SISTEMATIKA DOKUMEN RUPTL PENDAHULUAN
14 RUPTL 2010 - 2019
− PLTA dan
pumped storage diupayakan menjadi proyek PLN. − PLTP: Sesuai dengan regulasi di sektor panas bumi, proses pengadaan
dilakukan melalui tender oleh Pemda sebagai total project
5
, kecuali untuk panas bumi yang WKPnya dimiliki oleh Pertamina dimana dapat
dilakukan negosiasi langsung antara Pertamina dan PLN baik dalam bentuk ESC energy service contract untuk supply uap maupun PPA
power purchase agreement untuk supply listrik. Beberapa lokasi di Indonesia Timur yang WKP-nya telah menjadi milik PLN PLTP skala
kecil akan dikembangkan sebagai proyek PLN. − PLTG direncanakan sebagai proyek PLN.
− PLTGU gas direncanakan sebagai proyek PLN apabila telah ada indikasi pendanaan atau proyek PLTGU merupakan pengembangan dari PLTG
open cycle milik PLN. Perencanaan proyek PLTGU gas sebagai pembangkit pemikul beban medium
dilakukan berdasarkan simulasi optimasi pengembangan pembangkit tanpa melihat ketersediaan pasokan gas. Munculnya PLTGU gas dalam RUPTL
mengindikasikan adanya kebutuhan pembangkit medium di sistem kelistrikan. Namun demikian pelaksanaan proyek PLTGU gas hanya dilakukan apabila
terdapat kepastian pasokan gas. Dalam hal pasokan gas tidak diperoleh, maka pembangkit pemikul beban
menengah PLTGU menjadi tidak dapat dikembangkan. Konsekuensinya sebagian pembangkit beban dasar, yaitu PLTU batubara, akan juga
dioperasikan sebagai pemikul beban menengah dengan capacity factor yang relatif rendah namun perlu dibantu oleh pembangkit jenis lain yang mempunyai
ramping rate tinggi. Pengembangan PLTU batubara skala kecil merupakan program untuk
menggantikan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar minyak pada sistem isolated skala kecil yang selama ini dilayani dengan PLTD BBM. PLTU
tersebut dapat dikembangkan baik oleh PLN maupun swasta.
5
Sisi hulu dan hilir dikerjakan oleh pengembang dan PLN hanya membeli listrik dengan PPA.
RUPTL 2010 - 2019 15
Untuk sistem Jawa-Bali, dalam RUPTL ini PLN akan mulai menggunakan PLTU batubara dengan kapasitas unit 1,000 MW dengan teknologi boiler supercritical
untuk memperoleh efisiensi dan tingkat emisi yang lebih baik, termasuk untuk proyek IPP. Penggunaan ukuran unit sebesar ini juga didorong oleh semakin
sulitnya memperoleh lahan untuk membangun pusat pembangkit skala besar di pulau Jawa. Pertimbangan lainnya adalah pada tahun 2012 diperkirakan beban
puncak sistem Jawa Bali telah mencapai lebih dari 25 GW. Secara umum pemilihan lokasi pembangkit harus diupayakan memenuhi prinsip
regional balance. Regional balance adalah situasi dimana kebutuhan listrik suatu region dipenuhi sebagian besar oleh pembangkit yang berada di region
tersebut dan tidak banyak tergantung pada pasokan daya dari region lain melalui saluran transmisi interkoneksi. Dengan prinsip ini, kebutuhan transmisi
akan minimal. Namun demikian kebijakan regional balance ini tidak membatasi PLN dalam
mengembangkan pembangkit di lokasi yang jauh dan mengirim energinya ke pusat beban melalui transmisi, sepanjang hal tersebut layak secara teknis dan
ekonomis. Hal ini tercermin dari adanya rencana untuk mengembangkan PLTU mulut tambang skala besar di Sumatra Selatan dan menyalurkan sebagian
besar listriknya ke pulau Jawa melalui transmisi arus searah tegangan tinggi high voltage direct current transmissionHVDC. Rencana ini hanya akan
dilaksanakan apabila kebutuhan listrik di seluruh wilayah Sumatera telah terpenuhi dengan cukup. Situasi yang sama juga terjadi di sistem Sumatera,
dimana sumber energi batubara, panas bumi dan gas lebih banyak tersedia di Sumbagsel, sehingga di wilayah ini banyak dikembangkan PLTU batubara dan
PLTP yang energinya akan ditransfer ke Sumbagut.