan BBM menurun 69. Hal ini mencerminkan bahwa perencanaan dalam RUPTL ini telah sejalan dengan kebijakan pemerintah mengenai diversifikasi energi, yaitu mengurangi pemakaian bbm dan mengoptimalkan pemakaian batubara dan gas. Tabel 4.22 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Sistem Jawa-Bali GWh No. FUEL TYPE 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 1 HSD 11,750 5,098 4,475 3,672 3,442 3,310 3,189 3,116 3,242 3,446 2 MFO 672 518 361 361 358 383 396 379 403 378 3 Gas 34,223 35,821 43,188 51,850 51,275 50,941 52,010 51,961 57,514 57,479 4 LNG - 5,266 5,365 5,441 5,508 5,585 10,727 13,456 13,482 5 Batubara 70,563 86,762 85,945 88,745 96,649 110,461 125,387 137,314 147,499 167,608 6 Hydro 5,273 5,273 5,262 5,087 5,469 5,528 5,763 5,889 5,893 5,985 Pumped Storage - - - - 477 645 724 1,079 1,424 1,149 7 Geothermal 9,809 9,795 11,197 14,453 22,124 25,559 27,563 30,046 32,583 35,397 8 Nuklir - - - - - - - - - - T O T A L 132,290 143,267 155,695 169,533 185,234 202,336 220,616 240,512 262,015 284,924 - 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 GW h Hydro Geothermal Nuklir Batubara Gas LNG MFO HSD Pumped Storage Gambar 4.5 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Sistem Jawa-Bali GWh Pada Tabel 4.22 terlihat bahwa batubara mendominasi energi primer lainnya, yaitu 59 dari seluruh produksi pada tahun 2019. Panas bumi mengalami peningkatan secara signifikan dari 9.823 GWh pada tahun 2010 menjadi 35.397 GWh pada tahun 2019, atau meningkat hampir 4 kali lipat. Sedangkan pangsa RUPTL 2010 - 2019 75 tenaga air relatif tidak berubah karena potensi hidro di sistem Jawa Bali sudah sulit untuk dikembangkan. Produksi listrik dari gas alam mengalami peningkatan sejak tahun 2010 menjadi 1.75 kali pada tahun 2019. Hal ini disebabkan karena pasokan gas alam untuk PLTGU diasumsikan ada dengan volume yang cukup. Proyeksi kebutuhan bahan bakar untuk pembangkit milik PLN dan IPP dapat dilihat pada Tabel 4.23. Volume kebutuhan batubara terus meningkat sampai tahun 2019. Hal ini merupakan konsekuensi dari rencana pengembangan pembangkit yang mengandalkan PLTU batubara sebagai pemikul beban dasar. Tabel 4.23 Kebutuhan Bahan Bakar Sistem Jawa-Bali No. FUEL TYPE 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 1 HSD x 103 kL 2,931.1 1,424.9 1,345.4 1,007.7 909.7 843.3 800.2 799.3 852.0 970.0 2 MFO x 103 kL 226.1 149.1 103.7 103.5 102.7 110.0 113.8 108.8 115.7 108.5 3 Gas bcf 354.2 293.1 375.1 442.4 437.3 434.6 443.2 442.8 485.0 484.7 4 LNG bcf 21.6 22.9 41.0 41.8 42.3 42.8 43.4 82.4 103.1 103.3 5 Batubara 103 TON 33,697.2 41,750.6 41,063.5 42,349.5 46,128.5 52,017.4 58,592.6 64,364.0 68,988.5 77,233.7

4.5.2 Wilayah Operasi Indonesia Barat

Selaras dengan kebijakan penurunan pemakaian BBM dalam sektor tenaga listrik, maka komposisi produksi listrik per jenis energi primer di Indonesia Barat diproyeksikan pada tahun 2019 akan menjadi 59 batubara, 9 gas alam, 9 hidro, 4 minyak dan 19 panas bumi seperti diperlihatkan pada Tabel 4.24 dan Gambar 4.6. Proyeksi produksi energi dan kebutuhan bahan bakar untuk Sumatra, dan Kalimantan Barat diperlihatkan pada Lampiran B. Tabel 4.24 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia Barat GWh No. FUEL TYPE 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 1 HSD 6,323 4,559 2,354 764 932 1,016 1,331 1,722 2,589 2,759 2 MFO 2,475 2,422 1,787 513 287 132 195 156 130 121 3 Gas 6,455 7,143 8,849 8,725 7,398 7,347 6,988 4,927 5,819 5,354 4 LNG 5 Batubara 5,779 8,817 12,375 14,463 17,051 20,439 23,588 29,576 31,960 36,647 6 Hydro 3,486 3,382 3,022 3,641 3,649 3,748 4,113 4,753 5,596 5,596 Pumped Storage 7 Geothermal 64 416 804 4,094 6,830 7,965 9,454 9,736 10,151 11,639 8 Nuklir T O T A L 24,581 26,737 29,192 32,200 36,146 40,648 45,669 50,871 56,245 62,115 76 RUPTL 2010 - 2019 - 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 GW h Hydro Geothermal Batubara Gas MFO HSD Gambar 4.6 Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia Barat GWh Kebutuhan bahan bakar di Luar Jawa dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2019 diberikan pada Table 4.25. Tabel 4.25 Kebutuhan Bahan Bakar Wilayah Operasi Indonesia Barat No. FUEL TYPE 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 1 HSD x 103 kL 1,894.7 1,385.0 1,016.0 245.7 272.6 288.9 385.7 504.1 787.0 825.3 2 MFO x 103 kL 695.6 677.2 510.5 133.7 73.7 33.7 50.0 40.1 33.5 31.0 3 Gas bcf 59.1 66.2 89.7 89.6 76.2 74.6 69.7 43.2 50.3 47.9 4 LNG bcf 5 Batubara 103 TON 3,141.0 4,788.5 6,740.4 7,913.4 9,295.0 11,057.5 12,719.8 15,971.9 17,308.6 19,623.9 Kebutuhan gas alam tersebut pada Tabel 4.25 yang terus menurun sesungguhnya masih jauh di bawah kebutuhan, hal ini disebabkan oleh adanya keterbatasan pasokan gas ke pembangkit PLN. Sebagai contoh, pasokan gas untuk PLTGU Belawan terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun karena depletion. Idealnya gas harus terjamin sepanjang umur ekonomis pusat pembangkit. Kebutuhan akan batubara terus meningkat selaras dengan proyeksi kebutuhan tenaga listrik dan merupakan bahan bakar yang dominan dalam produksi listrik. Kebutuhan batubara pada tahun 2010 sekitar 3,1 juta ton akan meningkat tajam menjadi 19,6 juta ton pada tahun 2019, atau sekitar enam kali lipat untuk 10 tahun mendatang.